Mohon tunggu...
Niya Anshori
Niya Anshori Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar Sekolah Menengah Pertama kota Klaten

Penulis buku Hati SaMara dan karya antologi Pena Kecil yang baru masuk di semester I kelas VII, pengagum sastra dan multigenre===(slow respon)=====mohon koreksinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penipu Licik

8 Juli 2023   11:56 Diperbarui: 8 Juli 2023   11:57 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya nenek indri, pedagang jajanan pasar  yang berjualan di pasar dekat tempat tinggalnya. Nenek indri hidup dengan anak bungsunya yang membantunya setiap hari, walau usianya sudah sangat tua, nenek indri tetap terlihat bugar, setiap pagi, nek indri mengendarai sepedanya untuk membawa dagaganya ke pasar.

Di tatanya barang-barang jualanya. Jualan nek indri termasuk banyak di minati oleh para pembeli, karena murah dan enak, dagangan nek indri terkenal dengan jajanan nagasari. Nek indri juga suka membagikan daganganya kepada pedagang di sampingnya.

Pagi ini nek indri datang lebih pagi, karena Wisnu-anaknya harus berangkat lebih awal untuk hari ini, maka nek indri ikut berangkat lebih pagi.

Baca juga: Siklus

"Semuanya sudah beres belum bu?" tanya Wisnu pada ibunya.

"Alhamdulillah udah hampir selesai ini, kamu berangkat aja sekarang, keburu telat nanti" nek Indri tersenyum simpul pada anak bungsunya.

"Ya sudah kalau begitu, aku berangkat dulu ya bu" pamit Wisnu menyalami ibunya.

Baca juga: Sajak 4 Bait

"Iya, hati-hati di jalan ya" nek indri melanjutkan menata daganganya di meja yang ada di toko miliknya.

Nek indri memiliki 5 anak, 3 laki-laki dan 2 perempuan, ke empat anaknya telah menikah dan pergi merantau, tinggal si bungsu yang tinggal membersamainya. Nek indri amat bahagia, hidupnya di penuhi senyuman walau ia sedang tidak baik keadaanya, dirinya menganggap keluarganya adalah obat terpenting, ia bersyukur anak-anaknya menjenguknya saat liburan, bersama cucu-cucu kesayanganya.

setiap  bulan ia di setori oleh seluruh anaknya uang untuk keperluan dirinya, walau nek indri sudah memaksa anaknya untuk tidak lagi memberikan uang, anak-anaknya tetap tidak berhenti. Alasan nek indri adalah karena ia sudah cukup dengan keseharianya, menjual jajanan pasar, dan biasanya jika tersisa, uang dari anak-anaknya akan ia belikan sesuatu dan ia bagikan.

Sepagi ini, sudah banyak penjual sayur, lauk, dan lain-lainya. Nek indri berjalan sebentar ke warung sampingnya untuk membeli sayuran, meninggalkan tokonya yang masih sepi pembeli-karena mereka memang biasanya agak siang membeli dagangan nek indri.

"Ada sayur buncis tidak? Tempe?" tanya nek indri pada penjual sayur yang berada persis di samping tokonya.

"Ada bu lik, mau berapa nih? saya bungkusin" Mb Ningsih tersenyum ramah.

"dikit aja mb, sebungkus buncisnya, tempenya satu. Di rumah masih ada stok sayur itu" ujar nek Indri.

"Siap, tunggu bentar nggih" dengan gesit, mb Ningsih membungkus pesanan yang di pesan nek indri.

"Ini bu lik, matursuwun sanget nggih" mb Ningsih memberikan plastik belanjaan itu pada nek indri.

"Iya, saya permisi dulu" nek indri berbalik badan kembali ke tokonya.

***

Baru saja nek indri duduk di kursi jaganya, datang ibu-ibu dengan tas keranjangnya menemui nek indri.

"Assalamualaikum nek indri, mau beli lagi dong nagasarinya, enak banget, kemarin saya beli 5, eh di habisin sama anak dan suami saya" celoteh ibu itu sambil memuji enaknya nagasari buatan nek indri.

"iya terimakasih, ambil aja itu mau berapa?" Nek indri mempersilahkan plastik kepada pelanggan setianya.

"7 saja nek, sama yang lainya" ujar ibu itu semangat mencomot jajanan pasar yang masih baru.

para pembeli sudah ramai berdatangan, berhamburan tak berarah membeli barang yang mereka cari, toko nek indri juga mulai di padati oleh orang-orang.

"Yaah, bolu kukusnya habis ya nek?" tanya seorang mahasiswi yang mampir mencari bekal.

"aduhh, iya nih mb, tadi soalnya hanya buat sedikit, maaf nggih" jawab nek indri sopan.

Ya, begitulah keseharian nenek indri, mendengarkan berbagai ucapann dari pelangganya yang bermacam-macam, lalu menjawab dengan sopan dan sabar.

***

pasar sudah mulai sepi pembeli, banyak pedagang yang habis daganganya pulang. Adapun orang-orang yang masih sibuk mengitari pasar, mencari sayur-sayuran.

