Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sampah Plastik dan Kita

14 April 2016   15:13 Diperbarui: 14 April 2016   15:37 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena penulis tinggal di daerah perbatasan (dekat Malaysia) kadang penulis juga berkesempatan berkunjung kesana dan melihat isi supermarket disana. Terutama kebutuhan mandi (sabun/odol/deterjen, dll). Disana umum bahwa barang – barang tersebut mempunyai kemasan yang besar – besar (jumbo). Misalnya di Indonesia untuk sabun cair kemasan terbesarnya 200ml, disana akan banyak dijumpai kemasannya adalah 500ml. Yang kemasan 200ml dan dibawahnya malah lebih sedikit. Hal ini patut dicoba dan dicontoh selain untuk mengurangi pemakaian plastik juga untuk membiasakan pola konsumsi masyarakt untuk berhemat. Membeli dalam kemasan besar tentu jauh lebih hemat daripada kecil – kecil.

3.       Harus segera dibangun tempat pengolahan sampah plastik. Minimal disetiap propinsi terdapat 1 lokasi pengolahan sampah plastik. Hasil pengolahan sampah plastik ini dapat digunakan kembali oleh para produsen plastik sebagai bahan baku (daur ulang). Sehinggahal ini  secara signifikan dapat mengurangi beban sampah plastik yang tertimbun di lingkungan. Saat ini jangankan mengelola sampah platik, mengelola sampah secara umum saja masih morat – marit. Terkendala lahanlah, terkendala SDMlah terkendala hargalah, terkendala teknologi dan sejuta alasan lainnya. 

Kita seharusnya berterimakasih kepada mereka yang bekerja untuk memisahkan sampah plastik dengan sampah lainnya (baca : pemulung) dengan keberadaan mereka sebenarnya baik secara langsung maupun tidak langsung sudah mengurangi dampak kerusakan lingkungan itu sendiri. Sekali lagi pemerintha harus segera membuat pabrik pengolahan sampah plastik ini di setiap daerah harus ada. Peran swasta juga dapat dilibatkan terutama mereka yang produknya sebagian besar menggunakan plastik. Dalam arti bisa dilibatkan dalam pembangunan / pengelolaan tau harus mau menampuh hasil dari pengelolaan sampah plastik tersebut.

4.       Dan yang paling penting dari semua hal tersebut adalah kembali lagi ke individu – individu masing – masing. Tingkat kesadarannya sampai mana? Kalau semua hal diatas belum juga dilkakukan pemerintah baiknya mulailah dari kita sendiri yang membatasi penggunaan plastik. Berat memang karena kita sudah terpola dengan hal – hal seperti ini. Beli barang 1 biji yang bisa ditenteng kalau memungkinkan minta kantong plastik. Minum di warkop gelasnya plastik beli dipinggir jalan juga pake gelas plastik. 

Bahkan ibu – ibu juga merasa keren kalo dapurnya terdapat suatu merk perlengkapan dapur yang katanya garansi seumur hidup. (iya kalau nanti anak cucunya masih mau pake barang begituan, kalao ngak suka lagi tentunya jadi sampah) dan garansinya seumur hidup lagi, bayangkan berapa banyak sampah yang kita tinggalkan bahkan setelah kita tidak ada di dunia ini. Perlu juga dipikirkan hal ini masuk sebagai salah satu pelajaran di sekolah – sekolah formal. Dari kecil mereka di tanamkan bahwa penggunaan plastik harus seminimal mungkin.

Masalah sampah terutama masalah sampah plastik memang adalah tanggung jawab bersama. tetapi peraturan yang tegas untuk megnatur hal tersebut seharusnya segera dibuat oleh pemerintah. Kita sendiri juga harus memupuk kesadaran untuk mulai mengurangi pemakaian plastik. Kita harus ingat bahwa anak cucu kita bukanlah pihak yang harus bertanggungjawab atas apa yang kita lakukan saat ini. Terutama tentang peninggalan kita yaitu sampah plastik.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun