Bicara sepakbola nasional dengan segala kontroversi serta masalah yang membelitnya, tentunya tidak lepas membicarakan PSSI. Sebagai induk segala kegiatan olahraga sepakbola di Indonesia, PSSI dan beserta seluruh jajarannya adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di persepakbolaan Indonesia. Walaupun sebenarnya banyak pihak yang seharusnya bertanggung jawab juga, contohnya pemerintah pusat dan daerah.
Tiga masalah besar yang saat ini sedang melanda PSSI dan menjadi sorotan adalah; Anarkisme Suporter, Prestasi Timnas serta Isu Pengaturan Skor. Ketika hal tersebut bahkan berimbas pada sang ketua yang dianggap tidak mampu memimpin perkumpulan olahraga dengan penggemar terbesar di Indonesia ini. Teriakan supporter meminta sang ketum untuk mundur pada pertandingan Indonesia melawan Filipina menjadi gambaran kegeraman para pencinta sepakbola Indonesia.
Dengan adanya segala macam kritik yang datang dari segala penjuru, harusnyalah PSSI berbenah total, jargon evaluasi, penyelidikan internal, dan segala hal manis di mulut sudah harus ditinggalkan. PSSI harus mau membuka diri terhadap masukan dan saran berbagai pihak. Para pemangku kepentingan sepakbola di Indonesia pastinya sudah mengetahui apa yang kurang dengan sepakbola Indonesia.
Mencari Pengurus yang Mau Mengurus
PSSI beserta seluruh jajarannya (pengurus) haruslah orang yang sudah "mewakafkan" dirinya untuk kepentingan PSSI semata. Sekarang kita lihat dari Ketua sampai anggota Exco banyak yang bukan orang sepakbola. Memang mereka mungkin namanya tercatat pernah aktif di dunia sepakbola, tetapi dalam kenyataannya mereka tidak benar -- benar mengurusi sepakbola.
PSSI sepertinya belum bisa lepas dari berbagai kepentingan terutama kepentingan politik. Hal ini sangat terasa pada jabatan Ketua Umum. Memang menjadi Ketua Umum PSSI tidak bisa juga dijabat oleh orang sembarangan. Dia harus mempunya jaringan luas, punya juga koneksi ke pemerintah, dan punya dukungan dari para anggota PSSI. Tetapi lebih dari itu semua Ketua Umum haruslah orang yang benar -- benar bisa mencurahkan segala waktunya di PSSI.
Menganggap jabatan Ketua Umum PSSI adalah batu loncatan dalam karier politik saat ini sudah tidak relevan lagi. Tuntutan prestasi timnas yang tinggi, belum lagi mengurusi seambrek persoalan kompetisi, sudah menjadi keniscayaan yang tidak bisa cuma dianggap sebagai masukan saja. Tetapi sekarang sudah harus dijawab dengan aksi nyata. Para pencinta sepakbola di Indonesia sudah cukup cerdas melihat dan menilai kinerja pengurus.
Perbaikan Kompetisi Secara Menyeluruh
Kompetisi/ Liga masih dianggap sebagai kawah candradimuka untuk mencari pemain -- pemain hebat untuk memperkuat tim nasional. Bagaimana dengan kompetisi kita sendiri? Sampai sejauh ini belum nampak perbaikan yang signifikan bahkan cenderung memburuk. Anarkisme supporter, Jadwal pertandingan bentrok dengan Timnas, sampai isu pengaturan skor mewarnai gelaran kompetisi kita.
Kalau ditarik lebih detail dan jauh lagi banyak hal lain perlu diperbaiki; kualitas stadion peserta, kontrak dan  gaji pemain, perwasitan, sampai pada masalah tentang ijin pertandingan. Setiap tahun selalu didengungkan evalusi, namun kenyataannya belum nampak. Kompetisi harus diurus benar -- benar karena inilah "nyawa" dari berdirinya PSSI. Dengan kompetisi sehat, timnas bisa mencari pemain hebat, roda kompetisi bisa menaikan taraf ekonomi dengan menggaet iklan. Bagaimana menggaet iklan kalau kompetisinya carut marut. Belum lagi bicara kompetisi kelompok umur, yang sampai saat ini belum jelas arahnya bagaimana.
Peran Pemerintah masih Diperlukan