Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi PKS Merebut Efek Ekor Jas Anies

10 Oktober 2022   08:12 Diperbarui: 10 Oktober 2022   08:18 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai Nasdem secara nasional sudah mencalonkan Anies Baswedan sebagai calon presiden dari partainya. Hal ini pastinya membuat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dari awal gembar-gembor mengajukan Anies pastinya akan merasa sedikit "dilangkahi" oleh Nasdem. Bagaimana tidak PKS lah yang menjadi salah satu partai pengusung Anies di Pilkada 2017 lalu. Ibaratnya Anies itu sudah PKS banget lah.

Kalau memang mau majukan Anise mengapa tidak sama -- sama dulu dengan partai koalisi. Ini koalisi saja belum terbentuk tetapi sudah mencalonkan sendiri. Mungkin begitulah kira-kira yang ada dipikiran para elite PKS. Dalam hal ini Nasdem strategi Nasdem "menangkap" Anies duluan adalah strategi yang tepat.

Sekarang orang mengidentikkan Nasdem dan Anies adalah satu kesatuan. Padahal seharusnya Anies adalah milik bersama ketika koalisi partai terbentuk. Sebagai catatan sampai saat ini Anies tidak masuk kedalam partai manapun.

PKS mau protes ke Nasdem ? tentunya tidak mungkin, karena saat ini PKS cuma berharap pada Anies untuk dimajukan. Calon-calon lain pastinya tidak sejalan dengan apa yang dicita -itakan oleh PKS. Anieslah yang paling dekat baik secara psikis dan misi mereka.

Kalau protes frontal ke Nasdem memang ada parti lain yang mau berkoalisi dengan PKS ? Kalau ada pun apa bisa mencapai 20 persen suara?

Maka dari itu agar PKS mendapatkan efek Coattail dari pencalonan Anies PKS terlihat mengubah gaya memperkenalkan Anies ke publik. Kalau Nasdem buat acara secara nasional dilibut media besar dan dilakukan di Jakarta. PKS sepertinya menerapkan strategi berbeda. PKS mendeklarasikan Anies dari derah daerah.

Jadi seperti DPW ( Dewan Pimpinan Wilayahnya) yang mengambil peran lebih besar. Setelah DPW DPW ini muncul sana-sini baru nantinya puncaknya secara Nasional di Jakarta.  DPP ( Dewan Pimpinan Pusat) hanya memberikan kriteria kretia dalam memilih presiden. Yang tentunya kriteria tersebut telah disesuaikan untuk figure Anies.

Strategi ini juga adalah strategi yang pintar dari PKS. Hal ini memberikan waktu kepada Dewan Pimpinan Pusat di Jakata untuk memfinalkan konsep serta melihat perkembangan 1-2 minggu kedepan terkait kasus Formula E yang mungkin akan menjerat Anies.

Istilahnya PKS tetap mendukung Anies lewat DPW-DPW nya tapi secara nasional belum mendelarasikannya. Jadi kalau ditanya mendukung PKS bisa menjawab mendukung karena suara manyoritas mengiingkan Anies.

Tapi kalau ditanya kapan deklarasi Nasional mereka paling mereka bilang sedang mencari hari baik, atau sedang mematangkan konsep koalisi bisa juga menunggu Anies benar -benar purna tugas dari Gubernur DKI Jakarta.

Dengan tetap mendeklarasikan Anies di tingkat DPW, PKS berharap Anies lebih bisa dikenal langsung di daerah tersebut. Mempromosikan Anies langsung ke jantung konstituen adalah langkah dan strategi yang baik dari PKS. Hal in mungkin yang Nasdem belum punya, bahwa kader PKS adalah kader yang sangat militant dan tidak gampang untuk berpindah.

Siapa yang disasaran oleh PKS ? jelas bahwa yang disasar adalah para pemilih Prabowo pada pilpres 2019, lalu. Para pemilih yang kecewa karena Prabowo berubah haluan menjadi pembantu Jokowi. Ceruk itulah yang semaksimal mungkin akan digarap oleh PKS. Sehingga diharapkan PKS mendapatkan sedikit keuntungan dari pencalonan Anies kepada perolehan suara mereka nanti.

Tapi perlu diingat dalam politik semua bisa terjadi. Pagi hari berkata A, siang hari berubah B lalu sore hari berubah C adalah hal yang biasa. Anies memang sudah dicalonkan oleh NAsdem.

Tetapi Nasdem belum bisa mendaftarkan Anies kalau tidak berkoalisi. Belum lagi terkait masalah -- masalah seperti dugaan korupsi Formula E, Bagaimana kalau tiba -- tiba Anies dalam perjalananya ditetapkan jadi tersangka? Atau Demokrat yang tetap memaksakan AHY jadi cawapres Anies walapun partai lain tidak setuju?

Masih banyak yang harus disinkronkan. Partai -- partai sedang berfikir keras strategi apa yang akan dipakai. Kedepan kita akan disuguhkanberbagai  manuver partai politik. Kita simak dan nikmati saja.


Salam poliTIKUS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun