Dalam ingatan kita pasti sering dijumpai orang yang dengan mudah membuat keputusan dengan cepat dan bermutu namun di lain pihak ada orang yang sangat sulit untuk membuat keputusan meski informasi pendukung untuk membuat keputusan sudah tersedia. Masalahnya dimana? Idealnya keputusan khususnya yang berdampak pada banyak orang harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak bukan pihak pembuat keputusan itu sendiri. Bahkan keputusan untuk diri kita sendiri pun paling tidak harus memperhatikan aspirasi orang-orang terdekat seperti orang tua atau istri dan anak. Semuanya dilakukan agar tercipta harmoni dalam kehidupan kita sebagai makhluk sosial. Biasanya sebelum membuat keputusan kita akan mengumpulkan informasi pendukung, kemudian melakukan analisa dan terakhir membuat keputusan. Proses pengumpulan informasi merupakan hal yang krusial karena bisa menentukan kualitas keputusan yang akan dibuat. Istilahnya "garbage in garbage out", sampah akan menghasilkan sampah. Diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang baik untuk bisa memilah informasi yang bermanfaat. Dalam melakukan analisa, kita dituntut untuk memiliki kemampuan pikir yang baik untuk dapat menghubungkan informasi yang ada dengan masalah yang dihadapi sehingga bisa diperoleh beberapa alternatif pemecahan masalah. Pada tahap ini sisi baik dan buruk dari setiap pilihan juga dipertimbangkan. Dan akhirnya dipilihnya satu alternatif sebagai suatu keputusan. Biasanya ini merupakan yang terbaik diantara yang ada. Bisa jadi merupakan the best of the best atau the best of the worse seperti ungkapan "makan buah simalakama", dimakan mati bapak, tak dimakan mati ibu. Proses pengambilan keputusan dapat berlangsung dengan cepat atau berlangsung lambat tergantung karakter pembuat keputusan tersebut. Ada yang cepat dan berani mengambil risiko dan ada yang plin-plan. Perbedaan keduanya terletak pada ada tidaknya rasa pecaya diri (self-confidence) yang sering kita sebut PD (percaya diri). Coba kita ingat kembali pengalaman saat mengambil keputusan besar apakah kita memiliki rasa percaya diri yang besar pada saat itu atau hanya bersifat impulsif saja? PD sangat menentukan kualitas keputusan namun untuk menjadi PD juga harus memiliki faktor pendukung seperti penguasaan masalah yang baik, keyakinan akan keputusan yang akan dibuat, ada tidaknya konflik kepentingan, dukungan orang sekitar dan yang paling penting adalah adanya kejujuran. Kejujuran akan membuat orang bicara apa adanya sehingga cepat membuat keputusan karena jalan yang ditempuh lurus, tidak berliku seperti yang dilakukan pembohong sehingga membuat yang mudah jadi sulit dan jalan yang ditempuh lebih panjang. Siapkah kita untuk jadi PD dalam membuat keputusan? Selamat menjadi PD agar semua yang sulit bisa dipermudah. Gambar diambil dari www.blogstew.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H