Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSSI, Kapan Berbenah Total?

2 Desember 2018   15:08 Diperbarui: 2 Desember 2018   15:19 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bicara sepakbola nasional dengan segala kontroversi serta masalah yang membelitnya, tentunya tidak lepas membicarakan PSSI. Sebagai induk segala kegiatan olahraga sepakbola di Indonesia, PSSI dan beserta seluruh jajarannya adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di persepakbolaan Indonesia. Walaupun sebenarnya banyak pihak yang seharusnya bertanggung jawab juga, contohnya pemerintah pusat dan daerah.

Tiga masalah besar yang saat ini sedang melanda PSSI dan menjadi sorotan adalah; Anarkisme Suporter, Prestasi Timnas serta Isu Pengaturan Skor. Ketika hal tersebut bahkan berimbas pada sang ketua yang dianggap tidak mampu memimpin perkumpulan olahraga dengan penggemar terbesar di Indonesia ini. Teriakan supporter meminta sang ketum untuk mundur pada pertandingan Indonesia melawan Filipina menjadi gambaran kegeraman para pencinta sepakbola Indonesia.

Dengan adanya segala macam kritik yang datang dari segala penjuru, harusnyalah PSSI berbenah total, jargon evaluasi, penyelidikan internal, dan segala hal manis di mulut sudah harus ditinggalkan. PSSI harus mau membuka diri terhadap masukan dan saran berbagai pihak. Para pemangku kepentingan sepakbola di Indonesia pastinya sudah mengetahui apa yang kurang dengan sepakbola Indonesia.

Mencari Pengurus yang Mau Mengurus

PSSI beserta seluruh jajarannya (pengurus) haruslah orang yang sudah "mewakafkan" dirinya untuk kepentingan PSSI semata. Sekarang kita lihat dari Ketua sampai anggota Exco banyak yang bukan orang sepakbola. Memang mereka mungkin namanya tercatat pernah aktif di dunia sepakbola, tetapi dalam kenyataannya mereka tidak benar -- benar mengurusi sepakbola.

PSSI sepertinya belum bisa lepas dari berbagai kepentingan terutama kepentingan politik. Hal ini sangat terasa pada jabatan Ketua Umum. Memang menjadi Ketua Umum PSSI tidak bisa juga dijabat oleh orang sembarangan. Dia harus mempunya jaringan luas, punya juga koneksi ke pemerintah, dan punya dukungan dari para anggota PSSI. Tetapi lebih dari itu semua Ketua Umum haruslah orang yang benar -- benar bisa mencurahkan segala waktunya di PSSI.

Menganggap jabatan Ketua Umum PSSI adalah batu loncatan dalam karier politik saat ini sudah tidak relevan lagi. Tuntutan prestasi timnas yang tinggi, belum lagi mengurusi seambrek persoalan kompetisi, sudah menjadi keniscayaan yang tidak bisa cuma dianggap sebagai masukan saja. Tetapi sekarang sudah harus dijawab dengan aksi nyata. Para pencinta sepakbola di Indonesia sudah cukup cerdas melihat dan menilai kinerja pengurus.

Perbaikan Kompetisi Secara Menyeluruh

Kompetisi/ Liga masih dianggap sebagai kawah candradimuka untuk mencari pemain -- pemain hebat untuk memperkuat tim nasional. Bagaimana dengan kompetisi kita sendiri? Sampai sejauh ini belum nampak perbaikan yang signifikan bahkan cenderung memburuk. Anarkisme supporter, Jadwal pertandingan bentrok dengan Timnas, sampai isu pengaturan skor mewarnai gelaran kompetisi kita.

Kalau ditarik lebih detail dan jauh lagi banyak hal lain perlu diperbaiki; kualitas stadion peserta, kontrak dan  gaji pemain, perwasitan, sampai pada masalah tentang ijin pertandingan. Setiap tahun selalu didengungkan evalusi, namun kenyataannya belum nampak. Kompetisi harus diurus benar -- benar karena inilah "nyawa" dari berdirinya PSSI. Dengan kompetisi sehat, timnas bisa mencari pemain hebat, roda kompetisi bisa menaikan taraf ekonomi dengan menggaet iklan. Bagaimana menggaet iklan kalau kompetisinya carut marut. Belum lagi bicara kompetisi kelompok umur, yang sampai saat ini belum jelas arahnya bagaimana.

Peran Pemerintah masih Diperlukan

Pemerintah juga punya peran yang sangat penting untuk kemajuan sepakbola di Indonesia. Memang secara aturan dari FIFA. Pemerintah tidak bisa intervensi ke dalam jajaran PSSI. Namun di negara yang masih meraba -- raba kemana arah sepakbolanya seperti Indonesia ini, peran pemerintah masih sangat besar dan sangat dibutuhkan. Dari mulai ketersediaan stadion yang layak. Sebagian besar stadion yang dipakai para peserta adalah milik pemerintah daerah. Adakah klub yang memiliki sendiri stadion? Dalam arti membangun dari nol memakai uang klub?

Yang paling nyata tentunya adalah pembinaan pemain usia muda. Atlet usia muda kita tentunya tidak bisa lepas dari pendidikan formal mereka. Usia muda biasanya duduk di banguk SMP -- SMA. Betapa beratnya menjadi pemain muda kalau tidak ada dispensasi terhadap pendidikan yang mereka ikuti. Harus latihan, harus bertanding, tetapi masih harus dituntut untuk berprestasi di bidang akademik. Mau tidak mau peran pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan serta Pemuda dan Olahraga harus campur tangan. Sehingga kalau memang dia atlet berbakat maka pendidikan formal harus ada penyesuaian. Sekolah khusus bagi para altet muda ini memang menjadi tempat yang pas bagi mereka mengasah kemampuan dengan tidak meninggalkan pendidikan formal.

Belum lagi kita bicara dukungan dana. Dana dari pemerintah mutlak dibutuhkan untuk PSSI baik langsung maupun tidak langsung. PSSI memang bisa mencari sumber pemasukan sendiri misal dari sponsor, hak tayang siaran langsung, penjualan kaos dan lainnya. Tetapi peran pemerintah juga tidak bisa dibilang kecil. Contohnya berapa banyak aparat yang diterjunkan untuk menjaga pertandingan krusial seperti Persija melawan Persib, atau Persebaya melawan Arema? Bukankah itu juga bagian dari pemerintah?

Kongres tahunan PSSI yang direncanakan awal tahun depan adalah waktu yang tepat untuk kembali berbenah. Hal--hal krusial harus segera diputuskan dan dicari jalan keluar terbaik. Mungkin terlalu ambisius apabila para pencinta sepakbola mengharapkan terjadi pergantian di kursi Ketua Umum, tetapi kalau setiap yang memiliki suara memang sudah sepakat, hal tersebut sangat dimungkinkan terjadi. Tinggal bagaimana para pemangku kepentingan sepakbola di tanah air ini. Apakah masih bertahan dengan cara -- cara lama atau berani mengambil jalan yang mungkin terlihat ekstrim.

                                                                                                                                                      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun