Mohon tunggu...
Niya Anshori
Niya Anshori Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar Sekolah Menengah Pertama kota Klaten

Penulis buku Hati SaMara dan karya antologi Pena Kecil yang baru masuk di semester I kelas VII, pengagum sastra dan multigenre===(slow respon)=====mohon koreksinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Aku dan Kak Abi

30 April 2023   13:46 Diperbarui: 30 April 2023   13:55 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan kak Abi selalu saja ribut, tapi bukan berarti aku tak pernah damai. kak abi juga sangat sayang padaku, selalu membelikan makanan saat ibu tidak ada di rumah, dia juga menjagaku, tapi dia juga sensitif kalau di ganggu. Bahkan dia pernah mengunciku di kamar agar aku tidak menggangunnya belajar kelompok-saat aku kelas 6 SD.

Aku berangkat ke sekolah bersama ayah, juga kak abi, rumahku tidak terlalu jauh dari rumah juga tidak dekat, kalau pulang sekolah, aku lebih sering pulang sendiri,  pulang bersama Reina, sahabat terbaikku. karena kak abi selalu ikut latihan apalah itu, dia mau lulus SMA, jadi sibuk katanya.

Kak abi juga meminta ayah untuk membelikan motor untuknya, katanya agar bisa mandiri.

***

Sampai di sekolah, kulihat semua temanku sedang berkumpul di depan kelas, mendengar suara mereka, sangatlah berisik.

"hai Rei, rame banget?" aku menghampiri Rei yang sedang memakan apel di kursi.

"nggak tau tuh, pada demam bola, jadi pada ribut soal timnya, heran deh sama ciwi-ciwi kelas kita, mereka juga terhipnotis bola karena pangeran Nicco tuh, dia berisik banget kalau soal bola.

"yeah, yuk temenin aku ke kantin" aku lapar sekali, walau sudah sarapan, aku selalu membeli lagi makanan di kantin.

"Roti satu, seperti biasa, ini uangnya" bu desi, penjual makanan ringan sudah biasa denganku, aku mengambil roti dan membayarnya dengan uang pas.

ayah selalu memberiku uang saku Rp. 10.000, yang sebenarnya itu permintaanku sih, rotiku setiap hari, harganya 5.000 rupiah, jadi yang sisanya ku tabung, kalau kak abi, dia minta banyak sekali. sungguh pemborosan.

aku mengunyah roti sarapan doubleku, enak sekali, mengenyangkan.

"hei pelajaran olahraga kan segera di mulai, cepat berbaris" pangeran Nicco-panggilanya, memanggil teman-temanya, semua nak berlari ke lapangan yang di sana sudah berdiri tegap sosok gagah, dialah guru olahragaku, Mr. Jihar, tatapanya serius, tapi hatinya sangat lembut, aku akrab denganya, karena dia adalah pamanku.

pelajaran kali ini adalah bulu tangkis, aku berkali kali terjatuh, aku berpasangan dengan Rudy, raja fisika di kelas, sama sepetiku, dia juga tidak terlalu jago dalam bidang ini.

aku sangat tak suka karena aku kalah, dan juga aku takut rudy marah padaku, sifatnya sangat dingin. tapi...lihatlah, dia justru membiarkanku kali ini, karena dia juga tak bisa, hihi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun