Mohon tunggu...
Gymnastiar Fadhli Laurika
Gymnastiar Fadhli Laurika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Halo! Saya Gymnastiar, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi yang memiliki minat dalam menulis dan berbagi perspektif tentang isu-isu sosial, budaya, dan lingkungan. Melalui tulisan-tulisan di Kompasiana, saya berharap dapat memberikan pandangan baru dan menginspirasi diskusi yang bermanfaat. Mari berbagi cerita dan gagasan untuk Indonesia yang lebih baik!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Rafah ke Timur Nusantara, Seruan "All Eyes on Papua" Bentuk Solidartias dari Krisis yang Terabaikan di Tanah Air

6 Juni 2024   13:32 Diperbarui: 6 Juni 2024   13:44 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi poster All Eyes on Papua, Sumber : Kompas.com

Dikutip dari Kompas.id, Selain perkara PT. IAL, hutan adat Suku Awyu terkikis melalui Proyek Tanah Merah. Proyek ini kemudian dikembangkan menjadi perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia dan akan dioperasikan oleh tujuh perusahaan, yaitu PT. MJR, PT. KCP, PT. GKM, PT. ESK, PT. TKU, PT. MSM, dan PT. NUM. Proyek Tanah Merah tidak melalui proses negosiasi maupun mendapat persetujuan dari masyarakat setempat. Tercatat tidak memiliki dokumen analisis dampak lingkungan serta terdapat pemalsuan tanda tangan pejabat dari proyek yang mengancam hutan adat ini.

AKSI DI DEPAN GEDUNG MAHKAMAH AGUNG

Sumber : (KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI)
Sumber : (KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI)

Setelah usaha hukum mereka yang panjang ditolak, Suku Awyu dan Suku Moi mengenakan pakaian adat mereka dan mengadakan demonstrasi di depan Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, dengan harapan mengajukan kasasi dan memohon Mahkamah Agung untuk mencabut izin perusahaan. Aksi ini menjadi simbol harapan terakhir dalam pertempuran melawan penindasan dan eksploitasi.

Banyak partisipasi tokoh influencer dan selebriti yang menyuarakan "All Eyes on Papua". Seruan ini banyak menarik perhatian masyarakat ditengah seruan "All Eyes on Rafah". Namun, upaya ini juga membutuhkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah, lembaga, dan masyarakat luas untuk memastikan bahwa keadilan dan keberlanjutan menjadi prinsip utama dalam pengelolaan sumber daya alam di Papua. Kehadiran seruan ini menjadi salah satu perubahan nyata dari terbukanya pemikiran dan wawasan akan krisis yang terjadi di tanah air.

Melalui seruan "All Eyes on Papua" dan upaya perjuangan yang gigih dari Suku Awyu dan Suku Moi, kita semua diingatkan akan pentingnya menghormati hak-hak masyarakat adat dan keberlanjutan lingkungan. Dukungan dan solidaritas dari berbagai pihak sangatlah diperlukan dalam memastikan bahwa keadilan dan keberlanjutan menjadi prinsip utama dalam pengelolaan sumber daya alam di Papua dan di seluruh Indonesia. Dengan mengingat nilai-nilai Pancasila, terutama sila ke-5 tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Mari bersama-sama memperjuangkan hak-hak mereka, memberikan suara kepada yang tertindas, dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil menjadi langkah membangun masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan bagi semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun