Mohon tunggu...
H4F1
H4F1 Mohon Tunggu... Ahli Gizi - DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Hobi saya ngantuk setelah ngantuk tidur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Iki Palek, Tradisi Potong Jari Sebagai Tanda Kehilangan dan Kesetiaan

1 Agustus 2024   09:36 Diperbarui: 1 Agustus 2024   11:59 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap suku memiliki ritual tersendiri untuk menunjukkan rasa duka akibat kehilangan anggota keluarganya. Mulai dari ritual biasa hingga yang cukup ekstrem seperti yang dilakukan oleh Suku Dani. Bagi suku yang bermukim di Papua ini, kebersamaan sangatlah penting. 

Oleh sebab itu, saat kehilangan anggota keluarga, mereka akan segera memotong ruas jarinya. Tradisi ini dikenal sebagai Iki Palek. Jari yang dipotong menunjukkan berapa banyak keluarga mereka yang telah meninggal. Meskipun mayoritas wanita yang melakukan tradisi ini, tetapi pria juga ikut melakukannya sebagai bentuk kesedihan.

Menu rut anggota suku Dani, menangis saja tidak cukup untuk melambangkan kesedihan yang dirasakan. Rasa sakit dari memotong jari dianggap mewakili hati dan jiwa yang tercabik-cabik karena kehilangan. Selain itu, alasan mereka memutuskan untuk melakukan tradisi Iki Palek adalah karena jari dianggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan. 

Bagian tubuh tersebut juga menjadi lambang hidup bersama sebagai satu keluarga, satu marga, satu rumah, satu suku, satu nenek moyang, satu bahasa, satu sejarah dan satu asal. Dalam bahasa Papua, itu disebut dengan "Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik".

Jika digabungkan, bentuk dan panjang jari memiliki kesatuan dan kekuatan untuk meringankan beban semua pekerjaan. Masing-masing jari bekerja sama sehingga tangan dapat berfungsi dengan sempurna. Jika kehilangan salah satunya, itu berarti kebersamaan dan kekuatan akan berkurang. Biasanya anggota suku Dani akan menggunakan kapak atau pisau tradisional untuk memotong jarinya.

Terkadang, mereka mengikat jari dengan seutas tali selama beberapa waktu sampai aliran darah berhenti. Ketika aliran darah telah berhenti barulah pemotongan jari dilakukan. Selain bantuan benda tajam, suku Dani juga terbiasa memakai gigi untuk memotong jari. Mereka akan menggigitnya hingga putus. Rasa sakitnya memang tidak bisa dibayangkan. Namun, sebagai tanda kesetiaan, hanya ini yang dapat mereka lakukan.

Tradisi Iki Palek kini sudah mulai menghilang akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan agama. Meski begitu, di antara anggota suku Dani masih bisa ditemui orang-orang tua yang telah kehilangan jari-jari sebagai bagian dari tadisi Iki Palek. Bahkan, ada yang kehilangan seluruh jarinya.

Dengan demikian, Tradisi Iki Palek mengajarkan kita tentang apa itu arti kesetiaan dan kehilangan terhadap orang yang kita cintai. Dengan cara memotong salah satu jari tangan keluarga korban yang di tinggalkan khusus wanita saja.Beberapa pandangan tentang tradisi Iki Palek adalah Simbol Duka Mendalam yaitu, Potong jari dianggap sebagai simbol fisik dari rasa sakit dan kehilangan emosional. Setiap jari yang dipotong melambangkan hubungan yang putus dengan orang yang telah meninggal. 

Kebanggaan budaya bagi suku Dani, tradisi ini adalah bagian integral dari identitas budaya mereka dan menunjukkan keberanian serta komitmen terhadap nilai-nilai leluhur. Kontroversi dan kritik dari perspektif modern, praktik ini sering kali dipandang kontroversial dan dianggap tidak manusiawi. 

Ada upaya dari pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk mengedukasi masyarakat tentang cara lain untuk mengekspresikan duka yang tidak melibatkan mutilasi fisik. Perubahan dan Modernisasi, banyak anggota suku Dani, terutama generasi muda, mulai meninggalkan praktik ini karena pengaruh modernisasi dan pendidikan. Mereka mencari cara-cara baru untuk menghormati tradisi tanpa harus melibatkan tindakan yang menyakitkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun