Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas Diganyang Malaysia 3-0, Pelajaran Mahal untuk Luis Milla

19 Juli 2017   19:22 Diperbarui: 20 Juli 2017   17:20 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia u-22 menelan kekalahan. Bola.com

Hasil pertandingan pertama babak Penyisihan Piala AFC U -22 bagi Indonesia memang di luar dugaan. Indonesia dilumat Malaysia 3-0. Seperti yang dilangsir oleh Kompas.com (19/7/2017) ketiga gol Malaysia semuannya tercipta pada babak pertama. 

Menit ke-4 lewat  Syafiq Ahmad, menit ke 20 oleh Muhammad Jafri dan menit ke -30 oleh Thanabalan Nadarajah. Dapat dilihat bahwa ke tiga gol Malaysia sebenarnya adalah gol mudah yang lebih pada kesalahan pemain belakang Indonesia yang demam panggung.

Luis Milla seperti melakukan perjudian besar dengan tidak menurunkan kapten sekaligus maskot tim Evan Dimas, ditambah di lini belakang tidak ada nama Hansamu Yama. Yang pada akhirnya perjudian itu harus dibayar sangat mahal dengan kebobolan tiga gol pada 30 menit pertama karena tidak adanya organisasi yang baik.

Luis Milla mungkin punya pertimbangan khusus dengan melihat hasil latihan dan skill individu pemain yang dimiliki, tetapi Milla sepertinya lupa memperhatikan faktor mental para pemain. Di pertandingan pertama dan sangat menentukan sebaiknya Milla tidak perlu terlalu mengedepankan ego dengan memarkir pemain bintangnya.

Dapat dilihat sepanjang babak pertama Indonesia bermain sangat -- sangat tidak jelas, kalau dibilang amburadul. Lini tengah yang diisi Zola, Hanif dan Hargianto seperti berlari lari tanpa arah. Ditambah kinerja dua sayap yang masih bingung mau berbuat apa kalau dapat bola, antara menembak atau mengumpan. Dua sayap yang diisi Septian David dan Febri lebih banyak kehilangan bola atau memberikan umpan tidak jelas.

Lini belakang setali tiga uang. Bagas Adi yang diplot menjadi kapten nampaknya belum mampu menanggung beban yang begitu berat. Duet bersama Andy Setyo terlalu gampang di tembus oleh lawan. Bahkan Bagas Adi sampai mendapatkan kartu kuning karena tidak bisa mengontrol emosinya.

Kelemahan lini belakang memang akibat dari lini tengah yang tidak bisa membendung serangan dari Malaysia. Hargianto yang seharunya berkonsentrasi membantu pertahanan terpancing untuk membantu menyerang karena "gemas" dua gelandang lainnya tidak berfungsi dengan baik. Tiga gol Malaysia sebenarnya tidka perlu terjadi kalau pemain Indonesia lebih dapat berkoordinasi, serta adanya pengatur tempo di lini tengah.

Memasuki babak kedua, nampaknya Milla tidak punya pilihan lain, kalau boleh dibilang dia menyadari "kekhilafannya". Masuknya Evan Dimas sangat berpengaruh kepada mobilitas permainan Indonesia. Praktis di babak kedua Malaysia hanya mengandalkan serangan balik karena Indonesia sudah bisa mendikte dari lapangan tengah.

Para pemain baru bisa mengeluarkan skillnya. Hanya sayang kinerja kedua sayap masih sangat jauh dari harapan. Entah salah umpan atau salah posisi masih kerab dilakukan, terutama oleh Febri di sayap kiri. Terlalu banyak membuang peluang dan belum bisa menghilangkan demam panggung. Padahal umpan yang diberikan Evan Dimas bisa dibilang sangat baik.

Untuk partai selanjutnya kalau boleh sedikit memberi saran, sebaiknya Milla tidak perlu lagi coba -- coba atau berjudi dengan memasang pemain baru. Karena kadang faktor mental dan pengalaman lebih berperan daripada skill, khususnya dipertandingan besar.

Bagas Adi dan Setyo layak dievaluasi, Hansamu Yama, Ryuji Utomo , dan Gavin layak diberi kesempatan mengisi lini belakang. Di tengah Evan Dimas harus masuk menggantikan Zola atau Hanif dari menit pertama.

Yabes Roni dapat dipertimbangkan menggantikan Febri yang bermain di bawah form untuk posisi sayap. Untuk depan Martinus masih boleh diberi kesempatan karena di pertandingan pertama dia tidak bermain buruk tetapi memang tidak ada supply  bola yang dapat dia manfaatkan.

Kalau melihat penampilan Timnas U-22 ini rasanya tidak berlebihan sedikit rindu melihat penampilan skuad U-19 Indra Sjafri, di mana satu sama lain seperti sudah mengetahui karakter pemain masing-masing. Terutama sekali merindukan aksi Paulo Sitanggang, Ilham Udin dan Maldini Pali. Tetapi apapun hasilnya nanti, kita tetap mendukung Timnas kita karena  masih ada dua pertandingan lagi.

Salam Olahraga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun