Mohon tunggu...
Hariyawan Agung Wahyudi
Hariyawan Agung Wahyudi Mohon Tunggu... profesional -

Menjalani sisa hidup dengan motto "apa yang terjadi, terjadilah".

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Studi Kasus Mia Khalifa: Gadgetmu Membunuh Anakmu

28 April 2016   20:26 Diperbarui: 29 April 2016   09:53 3055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak berhenti di sana, malam harinya si anak meraba-raba pantat ibunya. Pantaslah si ibu kemudian sangat kaget, meski dia menjaga agar kekagetannya tidak ketahuan oleh si anak.

Ibunya yang sudah mulai panik mencoba melakukan treatment dengan memisahkan kamar tidur anaknya. Namun, selalu tiap malam si anak menangis dan minta tidur dengan ibunya.

Oh my Holly Ghost..............!! Ternyata sudah banyak petaka yang ditimbulkan dari sekeping layar kurang dari 6 inchi ini. Kebijakan negara untuk memblokir situs-situs porno tidak mempan sama sekali. Video-video itu cepat sekali menyebar secara viral melalui twitter dan instagram (cuma itu yang saya tahu, mungkin ada media sosial lain? Soalnya saya lumayan gaptek soal aplikasi terkini :D). Facebook saja yang saya amati sukses menghapus banyak sekali konten-konten pornografi.

Mungkin ini peringatan bagi para orang tua yang sudah terlanjur memberikan akses kepada anak untuk memiliki gadget dengan akses online tanpa batas. Bahkan bisa jadi, mereka yang sudah memiliki akun twitter dan instagram sudah mulai berlangganan menonton video-video itu.

Yang mengkhawatirkan adalah, tidak semua yang ditonton di video itu adalah orang dewasa. Tak sedikit dari mereka masih pakai seragam merah putih, biru putih, dan pastinya abu-abu putih. Entah berapa yang menyandang status mahasiswa yang merekam diri berhubungan seksual dan ter-publish di media sosial.

Ini tamparan bagi kita yang terlalu abai dengan kemajuan teknologi. Banyak orang masih bangga ketika mampu membelikan anaknya smartphone dan berbagai produk teknologi mutakhir lainnya. Tanpa pernah berfikir bahwa di sanalah awal mula bencana psikologis itu terjadi.

Saya bukan psikolog, jadi tidak bisa membahas apa yang kira-kira terjadi. Saya juga bukan ahli IT yang bisa memberikan saran agar gadget si anak tidak bisa membuka situs-situs porno. Dalam tulisan ini, saya justru menempatkan diri sebagai orang tua yang juga sama bingungnya dengan kebanyakan orang tua lainnya.

Beruntung sekali saya bukan ayah berduit yang mudah sekali membelikan gadget khusus buat anak. Anak kami cukup pinjam gadget bapak atau ibunya kalau sedang tidak dipakai. Beruntung sekali kami bukan kolektor video porno, apalagi menyimpannya di HP. :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun