Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jessica, the Joker dan Kejahatan Tanpa Motif, Mungkinkah?

31 Agustus 2016   17:09 Diperbarui: 1 September 2016   09:01 2509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Motif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah : 1 pola; corak: ; 2 salah satu dari antara gagasan yang dominan di dalam karya sastra, yang dapat berupa peran, citra yang berulang, atau pola pemakaian kata; 3. alasan (sebab) seseorang melakukan sesuatu. Berangkat dari pengertian dasar tersebut diatas motif yang akan kita bahas disini berkaitan dengan pengertian motif pada nomor 3.  

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai perlu tidaknya motif ketika seseorang melakukan kejahatan, mari kita lihat suatu frame cerita berikut, frame cerita ini diambil dari film Batman, yang berjudul The Dark Knight. 

Pada saat itu terjadi diskusi kecil antara Alfred (pelayan setia Bruce Wayne) dan sang tuan. Mereka berdiskusi mengenai apa sebenarnya yang diinginkan oleh seorang The Joker dalam melakukan kejahatan. Alfred tidak menjawab secara gamblang, tetapi dia kemudian bercerita mengenai pengalamannya pada saat dia muda. 

Dia bercerita pada saat masih menjadi tentara di Vietnam bahwa ada segerombolan penjahat yang kejam yang merampok perhiasan yang berupa batu permata yang sangat besar. Intinya mereka merampok dengan sadis dan tanpa ampun. 

Tetapi, si Alfred kemudian melanjutkan, beberapa tahun kemudian disebuah desa yang sederhana dia menemukan berlian yang sangat mahal yang telah dirampok oleh gerombolan beberapa tahun lalu. Malah menjadi mainan seorang anak kecil yang sebenarnya tidak ngerti dan tidak tahu betapa mahalnya benda tersebut. Alkisah bahwa benda tersebut diberikan kepadanya secara cuma–cuma kepada anak ecil tersebut. 

Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, buat apa perampok tersebut susah susah merampok, mungkin saja pada saat itu dia bisa kehilangan anak buah, bahkan nyawanya sendiri pada saat merampok, toh pada akhirnya dia juga tidak mengambil apa–apa dari persitiwa tersebut.

Mungkin frame film itu memang ingin menggambarkan sosok The Joker yang  digambarkan sangat terobsesi untuk menghabisi Batman, tetapi di satu sisi dia juga "sayang" kepada Batman. Dia tidak ingin identitas Batman dibuka ke publik oleh orang lain (bahkan dia mengancam membunuh orang yang membuka kedok Batman). 

Memang membingungkan. Satu sisi Batman musuh, tetapi juga dianggap sebagai mainan. Bertempur boleh, meninggal (boleh kalau ditangganya), kalau bukan oleh dia tidak boleh.  Tetapi intinya adalah Batman disini tidak lebih adalah mainan untuk Joker bersenang – senang.

Cerita di atas memang diambil dari sebuah frame di dalam film. Tetapi kadang menelusuri jalan pikir/pola pikir seorang pembunuh adalah hal yang sangat rumit. Apalagi kalau kita adalah orang yang berpikir normal, untuk menghabisi nyawa orang lain adalah hal yang sangat–sangat mustahil dilakukan. Apalagi kalau pembunuhan tersebut dikarenakan alasan yang tidak jelas bahkan bisa dibilang tidak ada alasan untuk membunuh.

Kasus meninggalnya Wayan Mirna Salihin dalam 2 bulan terakhir sedikit banyak menarik perhatian kita. Dari “perang” di media antara ayahnya Mirna dengan pengacara Jessica sampai dengan kehebohan saksi yang dihadirkan dalam persidangan. Belum lagi tayangan live yang disiarkan oleh beberapa stasiun TV swasta. Seakan–akan bahwa persidangan tersebut menyangkut hajat hidup seluruh rakyat Indonesia.

Dua hal yang sampai detik ini belum terjawab untuk menentukan bahwa Jessica bersalah atau tidak adalah: Yang pertama, tidak adanya bukti/orang yang melihat bahwa Jessica lah yang menaruh racun sianida dalam gelas kopi yang diminum Mirna. 

Yang kedua, belum juga ditemukan motif sesungguhnya oleh Polisi mengapa sampai Jessica tega menghabisi nyawa kawan baiknya tersebut (ini dengan asumsi Jesscica dianggap bersalah).

Kalau alasan nomor satu mungkin karena terlalu pintarnya seseorang, entah Jesscica atau orang lain menyembunyikan hal tersebut sehingga “peristiwa” penuangan racun tidak terlihat. Itu dapat dimungkinkan. Tetapi untuk alasan yang nomor dua, sebuah motif tentunya dapat digali dari berbagai sumber kemudian dapat saling berkait.

Pertanyaan adalah (melihat sidang sampai hari ini) bagaimana kalau kematian Mirna adalah kasus pembunuhan yang memang tanpa motif. Maksudnya di sini adalah bahwa dicari bagaimanapun motif pembunuhan itu memang tidak. Ada tiga hal kemungkinan terjadi kalau sampai motif itu tidak bisa ditemukan: 

Pertama, pembunuhnya adalah seorang psikopat, dalam hal ini seperti cerita Alfred diatas dia membunuh/melakukan tindak kejahatan tanpa maksud apa–apa, bunuh-bunuh aja, selesai cerita. 

Tidak ada dendam, tidak ada sakit hati, tidak ada alasan apapun, lagi kepengen ya sudah aku lakukan. Namanya juga psikopat. Nah kalau sampai ketemu pembunuh model begini tentunya polisi akan bingung menentukan apa yang menjadi motifnya. 

Kedua, Mirna keracunan oleh makanan. Mungkinkah hal ini terjadi? Mungkin sekali. Pernahkah Anda makan sesuatu terus diberitahu seseorang bahwa makanan tersebut ada pantangannya, misalnya : Sehabis Makan duren dilarang langsung minum minuman bersoda? 

Itu adalah contoh kecil. Bagaimana kalau ternyata sebelum sampai ke kafe tersebut Mirna mengonsumsi sesuatu (dalam hal ini asumsinya barang tersebut halal dan legal) tetapi itu akan bereaksi terhadap kopi yang akan dia minum? 

Atau bisa juga campuran kopi yang disajikan yang tidak baik (dalam hal ini tidak ada yang menaruh racun apapun dalam kopi tersebut ) tetapi karena mungkin salah taruh ramuan terjadi reaksi kimia yang dapat mengakibatkan kematian, atau bahan campurannya sudah kadaluwarsa? Bisa jadikan kan? 

Ketiga walaupun kecil sekali, bisa jadi Mirna sengaja mengakhiri hidupnya. Apakah hal ini pernah diselidiki? Apakah latar belakang Mirna juga diselidiki? Perkawinannnya? keluarganya? Pergaulannya dll.

Untuk kemungkinan lain tentunya banyak sekali. Tetapi yang kita bicarakan disini adalah ketidakjelasan/ ketidakadaan motif yang sampai sekarang belum terungkap. 

Kesimpulannya yang penulis dapat mengania motif dalam kasus ini adalah bahwa bisa saja tindak kejahatan tersebut memang dilakukan tersangka tanpa motif tertentu. 

Walapun hal ini menuntut pemeriksaan psikologi tersangka oleh ahli yang benar benar mumpuni. Sehingga dapat membuktikan tersangka tersebut adalah seorang psikopat (tetapi pemeriksaan awal oleh ahli psikologi menunjukkan Jessica normal secara mental).

Penulis yakin bahwa persidangan kasus ini masih akan panjang dari kata selesai, semoga saja pengadilan dalam ini para hakim dapat secara jeli mumutuskan perkara ini. Kalau memang bersalah sesuai dengan bukti–bukti yang ada hukumlah dengan setimpal. Tetapi kalau memang Jessica tidak terbukti secara hukum bersalah maka segera bebaskan dia dari segala tuntutan, minta maaf, dan rehabilitasi nama baiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun