[caption id="attachment_195812" align="alignleft" width="252" caption="dok. pribadi"][/caption] Beberapa tahun yang lalu saya sempat berkunjung ke Praha, ibukota negara Czech, pecahan negara Cekoslowakia dulu. Selain banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi, negara ini juga terkenal dengan kristal Swarovski yang sudah mendunia. Jika masih punya banyak waktu, kita juga dapat naik kapal ke Vienna menyusuri sungai Danube. Salah satu tempat yang menarik perhatian saya adalah yang ada di kota ini adalah Museum of Medieval Torture (musium penyiksaan abad pertengahan). Musium ini terletak di tengah pusat keramaian yang banyak dikunjungi turis. Di tempat ini kita bisa menyaksikan berbagai macam alat penyiksaan yang pernah digunakan di abad pertengahan. Yang menarik adalah abad pertengahan adalah masa dimana agama berkembang di Eropa. Untuk yang berminat, hal ini bisa menjadi bahan diskusi dari berbagai sudut pandang. Berikut gambar dari sebagian alat penyiksaan yang ada di musium tersebut. Dengan melihat gambar, kita bisa membayangkan cara penggunaan alat tersebut dan rasa sakit yang dialami orang yang disiksa. Disini kita bisa menarik kesimpulan, betapa "kreatif"nya manusia dalam menyiksa sesama atas nama penegakan hukum atau aturan.
Beruntung pada masa kini alat seperti itu sudah tidak dipakai lagi. Saya belum pernah melihat alat penyiksaan seperti itu di Indonesia. Jika ada sebaiknya dapat disimpan di musium juga agar bisa dijadikan pelajaran untuk generasi mendatang. Tidak perlu musium khusus, cukuplah menjadi bagian dari suatu musium. Di Indonesia, saat ini masih sering kita menyaksikan bagaimana seseorang bisa melakukan kekerasan terhadap orang lain dengan berbagai alasan termasuk alasan yang tidak bisa diterima dengan akal sehat oleh kebanyakan orang. Parahnya lagi, penyiksaan masa kini tidak hanya berwujud kekerasan fisik tapi juga kekerasan mental yang lebih sulit dideteksi. Akankah penyiksaan atau kekerasan bisa hilang di bumi ini? Salam Damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H