Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merindukan Kehadiran Ahok di Luar Jakarta?

8 Maret 2016   09:06 Diperbarui: 8 Maret 2016   11:57 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepemimpinan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta seolah membuka mata kita tentang bagaimana seharusnya pemimpin yang berorientasi melayani masyarakat. Banyak cibiran hujatan bahkan makian yang ditujukan kepada Ahok. Sebagian yang mengerti cuma akan tersenyum sambil geleng – geleng kepala melihat mereka – mereka yang belum juga bisa menerima perubahan, bahwa dunia “nikmat” yang selama ini telah mereka nikmati perlahan namun pasti akan berakhir. Tetapi ada pula yang secara membabi buta justru menyalahkan langkah yang dipilih oleh Ahok. Resistensi terbesar tentunya dari kalangan parpol yang selama ini berlindung pada anggotanya di DPRD , dimana DPRD mempunyai posisi tawar yang tinggi terhadap kebijakan yang dikeluarkan Gubernur. Semua harus lewat DPRD dan semua tentu ada biayanya. Begitulah yang terjadi selama ini.

Langkah–langkah yang diambil Ahok menurut penulis termasuk ekstrim dan mungkin kalau ini dipraktekan 10-15  tahun yang lalu akan disebut Gubernur gila, tidak masuk akal, dan lain sebagainya, intinya tidak mungkin terlaksana. Tetapi itulah Ahok dengan sikapnya yang tidak ada komrpomi, satu persatu masalah di Jakarta coba diuraikan, tidak gampang memang, tangan besi harus dikeluarkan, umpatan kadang harus juga keluar, bahkan kata–kata yang tidak pantas harus juga dikelurkan dari mulut seorang Gubernur. Karena melihat betapa bobroknya pelayanan pemerintah kepada masyarakat, termasuk juga didalamnya korupsi yang telah begitu mengakar di internal jajarannya. Satu persatu coba dibenahi, tentunya hal ini tidak lepas dari dukungan pusat, yang kita tau Presiden pasti akan memback up dibelakangnya.

Yang menjadi pertanyaan adalah dengan adanya fenomena seperti Ahok ini, bagaimana dengan pemerintahan daerah lainnya? Khususnya yang dil uar Jakarta dan di luar Jawa? Mungkin sebagian masyarakatnya di luar jawa merindukan gaya kepepimpinan Ahok guna menyelesaikan masalah di daerahnya. Karena mereka melihat kepala–kepala daerah yang sekarang tidak/belum menunjukkan perubahan apa–apa , tidak ada terobosan yang bisa membuat masyarakatnya bangga. Mungkin terlalu ekstrim kalau gaya kepepimpinan Ahok dipakai di daerah Aceh misalnya. Tetapi percayalah masyarakat dimanapun pasti ingin pemimpin yang tegas, mau melayani masyarakat dan yang terpenting jujur, tidak korupsi. Dengan adanya 3 hal tersebut maka barulah bisa dibuat program–program yang benar–benar membawa perubahan di masyarakat.

Kalau bicara tentang perencanaan atau konsep tentunya semua daerah sudah mempunyai, kalaupun belum tinggal hubungi perguruan tinggi yang ada disana, pastinya semua konsep tinggal dibahas dan dimatangkan oleh para akademisi yang ada disana. Masalah terbesar adalah pada keberanian untuk mengeksekusi dan menjalankan itu semua. Bagaimana mau berantas korupsi kalau kepala daerahnya malah diurutan pertama dalam memperkaya diri sendiri? Begitulah logikanya.

Beberapa program Ahok yang sebenarnya sangat sederhana dan mempunyai dampak langsung kepada masyarakat dan ini  sebenarnya dapat diikuti oleh pemimpin daerah lainnya, penulis ambil beberapa contoh program/kebijakan tersebut:

1. Perubahan Wajah Kantor Kelurahan/Kecamatan.

Sederhana dan nampak sepele sekali, tetapi inilah yang kadang kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Kelurahan dan kecamatan inilah sebenarnya ujung tombak pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Hampir semua dari kita kalau membayangkan urusan dengan instansi ini pastinya adalah ribet, lama, penuh pungli, pokoknya dak jelas deh. Disinilah letak ketegasan Ahok untuk membenahi pelayanan kepada masyrakat. Yang pertama tentunya wajah kantor dulu harus dibenahi, kalau bisa wajahnya harus mendekati kantor bank swasta, bersih, ramah, senyuman, serta kejelasan prosedur. Mau bukti sekarang? cobalah tanya warga Jakarta bagaimana sekarang berurusan dengan instansi ini saat ini, pasti jawabnnya sebagian besar akan berbeda dengan persepsi kita. Terus kalau ada ganjalan mereka tinggal sms ke nomor aduan. Semua hal itu tidak lepas dari sistem yang dibuat oleh Ahok. Terkontrol semua. Nah kepala daerah lain? Apakah sudah ada nomor telepon yang dibagikan ke masyakarat untuk aduan? Atau pernahkah melihat pelayanan langsung di kelurahan atau kecamatan?

 

2. Parkir Menggunakan Parkir Meter.

Pendapat parkir di Jakarta sangat besar. Tetapi kehilangan dana dari sana juga besar. Intinya seharunya dapat 10 ini yang didapat masuk ke kas daerah cuma 1, yang 9 entah kemana. Ahok menyadari itu, dia sadar banyak pihak yang berkepentingan akan lahan emas ini. Dari jajarannya sendiri, para preman, maupun tokoh – tokoh setempat. Maka daripada harus berantem face to face dengan mereka dipasanglah Paking meter yang dilengkapi cctv untuk dapat memaksimalkan dana pendapatan dari parkit. Dan hasinya seperti sudah diduga, sangat luar biasa. Naik lebih dari 100% dari pendapatkan yang didapat dengan sistem setoran. Mungkin memang awalnya investasi yang dikeluarkan akan terasa besar dengan membeli peralatannya tapi itu akan tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan pendapatan yang akan diperoleh. Nah untuk daerah lain? Kapan kepala daerah berani memasang parkir meter? Atau masih takut sama pemegang lahannya? Atau takut kehilangan suara didaerah itu gara – gara tidak mendapat dukungan tuan tanah setempat?

 

3.  Keberadaan Pasukan Orange.

Keberadaan pasuan orange (petugas kebersihan) sebenarnya di tiap daerah sudah ada. Mereka difungsikan untuk menjaga kota tersebut bersih. Biasanya mereka berada dibawah dinas kebersihan atau dinas pertamanan. Tetapi lihatlah bagaimana Ahok memperlakukan mereka? Dengan memperbaiki kesejahteraan mereka, dengan “memanusiakan” mereka, dengan menghargai atas hasil kerja mereka. Pasukan orange menjadi ujung tombak dalam menjaga kebersihan Jakarta. Mereka pun bekerja dengan giat karena sudah tidak lagi dihantui dengan bayaran yang dipotong, bayaran yang telat dan masalah klise lainnya. Bagaimana pengelolaan pasukan orange di daerah lain? Apakah masih menjadi sapi perahan kepala dinasnya, ditambah lagi kesejateraan mereka tidak pernah dipikirkan?

 

4.  E- Budgeting

Ini yang menjadi main goal pemerintahan Jakarta sekarang yang harusnya menjadi contoh pengelolaan anggaran di tiap daerah. Dengan sistem ini diharapkan anggaran yang disusun benar–benar tepat sasaran dan dengan harga yang wajar dilapangan. Mencegah permainan antara penyusun dan penyetuju anggaran. Disinilah sebenarnya perang besar itu terjadi antara yang mau berubah ke sistem lebih baik dengan yang sudah terbiasa dengan cara–cara lama. Baik yang berada di jajaran pemerintah atau di DPRD. Nah para Gubernur dan Bupati/Walikota? Seberapa siapkah diri kalian dan jajarannya melaksanakan sistem anggaran ini. Ataukah masih tersandera dengan banyak kepentingan? Terutama tersandera kepentingan dengan mereka yang duduk di DPRD atau juga dengan parpol pengusung? Atau butuh balik modal masa kampanye dulu?

Mungkin empat contoh kebijakan Ahok diatas adalah sedikit dari kebijakan-kebijakan yang membuat Jakarta menjadi daerah layak untuk dicontoh dalam hal pemerintahan. Masih banyak pekerjaan rumah Ahok lainnya mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang ada. Tetapi bukankah para pemimpin di daerah lain dapat berkaca melihat program – program Ahok yang menyentuh langsung masyarakat? Atau begitu sulitkah bagi kalian untuk sekedar mencontoh apa yang telah dibuat oleh Ahok? Mungkin kalian akan berkata, itu khan Jakarta, bedalah budayanya dengan disini. Khan Ahok didukung sama Presiden jadi gampanglah, atau Ahok mah tinggal meneruskan Program Jokowi, dan seribu alasan lainnya.

Tetapi percayalah dengan sedemikian majunya teknologi informasi maka rakyat akan semakin pintar, semakin tau kualitas kepala daerahnya. Dan jangan heran akan semakin banyak yang berkata? “Kalau Ahok sudah ngak dipakai di Jakarta, pindahkan saja ke daerah kami, karena kepala daerah kami kerjanya…….”

 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun