Rasa yang tersia, terbuang meski tak seberapa, tersembunyi di balik gulma, seakan ada padahal tiada.
Pernah ku bertanya untuk apa, dalam rintihan kata, sembari memicingkan mata, dan berteriak tanpa suara.
Nyatanya, tiada kata 'bahagia', ataupun manisnya gula, apa lagi tentang 'cinta'.
Terbaliknya dunia, penderitaanlah yang berbahagia, dan sebaliknya.
Kini, aku tidak lagi bertanya - tanya, tidak pula menyesalkan realita, apa lagi melawan takdir pencipta.
Bismillah, kata yang menyerahkan segalanya pada pemilik semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!