Mohon tunggu...
Henki Kwee
Henki Kwee Mohon Tunggu... -

Belajar memahami apa yang terjadi di sekitar dan menulis untuk berbagi pendapat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

I'm Sorry, I Won't Do It Again

21 Juli 2010   12:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:42 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_200615" align="alignleft" width="120" caption="funmuch.com"][/caption] Berapa sering kita mengucapkan kata "maaf", berapa sering kita mengulangi lagi kesalahan yang sama? Untuk hal ini biasanya kita bisa memaklumi diri kita sendiri bahwa kita adalah manusia biasa yang tak pernah luput dari salah dan dosa.  Tapi tampaknya pemakluman yang seperti inilah yang sering membuat kita selalu mengulangi kesalahan yang sama, betul? (Kiwil mode on) Tulisan seorang teman di status FB nya "I'm sorry, it happened" mengingatkan saya pada keluarga teman bule yang mengajarkan anaknya tentang hal "sorry". Setiap kali si anak berbuat salah, ia akan berkata " I'm sorry mom atau I'm sorry dad" tetapi si ibu atau bapak akan selaku menambahkan "say, you won't do it again" . Mendengar hal ini sebenarnya saya sudah mengerti maksudnya tapi tetap saja saya tanyakan alasannya kepada mereka berdua. Alasannya sangat sederhana, kalau cuma bilang "sorry" berarti dia cuma minta maaf atas kesalahan yang terjadi pada waktu itu tapi tidak ada janji atau niat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari. Meski dalam kenyataannya kesalahan yang sama masih mungkin dilakukan tetapi paling tidak di dalam memori anak tersebut telah tertanam niat yang diucapkannya sendiri sehingga kemungkinan terulangnya kesalahan yang sama dapat menjadi lebih kecil. Sebenarnya kita sudah mengenal hal ini seperti dalam pernyataan yang dibuat oleh seseorang yang mengaku bersalah. Tetapi ini terjadi dalam situasi yang sangat formal. Hal sepele seperti yang dicontohkan keluarga bule tersebut patut dijadikan contoh karena memiliki dampak yang besar dalam perkembangan anak. Setiap kali berbuat suatu kesalahan akan timbul niat dalam dirinya untuk tidak mengulanginya lagi. Semoga hal sepele ini bisa membantu pembentukan karakter anak-anak kita. Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun