Mereka memang jarang mencetak gol, mereka juga jarang mendapatkan predikat “man of the match” apalagi mendapatkan gelar pemain terbaik dunia. Tetapi kehadiran mereka seolah menjadi nyawa di lini tengah lapangan.
Mungkin beberapa nama berikut bisa memberi gambaran siapa para gelandang bertahan : Pada era dahulu ada nama – nama seperti Roy Keane (MU), Patrick VIera (Arsenal), Claudio Makalele (Madrid/Chelsea), Gattuso (Milan) atau diera sekarang ada nama Xabi Alonso (Munich), Granit Xhaka (Arsenal), Kante (Chelsea), Yaya Toure ( City) dan tentunya pemain termahal di dunia Pogba (MU).
Tentunya musim lalu di Liga Inggris kita masih ingat cerita bak dongeng dari Leicester City yang bisa memenangi title juara liga. Satu pemain yang sebenarnya tidak boleh dijual oleh Tinkerman (Claudio Ranieri) adalah N’Golo Kante. Fungsi Kante sangat vital dalam permainan tim itu sendiri. Lebih vital dibandingkan seorang Vardy sendiri Mau bukti? Sepeninggalan Kante lini tengah Leicester seakan kurang darah, gelandang seperti Mahrez ataupun Drinkwater adalah typical penyerang. Pada saat mereka maju, lini tengah yang mereka tinggalkan menjadi ada lubang dan inilah yang belum bisa ditutup oleh pemain lain pengganti kante. Siapa yang beruntung? Sudah pasti Chelsea, dengan adanya kante di jantung permainan mereka Conte akan lebih leluasa memikirkan taktik menyerang. Kante adalah salah satu pemain dengan menit terbanyak bermain untuk Chelsea, pendek kata kante tak tergantikan. Dan Conte akan pusing tujuh keliling apabila Kante cidera.
Dalam taktik 4-3-3 yang sekarang sedang ng-trend di sepakbola modern, kehadiran seorang gelandang bertahan yang handal sangat diperlukan. Dengan total football mau tidak mau pergerakan posisi pemain dalam menyerang dan bertahan sangat cepat. Nah disinilah fungsi penting dari seorang gelandang bertahan, terutama menahan serangan balik lawan. Merekalah orang pertama yang bertugas memotong laju serangan musuh sejak dari garis area musuh. Mereka harus mahir membaca situasi permainan kapan harus membantu menyerang dan kapan harus mundur jauh kebelakang. Tidak heran faktor fisik yang prima menjadi syarat mutlak menjadi seorang gelandang bertahan Hal ini dikarenakan daerah jelajah mereka adalah tanpa batas bisa dari ujung ke ujung. Jadi ingat permainan Gattuso (AC Milan) pada saat jayanya. Seolah berlari tanpa henti sepanjang pertandingan, gelandang bertenaga badak.
Hal kedua selain fisik yang prima, tentunya dalah karakter yang tidak mudah menyerah (ngototan), mereka yang menjadi gelandang bertahan umumnya mempunyai teknik seperti pemain pertahan, bisa melakukan tackle serta karakternya biasanya keras. Karena mereka selalau dituntut untuk melakukan segala daya upaya menghentikan laju lawan. Tidak heran pemain dalam posisi ini adalah para pemain yang langganan mendapatkan kartu baik kuning atau merah. Yang paling mudah diingat adalah gelandang Arsenal baik VIera maupun penggantinya sekarang Xhaka.
Menjadi hal yang tidak aneh dengan peran vitalnya di suatu tim apabila harga pemain diposisi ini menjadi sangat mahal, contoh kecilnya Paul Pogba, mungkin sebentar lagi Kante akan menyusul menjadi pemain termahal di dunia.
Bagaimana dengan di Indonesia, memang agak susah mencari pemain bertype seperti ini. Untuk U -22 mungkin nama Hargianto bisa diajukan, sedangkan untuk Timnas senior belum ada yang seperti Syamsul Bachri Chaeruddin (PSM) dimasa jayanya dahulu, gelandang bertenaga kuda yang seolah tiada henti mengejar bola sepanjang pertandingan. Tugas dari jajaran pelatih Nasional guna menemukan gelandang bertahan yang mumpuni untuk menambal lini tengah Timnas yang sering kebobolan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H