Itulah sekelumit cerita yang terukir dimasa kanak-kanak yang penuh dengan dinamikanya. Kini semuanya telah berbeda, setelah tiga belas tahun berlalu kenangan itu masih jelas terngiang dibenak saya, meskipun kami bertiga mengambil pilihan yang berbeda dalam meniti kehidupan ini. Dua teman saya yaitu Anto dan Surya memilih untuk menikah beberapa tahun setelah lulus SMA, meskipun dalam tahun yang berbeda. Kini mereka sudah memiliki buah hati sebagai kado terindah perkawinan mereka. Dan aku menjadi paman bagi anak-anak mereka, hal yang tidak pernah terpikir di benak kami yang dulu pernah bermain dan selalu bersama mengisi masa kanak-kanak yang penuh warna.
Istri-istri mereka selalu setia dengan penuh harap dan kesabaran dalam penantiannya. Karena saat ini ke dua teman saya itu sedang berada di negri rantau, jelas sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pilihannya. Semua itu begitu indah dan tak pernah pudar di ingatan. Sungguh romantika masa kecil yang terkadang membuat saya tersenyum sendiri ketika mengingatnya. Meskipun kini jalan kami berbeda saya tetap menghargai pilihan mereka. Karena setiap pilihan disertai dengan resikonya masing-masing dan jelas sebagai konsekuensi logis mau tidak mau resiko harus diterima. Pilihan mereka untuk menikah usia dini tentu memiliki alasan dan pertimbangan, begitu pula dengan saya yang memilih untuk melanjutkan menuntut ilmu jelas memiliki alasan dan pertimbangan tersendiri. Karena setiap orang memiliki pandangan sendiri dalam menjalani dan memaknai kehidupan ini.
Hidup memang mengajarkan kita tentang banyak hal. Seiring berjalannya waktu, kehidupan terus memberikan kita pelajaran yang berharga. Dan itu tergantung dari kita sendiri apakah mau belajar atau tidak di kehidupan ini. Sehingga wajar ada ungkapan “Setiap orang adalah guru dan kehidupan adalah Universitasnya”. Oleh karenanya tidak ada alasan untuk kita tidak terus belajar. Berhenti belajar sama dengan pasrah sebelum berbuat, berhenti belajar berarti terlalu sombong dengan ilmu yang sudah dimiliki. Oleh karena itulah kontinyuitas belajar harus dilakukan. Belajar, belajar dan terus belajar, sampai pada nafas terakhir kita.
Korleko, 18 Juni 2015
(09.59 Wita)
--Hasrul Hadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H