Setiap bangun pagi di sepertiga malam untuk sholat tahajjud, Niey mendengarkan 2 orang sedang berada di antara tangga lantai dua, terdengar menghafalkan ayat-ayat suci maupun pelajaran sekolah. Niey selalu terangun, mendengarnya.
Telinganya sudah hafal betul suara teman-temanya, dan 2 orang itu adalah Al dan Fier, duo sahabat.
Fier bukan seseorang yang seperti teman-temanya, sedikit ke kanak-kanakan, suka ketawa berlebihan, dan lainnya. Dia terbilang pintar, masuk ranking terus semenjak kelas I sekolah dasar, peringkat 3 besar saat masuk sekolah baru, sungguh waow prestasinya(:
Selama aku (niey) bersekolah di sini, sudah beberapa kali kulihat 2 teman perempuanku entah mengagumi atau beneran cinta monyet ke si Fier. Balqis yang bagus di bidang akademik dan sangat sopan-santun( tapi di depan doang **) bukan berarti Balqis nggak boleh mengagumi orang lain, ya, balqis sempat cinta (Monyet kerdil) ke Fier.
Di lanjut, Husna. Dia juga begitu, parah malahan. Dan itu membuatku gimana gitu ); suka sensitif syekali dengan husna.
Sebenarnya apa sih intinya?
Intinya adalah, Niey itu jatuh cinta (pertama kali, namun tetaplah cinta anak kecil) di waktu yang sangat salah, sangat salah. Di saat dia sedang menuju kelulusan, haripun bisa dihitung dengan jari, justru dia menemukan rasa di mana ia tidak pernah merasakan, tidak seperti kawan-kawanya.
Niey mulai mengerti rasa, banyak sekali yang ia rasakan.
Apakah ia menemukan seseorang, yang awalnya hanya menyapa dengan senyuman, bersama belajar, dan mengasah kemampuan, sering mendapatkan prestasi sejajar, dan ketertarikan pada bidang yang sama.
Ketika akhir-akhir ini Niey terpilih menjadi siswa yang bisa membuat buku karyanya sendiri, maka bukan hanya dia, ada Fier dan jua Husna. Jika di pikir itu bukan masalah, justru bagus jika masih ada santri/siswa yang aktif menulis, namun di mata Niey, Husna menyebalkan.
"Kamu kenapa Niey? Dari kemarin setelah ustadz ngumumin yang buat buku sendiri bertiga kamu merengut aja kalau ada yang bahas itu" Altha memperhatikan sikap Niey.