Nek indri menyenderkan tubuhnya ke kursi goyang miliknya, melepas kacamatanya, dan memijat tanganya. Hari ini tak jauh seperti hari-hari sebelumnya, pembelinya juga semakin ramai, banyak sekali orang yang memuji masakanya. Dan itu selalu membuat nek indri senang.

masih ada beberapa daganganya yang tersisa, nek indri mencoba menunggu dulu, siapa tahu ada orang yang masih mau membeli jajanan pasar itu. Juga sambil menunggu jemputan Wisnu saat istirahat kantornya.

"Maaf bu, apakah masih ada jajanannya?" terlihat seorang remaja tanggung berdiri di depan meja nek indri.

"tinggal ini saja, kamu mau beli?" nek indri bertanya.

"Ya, kalau begitu saya beli semuanya saja nek, tinggal ini" remaja itu mengambil plastik dan membungkus semua.

"waah, boleh sekali, terimakasih ya nak" nek indri bergembira.

"Ya, sama-sama nek. Berapa semuanya?" tanya remaja itu sambil menyerahkan bungkusan jajanan pasar pada nek indri.

Nek indri hafal betul jajanan yang setiap hari dijualnya, menghitungnya dengan cepat tentu tak masalah.

"semuanya seratus ribu nak" ujar nek indri mengembalikan bungkusan itu.

"oh, seratus ribu ya, ini uangnya, terimakasih" remaja itu langsung pergi dari toko nek indri.

Nek indri menghitung uang yang di berikan, dua lembar lima puluh ribu "itu yang dia lihat karena ia tidak memakai kacamata minusnya" 

setelah itu, nek indri mengemasi barang-barangnya, dan beristirahat sembari menunggu wisnu menjemput. duduk bersandar di kursi goyang kesayanganya.

***

"Assalamualaikum bu" Wisnu mengetuk pintu toko.

"Waalaikumsalam, udah datang kamu" nek indri terbangun dan memakai kacamatanya, membenahi bajunya.

"Maaf ya, wisnu agak telatan jemputnya, tadi ada keperluan sebentar" Wisnu menyalami tangan ibunya.

"Iya, nggak apa, sudah ayo pulang" nek indri bergegas mengambil tasnya, di susul wisnu mengemasi wadah dagangan.

"Bu, ini duit siapa kok disini?" Wisnu bertanya melihat dua lemabr uang di taruh di sela keranjang.

"Oh, itu tadi uang dari pembeli, lupa ibu masukin dompet, untung saja nggak hilang, seratus ribu" Nek indri menghampiri wisnu.

"Seratus ribu?" wisnu heran dengan kata ibunya baru saja. 

"Bu ini cuman empat ribu, bukan seratus ribu" Wisnu memastikan lagi.

"bukan, tadi ada anak muda beli dagangan ibu, uangnya lima puluhan dua, ya itu" nek indri ikut kebingungan.

wisnu menghela napas, sepertinya ia tahu jika ibunya sedang di tipu oleh pembeli. Ya, uang keluaran terbaru memang sedikit berbeda warnanya, ini membuat banyak orang sering salah. Yang dilihat sekilas 50 ribu, saat di perhatikan ternyata 2 ribu, ini membuat orang-orang terjadang terjebak.

nek indri terdiam setelah paham apa yang terjadi. Lalu ia menghela napas berat.

"Ya wis, sudah terjadi, mau bagaimana lagi tho, udah ayo kita pulang saja" Nek indri bergegas berdiri.

Wisnu hanya menurut, toh ibunya memang selalu begitu, jika apapun terjadi pada dirinya selalu saja "nggak papa nak, sudah Allah atur semua rezeki orang"

"Ada apa bu lik? kok tumben belum pulang?" tanya mb Ningsih.

"Ini mb, ibu tadi di tipu sama pembeli, pas ibu nggak pakai kacamata. Dikira seratus ribu ternyata empat ribu" Wisnu yang menjawab.

"Ya Allah...siapa yang tega koyo ngono bu lik? Awas aja kalau nanti saya ketemu!" mb Ningsih berapi-api.

"Uwes lah Ning, gak usah di perpanjang, sudah biarin saja, saya masih punya tabungan, udah cukup" nek indri berusaha memadamkan marah mb Ningsih.

"Ya sudah bu lik, ini ada sedikitlah buat bu lik, itung-itunglah  buat ganti" mb Ningsih memberi beberapa lembar uang.

"Sudah, nggak perlu. Allah sudah kasih yang terbaik pasti, itu anak yang tadi juga pasti sudah di adili" nek indri beranjak pergi.

Begitulah, seorang nenek indri, selalu berusaha lebih baik walau hatinya sebenarnya juga tidak mau jika di tipu. 

Semoga kita dijaga selalu dari hal-hal yang membehayakan dan merugikan. Amiin...

{Niya_Anshori/08/07/23////:"kisah_nek_indri":}

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun