Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Langkah Kuda Ridwan Kamil

2 Maret 2016   09:06 Diperbarui: 2 Maret 2016   09:23 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak perlu terkejut dengan keputusan Ridwan Kamil mundur dari pencalonan menjadi Bakal Calon Gubernur  DKI Jakarta 2017. Sebenarnya langkah–langkah yang dilakukan RK sebelum mengambil keputusan yang beberapa kalangan disebut “Keputusan Maha Penting” adalah hal yang sudah terbaca sejak awal saat isu ini mulai beredar. Sejak digadang–gadang oleh salah satu parpol untuk maju ke DKI 2017. RK sebenarnya sudah menolak. Bila diundang tidak datang ke suatu acara, itu adalah suatu bentuk penolakan sangat halus. Menjadi rumit karena partai tersebut keliatanya sudah hilang urat malunya karena masih saja mencoba merayu, membujuk, mengatakan RK adalah kadernya dan dengan sejuta alasan yang membuat opini bahwa RK mau maju ke DKI 2017. Nah disinilah RK mulai mencari strategi bagaimana menolak tetapi tanpa kehilangan dukungan dari partai tersebut. Coba kita buka satu satu beberapa hal terkait pengunduran RK menjadi Balon DKI – 1, dan mengapa jalan berliku harus ditempuhnya untuk sekedar mengatakan “Saya Tidak Akan Maju”.

Ketidakinginan RK untuk bertarung dan memperebutkan DKI–1 sebenarnya sudah terbaca sejak awal. Keengganan untuk bertarung dengan Ahok, sudah dapat dibaca saat dia tidak hadir dalam undangan yang diberikan oleh salah satu parpol. Tetapi cara penolakan RK ini ternyata masih menyisakan celah yang masih bisa digarap oleh parpol tersebut. Tidak seperti Rishma di Surabaya yang dengan tegas menolak. Pernyataan RK masih coba diungkit–ungkit. Perlu diingat bahwa RK menjadi Walikota di Bandung juga dikarena dukungan partai ini. Situasi menjadi agak menjadi rumit karena harus menolak tetapi tidak boleh ada yang tersakiti. Termasuk parpol tersebut dan para tokoh lain yang mau mendompleng RK.

Mulailah RK berhitung secara politik, akan sangat susah maju menjadi Jabar–1 tanpa dukungan partai politik, mau tidak mau hubungan baik dengan para parpol tidak boleh rusak hanya karena ketidakinginannya untuk maju ke DKI–1. Maka  strategi tersebut dijalankan. Dengan Roadshow menemui berbagai kalangan (utamanya adalah ketua partai politik) yang akan sangat dibutuhkan dalam rangka langkah dia nanti di Jabar–1. Disinilah hebatnya RK dengan segala kerendahan hatinya untuk sawon ke ketua partai dia berhasil menyakinkan mereka untuk tidak mengusungnay di DKI – 1. Mungkin RK berkata..” Jabar-1 tidak kalah gengsinya dengan DKI-1, dan peluang disana jauh lebih besar untuk menang, mengapa harus berjudi kalau yang past sudah didepan mata ?”.

Parpol pun belakangan mulai sadar bahwa percuma juga melawan seorang Ahok, sudah keluar dana habis–habisan hasilnya belum tentu menang. Maka lebih baik mencari calon yang bisa membiayai diri sendiri, syukur–syukur bisa membantu partai pengusung juga. Kalau RK ya paling modal prestasi dan modal dukungan masyrakat. Minta mahar ke RK, jangan terlalu berharap deh.

Bahkan dalam Roadshownya RK sampai harus berkonsultasi dengan Presiden Jokowi sehingga mendapat jaminan lebih pasti untuk didukung menjadi Jabar–1 dan juga bisa memenangkan hati para pendukung Jokowi. Lalu pertanyaan selanjutnya mengapa perlu minta bantuan media sosial? Disinilah letak kejelian RK dalam mempromosikan dirinya, tau dirinya terjepit tau dirinya seolah–olah harus makan buah simalakama, maka dukungan nitizen yang dia garap. Sebenarnya sebelum “polling” itu dibuat saya yakin bahwa RK yakin suara netizen mayoritas (mungkin diatas 75%) tidak akan setuju dia maju ke DKI–1, apalagi warga Bandung dan Jawa Barat umumnya. Dengan adanya numpang judul pemilihan DKI–1 , RK mencoba mrngukur kondisi real dilapangan seberapa besar dukungan untuk dirinya menjadi Jabar – 1 (ingat ya Jabar–1 bukan DKI-1). Inilah sebenarnya modal politik yang sangat penting baginya sesungguhnya. Dengan melihat peta kekuatan dukungan maka RK mempunyai berganing (posisi tawar) yang tinggi di mata parpol.

Jadi yang masih bermimpi RK maju ke DKI–1 ya harap segera bangun. Atau juga mereka yang masih penasaran perkataan RK  yang berbunyi” Saya ingin bahagia tanpa mencederai. Saya ingin menang tanpa melukai.”  Penasarannya adalah kepada siapa kata – kata ini sebenarnya ditujukan…. Karena kita tau sekarang yang dalam posisi kalah itu siapa…..

 

Salam…

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun