Tiga kombinasi diatas saat ini sedang dijalankan oleh Tiongkok, tentunya dilandasi dengan peraturan dan program yang jelas untuk nantinya ( berujung) pada pembentukan Tim Nasional yang kuat. Maka tidak heran Liga Tiongkok mulai dilirik oleh para pelatih dan pemain top dunia ( Bukan pemain top sisa dunia.) Dari deretan pelatih terdapat nama : Sven-Goran Eriksson, Marcello Lippi (Juventus, timnas Italia), dan Luiz Felipe Scolari (timnas Brasil dan Portugal). Dari deretan para pemain terdapat : Ramires ( bintang Chelsea), Gervinho ( Eks Arsenal dan Roma), Fredy Guarin, Tim Cahill dan Demba Ba, ada juga Anelka dan Drogba yang sudah merumput di Tiongkok sejak 2013.
Banyak faktor yang membuat mereka para pelatih dan pemain top dunia mau datang ke negeri timur yang jauh. Faktor uang, fasilitas, dan tentunya bahwa kemampuan mereka masih diatas rata – rata pemain lokal membuat mereka laksana menjadi raja di kompetisi Tiongkok. Simbiosis mutualisme lah yang terjadi untuk saat ini. Yang satu membutuhkan mereka sebagai daya tarik kompetis, dilain pihak yang satu membutuhkan uang dengan menjual kemampuan mereka.
Sampai kapan hal fenomena ini dapat bertahan? Apakah revolusi sepakbola Tiongkok hanya akan menjadi semacam fatamorgana? Tiupan semata? Yang sebenarnya tidak ada apa – apanya? Hanya jor – joran sesaat guna menunjukkan kepada dunia bahwa Tiongkok bisa membeli apapun untuk dibawa ke sana? Hanya waktu yang bisa menjawab. Tetap kalau kita berkaca kepada keseriusan Tiongkok membina cabang olahraga lainnya. Bisa jadi 5 tahun dari sekarang tim nasional Tiongkok sudah bisa mulai berbicara banyak di tingkat dunia. Transfer ilmu dan transfer pengalaman adalah salah satu poin yang dapat dipetik oleh para pemain muda Tiongkok dengan adanya para pelatih, pemain dunia tersebut. Dan hal itu tentu saja harus dilandasi oleh sistem kompetisi serta pembinaan pemain muda yang baik.
Pertanyaan selanjutnya adalah kapan kita, Indonesia, mulai berbenah mengurusi olahraga secara serius? Khususnya sepakbola? Kapan kompetisi professional kita bisa mendatangkan pelatih sekelas Marcelo lippi di tingkatan klub? Atau pemain sekelas Gervinho ditingkat klub?.
Sebenarnya 3 modal pokok diatas kita sudah punya. Peran pemerintah, peran swasta dan juga pangsa pasar yang sangat potensial. Nah, Kalau selama ini pemegang kendali urusan sepakbola belum mampu membuat kompetisi yang baik apalagi timnas yang bisa berbicara ditingkat asia., mungkin ada yang salah di organisasi yang mengurusi sepakbola selama ini…. Mungkin lho….  Hanya Orang – orang tertentu yang bisa menjawab…. salah duanya mungkin Pak LNM atau Pak IN ?
Â
Salam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H