Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Catatan Bulutangkis : Tantowi / Butet Hampir Habis ?

17 Maret 2015   17:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:31 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca kegagalam meraih gelar juara di duas kejuaraan, yakni All England dan Swiss Terbuka, performa pasangan ganda campuran terbaik Indonesia Tantowi dan Butet mulai dipertanyakan. Apakah masa – masa keemasan mereka selaku salah satu ganda terbaik dubia sudah mulai  habis atau hanya kebetulan belaka karena ketidakberuntungan kekalahan tersebut?

Untuk dapat melihat performa mereka berdua ada baiknya kita lihat sepak terjang mereka di sepanjang kejuaraan All England 2015. Sebelum menjejakkan diri di partai final pasangan Indonesia ini hanya kehilangan satu set yaitu pada babak perempat final saat melawan ganda tuan rumah Christ / Gabriele Adcock dengan skor 21-14 18-21 21-19. Selebihnya mereka berhasil  memenangkan laga dengan 2 set langsung bahkan disemifinal mereka berhasil mengalahkan unggulan ke dua asal Denmark Joachim Fisher/Christinna Pedersen dengan skor 21-17 21-11. Hanya saja pada partai final seolah-olah menjadi antiklimaks bagi perjalan mereka di All England .Digadang - gadang merebut juara untuk keempat kalinya  penampilan mereka malah jauh dari harapan dan dikalah dua set langsung dari unggulan  pertama  Zhang Nan/Zhou Yulie dengan skor telak 21-10 21-10.

Melihat perjalanan mereka sepanjang All England tentunya tidak adil langsung memvonis kegagalan mereka merebut gelar juara adalah kesalahan mereka. Dengan hasil yang mereka raih sebenarnya sudah lebih dari cukup, bahkan mereka sudah dapat mengalahkan pasangan yang peringkatnya lebih tinggi dari mereka. Kalah dari unggulan pertama, menurut penulis adalah hal yang masih wajar. Yang menjadi pertanyaan adalah melihat skor pertandingan dan jalannya partai final. Mengapa seolah2 pasangan kita kurang focus dan sepertinya sangat berbeda dengan dua partai sebelumnya. Apakah factor fisik mempengaruhi mereka dengan bertambahnya usia? Menurut hemat penulis lebih pada factor mental lebih berperan, hal inilah yang harus lebih diperhatikan, sebab secara teknik dan fisik, lawan juga dalam posisi yang sama dengan mereka.

Tetapi dalam partai puncak jelas peranan mental pertandingan lebih dominan, apabila terlambat start atau dari awal sudah sering melakukan kesalahan sendiri maka rasa percaya diri cenderung akan turun. Disinilah factor pelatih dalam melihat jalannya pertandingan, pelatih dapat menganalisa jalannya pertandingan diluar lapangan, sehingga dapat memberika advice yang baik, tapi bukan berarti pelatih kita tidak melihat kejadian dilapangan. Ini mungkin lebih disebabkan karena kita sudah kalah dari awal jadi kalau mau bangkit sudah susah. Istilahnya lawan sudah diatas angin.

Bagaimana antisipasi kedepan? Karena dapat kita lihat setelah All England. Pasangan kita ini  terjun di swiss terbuka yang notabene 1 kelas dibawah All England , juga tidak berhasil merebut juara. Diunggulkan ditempat pertama pasangan kita dikalahkan oleh unggulan ketiga pasangan Tiongkok Liu Cheng /Bao Xiyin  21-19 21- 19 pada babak semifinal.  Melihat skor pertandingan sih sebenarnya tidak begitu buruk tapi apapun itu kalah ya tetap kalah.

Sependapat dengan ide yang dikeluarkan oleh ivana lie bahwa Tantoti / BUtet kedepannya harus lebih selektif dalam memilih tournament yang diikuti sepanjang 1 tahun, hal ini adalah untuk menjaga tentu saja fisik mereka, (yang tak lagi muda) , yang lebih lagi adalah menjaga motivasi dan hasrat menjadi juara. sHal ini juga berdampak positif untuk adek2 mereka dipelatnas. Mereka lebih dapat menunjukkan diri untuk dapat dianggap layak menggantikan senior mereka. Sehingga regenerasi sector ganda campuran tetap terjaga dengan baik. Apalagi Tantowi / Butet dibebani emas olimpiade 2016. Tentunya dibutuhkan persiapan yang matang dan juga menjaga kesiapan terutama fisik. Jangan sampai top performa malah kelaur sebelum kejuaraan dimulai ( belajar dari timnas U -19).  Dalams setahun cukup dibuat 4-5 kejuaraan yang menjadi target utama mereka, sebab diluar tersebut masih ada kejuaraan beregu. Dengan membatasi keikut sertaan mereka di tournament kelas bawah diharapkan fisik mereka tetap terjaga.

Tournament paling dekat tentunya adalah Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2015 yang akan berlangsung mulai tanggal 10 – 16 Agustus 2015 di Istora Senayan Jakarta, inilah target yang harus mereka raih. Focus pada kejuaraan ini. Dengan persiapan matang tentunya gelar juara dunia dapat kembali mereka raih. Apalagi ini berlangsung dihadapan para penggemar sendiri. Tentunya motivasi akan bertambah. Tantowi / Butet tentu saja belum habis mereka sekarang tetap pasangan ganda campuran terbaik di Indonesia. Dengan car berlatih dan pemilihan tournament yang baik, maka mereka masih dapat berbicara di tingkat elit 2-3 tahun kedepan.

Maju Terus Bulutangkis Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun