Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menunggu Calon Ketua Umum PSSI Rasa Istana

4 Agustus 2016   17:25 Diperbarui: 5 Agustus 2016   14:15 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kongres luar biasa PSSI tanggal 3 Agustus 2016 telah selesai dilaksanakan, sedikit riak kecil ditengah kongres terjadi, ditambah dengan kedatangan tamu jauh dari surabaya yang menamakan diri bonek, dipandang sebagai dinamika selama kongres. 

Dari semua hal yang terjadi dan yang telah diputuskan, maka keputusan terpenting tentunya adalah mengenai masalah kapan akan diselenggarakan kongres tahunan yang didalamnya dilaksankan pemilihan ketua umum baru. Karena seperti yang kita ketahui bahwa bapak LNM selaku ketua umum yang sah tidak bisa menjalankan kepemimpinannya dengan baik karena sedang menghadapi masalah hukum.

Dalam KLB telah disepakati bahwa penyelenggaraan kongres tahunan nantinya akan berlangsung pada 17 Oktober 2016 ( -+ 2 bulan lagi). Agum Gumelar ditunjuk sebagai ketua Komite Pemilihan Ketua Umum PSSI dan Erick Thohir sebagai Ketua Banding Pemilihan. 

Duduknya dua orang yang sangat berpengaruh diblantikan sepakbola Indonesia ini sah–sah saja. Dan pastinya sudah terjadi pembicaraan antar anggota PSSI mengenai kedua posisi ini. Sehingga tidak perlu diperdebatkan. Yang paling menarik selanjutnya tentunya adalah membahas siapa ketua PSSI selanjutnya?

Dalam penyelesaian masalah PSSI yang lalu, FIFA merekomendasikan bahwa pemerintah Indonesia juga diajak menjadi bagian dalam proses reformasi di tubuh PSSI. Ini sebenarnya dapat diartikan bahwa FIFA menganggap PSSI tidak mampu mereformasi dirinya sendiri. 

Pemerintah dalam hal ini presiden beserta jajarannya terutama Kemenpora yang setahun belakangan ini disebut sebagai motor atas semua yang terjadi dalam tubuh PSSI tentunya mempunyai kepentingan juga atas siapa yang nantinya akan menjadi pemimpin di PSSI.

Pemerintah tentunya tidak akan mengulang kesalahan yang sama dengan menyerahkan urusan PSSI ke orang yang salah. Penulis yakin pemerintah akan berusaha memunculkan sosok baru yang benar–benar untuk menjadi komando mereformasi PSSI. Dan penulis juga berharap bahwa sosok ini bukan dari lingkaran dalam PSSI sekarang ini.

Menjadi Ketua Umum PSSI adalah posisi yang sangat prestisius, apalagi kalau bisa ditambah dengan prestasi timnas bisa sampai ke masuk Piala Dunia, niscaya kepopuleran Sang Ketua bahkan bisa setara dengan presiden. Bayangkan berapa ribu orang yang merafiliansi kepada PSSI? Dari jumlah atlitnya saja cabang sepakbola pastinya merupakan cabang olahraga yang paling banyak anggotanya. Belum lagi supoter dll.. 

Dan hal itulah yang membuat Ketua Umum PSSI selama ini menjadi incaran banyak orang terutama mereka yang dekat dengan partai politik. Karena logika berkata paling cepat memobilisasi massa dan mengajak orang menonton adalah sepakbola. Percayalah prestise Ketua Umum PSSI dari semua cabang olahraga pasti nomor satu. Bahkan sekelas menteri pun kiranya masih kalah prestise daripada seorang Ketua Umum PSSI.

Nah pemerintah Jokowi rupanya sadar hal ini yang telah terjadi bertahun-tahun harus diubah, memang tidak mudah, bahkan harus menerima pil pahit sampai diskorsing FIFA hanya untuk mereformasi PSSI yang sudah terlalu jauh bobrok di dalamnya. Di mana mereka yang selama ini duduk di ajaran elitenya lebih banyak memanfaatkan PSSI untuk kepentingannya daripada mengurusi prestasi PSSI itu sendiri.

Momen pemilihan ketua umum tentunya adalah momen yang sangat krusial, inilah milestone selanjutnya dari agenda reformasi PSSI. Apabila ketua umum terpilih nanti adalah orang yang tepat maka prestasi PSSI ada harapan, tetapi bila salah lagi maka selamat tinggal prestasi dunia.

Kriteria bakal calon ketua akan segera disusun oleh tim pemilihan, semoga saja kriteria calon ketua yang dihasilkan tersebut benar–benar “fair”. Jangan ada pasal–pasal bersayap atau pasal–pasal yang sengaja dimunculkan untuk menghalangi calon tertentu untuk maju. Karena berkaca dalam pemilihan pemilihan sebelumnya beberapa orang yang terkenal integritasnya malah tersingkir sebelum bertarung hanya karena alasan sepele. 

Mungkin kaum reformis agak pesimis dengan ketua tim pemilih tetapi tenang saja masih ada tim banding, jadi berdoa saja aturan main yang ada nantinya bisa mengakomodasi semua pihak untuk bertarung dengan jujur dan terbuka.

Hakekat utama ketua umum tentunya adalah mampu memberikan tenaga, pikirannya bahkan semua sumber yang dia punya untuk kemajuan PSSI, tanpa adanya kepentingan lain yang melatarbelakangi. Syarat terdengar gampang tetapi sangan sulit dicari orang seperti itu. Ketua PSSI haruslah orang yang sudah selesai dengan urusan–urusannya yang lain, harus disadari ini adalah bagian dari pengabdian.

Penulis yakin Istana sudah memiliki beberapa kandidat untuk disodorkan menjadi Ketua Umum PSSI, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk diperkenalkan, mungkin sudah diperkenalkan tetapi kita yang tidak sadar. 

Selain concern terhadap prestasi, tentunya Istana juga memperhatikan dinamika sosial termasuk didalamnya politik dalam merestui seseorang menjadi Ketua PSSI. Sosok tersebut harus mampu me-manage PSSI dari segi prestasi, memastikan kompetisi berjalan tanpa gejolak terutama kerusuhan supporter, belum lagi masalah keuangan PSSI yang karut marut, diperlukan ketegasan tetapi juga bisa ngemong para anggotanya yang sedikit bandel. 

Dan yang paling penting sosok tersebut harus dapat mempresentasikan reformasi di tubuh PSSI itu sendiri. Dalam arti sosok tersebut adalah sosok yang dapat diterima baik oleh masyarkat dengan melihat track recordnya.

Beberapa opsi mengenai criteria yang bisa dijadikan acuan antara lain :

  • Purnawiran jendral baik kepolisian/militer dapat menjadi pilihan, dikarenakan militer lekat dengan disiplin maka diharapkan PSSI dapat mendisplinkan para anggotanya, serta juga koordinasi dengan aparat kemanaan dalam hal penggamanan supporter akan lebih mudah. Ditambah lagi dalam militer terdapat apa yang dinakaman garis komando, dan komando militer tertinggi di republik ini adalah di bawah presiden, jadi mau dalam hal ini presiden sedikit banyak masih bisa mengendalikan PSSI.
  • Orang bola/orang gila bola, orang bola di sini adalah mereka mereka yang selama ini memang kerjanya mengurusi bola, bisa orang PSSI, anggota pemprov , pemilik KLBU atau manajer klub. Bukan tidak ada orang yang baik dalam tubuh PSSI selama ini, tentunya pasti ada orang yang baik. Tetapi jumlahnya saat ini sangat sedikit. Maka diperlukan kejelian yang sangat detail untuk memilihnya. Kalau orang tersebut berasal dari pemprov atau pemilik klub sebenarnya juga tidak ada masalah, hanya pastinya akan menjadi dilema bagi dia sendiri, karena pasti akan selalu dikaitkan dengan klub asal mereka.
  • Orang partai politik/bekas orang partai, seperti yang coba penulis uraikan diatas partai politik sangat berkepentingan atas Ketua Umum PSSI. sekali lagi anggota partai politik juga pasti ada yang baik. Istana juga pasti melihat hal tersebut dan dipertimbangkan untung ruginya apabila menyodorkan orang partai. Jangan sampai ketua umum baru sampai tidak mendapatkan kepercayaan dari publik gara–gara orang partai walaupun sebenarnya dia bagus kinerjanya.
  • Kalangan Profesional/pengusaha. Aroma bisnis di dalam PSSI sebenarnya sangat besar. Apabila mampu dikelola dengan baik aspek bisnisnya tentunya dapat mensejahterakan anggotanya. Ingat bagaimana Liga Primer Inggris berani bayar mahal kepada klub untuk hak siar? Dibutuhkan seorang yang jeli melihat ini semua. Tidak tertutup kemungkinan hal ini juga dipilih. Karena bagaimana kompetisi dapat berputar kalau biaya operasionalnya tidak ada? Mungkin didapat dari sponsor tetapi semua tetap butuh modal awal. Dan itu dapat ditutupi kalau ada yang berkantong tebal.

Mana yang akan dipilih istana? Sampai sekarang kita belum tau, bebrapa nama mungkin bisa dipertimbangkan: Dari kalangan militer (Letjen Edy Rahmayadi/ Pangkostrad). Orang bola (Djoko Driyono), Orang Partai/Bekas Partai (Maruara Sirait), Kalangan Profesioanal (Erick Thohir/Arapin panigoro).

Nama–nama tersebut hanya sebagai contoh saja, orang–orang yang mewakili aliran masing–masing dengan sekala kapasitas dan kekurangannya. Sebenarnya semua tergantung kepada anggota PSSI itu sendiri mau dipimpin sosok macam apa? Apakah hanya mengambil keuntungan sesaat setelah bagi–bagi jatah selama kongres? Atau berfikir lebih jauh kedepan untuk kepentingan sepakbola Indonesia? 

Yang pastinya Istana akan terus mengawasi segala gerak gerik PSSI, apabila dipandang bahwa keluar jalur saya yakin apa yang disebut sebagian orang sebagai “intervensi jilid II” akan hadir kembali.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun