Dalam masyarakat yang semakin beragam, keadilan dalam pengambilan keputusan menjadi sangat penting. Dalam berorganisasi maupun bermasyarakat, tak jarang masalah perbedaan pandangan dan pendapat maupun kepentingan seringkali terjadi. Maka, Pemimpin yang mampu mempertimbangkan semua sudut pandang dan bertindak adil akan membangun hubungan yang lebih baik dan mengurangi konflik. Terlebih dalam suatu organisasi, pemimpin yang bertindak adil sangat mempengaruhi dalam kondusivitas lingkungan organisasi tersebut.
6. Fleksibilitas dan Adaptilitas
Aristoteles menekankan pentingnya kemampuan seorang pemimpin dalam menyesuaikan diri dengan situasi. Dalam lingkungan kerja yang cepat berubah, pemimpin yang fleksibel dan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan akan lebih mampu mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang baru. Kemampuan beradaptasi ini sangat penting untuk dimiliki seorang pemimpin. Pemimpin yang kurang mampu dalam menyesuaikan diri dengan situasi memiliki kecenderungan untuk terjebak tanpa jalan keluar atau buntu, ketika menghadapi masalah yang muncul secara tiba-tiba.
7. Kemampuan untuk Mendengarkan dan Bersikap Terbuka
Pendekatan Aristoteles terhadap kepemimpinan yang melibatkan mendengarkan dan bersikap terbuka terhadap umpan balik sangat penting di era komunikasi terbuka saat ini. Pemimpin yang bersedia mendengarkan pengikut mereka dan menerima kritik membangun akan lebih efektif dalam menciptakan suasana kerja yang positif dan inovatif. Terlebih sikap terbuka terhadap kritik dapat membuat hubungan antara pemimpin dengan pengikutnya menjadi lebih erat. Pengikut akan merasa lebih dihargai dan merasa lebih terlibat dalam sebuah organisasi maupun komunitas.
8. Kesejahteraan dan Kebahagiaan (Eudaimonia)
Aristoteles mengaitkan kepemimpinan dengan pencapaian eudaimonia, atau kehidupan yang baik. Dalam konteks modern, pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan mental dan emosional karyawan atau pengikut mereka cenderung menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan harmonis. Seorang pemimpinn juga harus mampu dalam membantu pengikut mereka dalam mencapai potensi penuhnya sebagai manusia baik dalam kualitas maupun kuantitas sehingga mereka dapat mencapai pemenuhan eudaimonianya.
Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan, nilai dan prinsip yang terkandung dalam gaya kepemimpinan menurut aristoteles masih sangatlah relevan bagi pemimpin saat ini dalam berorganisasi, bermasyarakat, dan berkomunitas. Seorang pemimpin harus memiliki keunggulan moral yang mmebuatnya dapat berintegritas dalam kegiatan sehari-harinya, penerapan keunggulan moral dalam kehidupan sehari-hari seorang pemimpin ini juga penting dalam konteks memberikan contoh dan teladan bagi para pengikut maupun bawahan. Seorang pemimpin juga harus mampu dalam berpikir kritis, beradaptasi dan mengambil keputusan dengan cepat dengan mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan keputusan tersebut. Pemimpin jugaharus bersikap adil dan tidak melakukan keberpihakan pada satu sisi, dan selalu mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi maupun kelompok tertentu. Â Sehingga membuktikan bahwa prinsip yang terkandung dalam gaya kepemimpinan dalam pandangan Aristoteles, masih relevan dengan keadaan berorganisasi maupun berkomunitas pada masa kini, meskipun dasar dan acuan dalam prinsip ini terpaut jarak yang sangat jauh-Yunani Kuno.
Bagaimana Cara Menerapkan Gaya Kepemimpinan Menurut Aristoteles pada Masa Kini?
Aristoteles dalam pemikiran filsafatnya tidak merumuskan gaya kepemimpinan secara spesifik seperti yang kita kenal sekarang, tetapi ia memberikan dasar-dasar penting tentang kebajikan (virtue), etika, dan politik yang bisa diterapkan dalam gaya kepemimpinan. Pemikiran Aristoteles tentang kepemimpinan sangat berfokus pada etos, pathos, dan logos, yang juga relevan dalam konteks kepemimpinan modern. Berikut adalah cara menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan Aristotelian di era sekarang:
1. Kepemimpinan Berbasis Kebajikan (Virtue Ethics)
Aristoteles menekankan bahwa pemimpin yang baik adalah orang yang memiliki arete (kebajikan) dan phronesis (kebijaksanaan praktis). Dalam konteks modern, seorang pemimpin harus memiliki karakter moral yang kuat, seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan integritas. Langkah yang dapat dilakukan:
  - Integritas dan Etika dalam Pengambilan Keputusan: Pemimpin harus memastikan bahwa semua keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip moral yang baik, bukan hanya keuntungan jangka pendek.
  - Menciptakan Lingkungan yang Beretika: Pemimpin harus menciptakan budaya organisasi yang berlandaskan etika, di mana perilaku yang adil dan hormat ditanamkan dan dipraktikkan oleh seluruh tim.