Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mempertanyakan Munculnya Karakter Abang “Sally” di Cerita Upin & Ipin

16 Februari 2016   17:05 Diperbarui: 16 Februari 2016   17:13 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Siapa yang tidak suka serial Upin & Ipin? Kartun produksi negera jiran ini begitu fenomenal sejak kemunculannya. Setiap orang pasti suka dengan serial ini, hampir semua umur. Termasuk juga keluarga saya, apalagi anak – anak saya, walaupun belum genap 3 tahun sudah terlanjur cinta dengan serial ini. Karakter – karakter  yang unik, visual yang penuh warna, jalan cerita yang gampang dicerna, serta pesan moral yang tersimpan disana membuat anak – anak suka, dan orang tua merasa aman memberikan tontonan tersebut.

Disini penulis bukan menjelekkan bukan pula menggurui, karena jujur kalau disuruh bikin kartun kayak Upin Ipin pasti tidak bisa, melukis aja yang keluar adalah gambar sakti gunung dan pemandangan sawah plus jalan, apalagi disuruh membuat kartun. Penulis cuma ingin mendapat masukan tentang bagaimana pendapat para kompasioner tentang karakter “Soleh aka Sally “ dalam serial tersebut.

Kita akui penciptaan karakter dalam suatu serial atau film kartun adalah bukan perkara gampang, tim kreatif harus benar – benar membuat karakter tersebut bernilai dan mempunyai keunikan masing – masing bahkan ada yang melakukan riset lama. Dalam serial upin ipin ini berbagai karakter keseharian anak – anak negeri jiran yang hidup rukun berdampingan  multi etnis tergambar jelas, melayu, Chinese, india. Dan juga sifat – sifat yang ada mewakili sifat dasar anak – anak yang ada disekitar kita : ada yang pintar tapi pemalu, ada yang biasa – biasa saja tapi berjiwa pemimpin, ada yang anak orang kaya tapi penakut, ada yang sifatnya mengekor teman, ada juga yang sangat pemalu bahkan ada juga yang jiwa enterprenuernya melebihi apapun (pokoknya semua jadi duit ditangannya). Tokoh dewasnya pun begitu menggambarkan kehidupan suatu kampung yang tidak banyak gejolak. Mengenai siapa –siapa saja karakter dalam serial Upin & Ipin tentunya para pembaca sudah hapal luar kepala. Dari sekian banyak karakter itu hanya satu karakter yang membuat penulis bertanya mengapa karakter itu dimunculkan, ya karakter Soleh aka Sally.

Dalam serial tersebut soleh digambarkan karakter melambai–lambai, dia cowok bernama asli soleh, tetapi dia lebih senang dipanggil sally, usahanya adalah menjahit baju, menerima rias pengantin, tetapi juga kadang melakukan pekerjaan bersama atuk dalang.  Selama ini saya tidak terlalu memperhatikan dengan seksama karakter ini dan apa manfaatnya bagi anak  - anak. Tetapi belakangan demi mendengar berbagai pemberitaan tentang LGBT dan bahwa UNDP memang menyalurkan dana untuk menyebarkan agenda tersebut di Asia Tenggara, maka bolehlah penulis agak bersikap sedikit kritis tentang kehadiran si Sally ini.

Bagaimana pendapat reaksi orang tua apabila anaknya bertanya : “Mama, itu sally cowok apa cewek?”. Pertanyaan sederhana yang harus dijawab secara hati – hati dan bijak oleh orang tua. Apalagi kalau yang bertanya masih masa – masa sekolah dasar bahkan belum sekolah dimana rasa ingin taunya tinggi. Kalau pertanyaan itu ditujukan kepada orang dewasa kita paling menjawab : “orang setengah melambai” lalu tersenyum, selesai masalah. Tetapi kalau kepada anak – anak jawabannya harus lebih hati – hati. Untungnya anak saya belum bertanya mengenai masalah itu kepada saya. Tetapi tidak tettutup kemungkinan dengan kristisnya anak – anak sekarang itu akan berdampak terus. Misalnya apabila dia merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan. “Kalau cowok kok namanya sally?” “Kok suka berdandan?” dan lain sebagainya.

Yang lebih ditakutkan adalah bahwa anak tanpa sadar mengikuti tingkah polah yang mereka tonton dan hal itu terus terakumulasi hingga dia dewasa di bawah alam sadar mereka. Bahwa hal yang ditonton tersebut memang benar adanya, dijadikan panutan. Peran orang tua dalam mendampingi anak adalah keharusan, memberikan pengertian bahwa ini boleh ditiru ini tidak adalah fungsi kontrol. Yang kadang sulit adalah dikarenak si sally itu tidak pernah berbuat salah secara tindakan, yang kurang pas hanya gayanya dia yang kewanita – wanitaan. Bagaimana menjelaskan kepada anak – anak bahwa itu tidak benar. Cowok seharusnya ya bersikap layaknya cowok dan sebaliknya. Jangan bersikap abu – abu.

Saya berharap kemunculan karakter Sally adalah murni karena riset dan dikarenakan melihat kondisi real dilapangan bahwa ada karakter manusia seperti itu. Tetapi menampilkannya di serial ini dan khususnya untuk tayangan anak – anak seharusnyalah karakter tersebut diminimalisir untuk ditampilkan. Bagaimana KPI apakah masih punya taring ? Taring yang katanya setajam Ganteng – ganteng serigala? Atau KPI malah sedang sibuk mengejar Anak Jalanan?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun