Mohon tunggu...
Gymnastiar Rahman
Gymnastiar Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Bahasa dan Sastra Indonesia 2020

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tulus atau Pencitraan?

31 Mei 2023   17:40 Diperbarui: 31 Mei 2023   17:42 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulus atau pencitraan?

            Pencitraan menjadi salah satu dari sekian hal yang sering dijumpai oleh kita pada beberapa anggota partai politik. Banyak anggota partai politik yang sering “cari muka” untuk mendapat respon positif dari publik atau masyarakat awam. Entah itu saat ada berita yang berisi hal positif atau juga berita yang tak mengenakkan. Salah satu yang terbaru adalah saat timnas sepakbola Indonesia meraih emas Sea Games 2023 Kamboja pada Selasa, 16 Mei 2023. Banyak anggota partai yang memanfaatkan momen tersebut menjadi ajang menunjukkan eksistensi dengan melakukan apresiasinya terhadap keberhasilan timnas Indonesia. Apresiasi yang kerap terjadi dalam mencari muka adalah dengan mengunggah foto para pemenang emas dengan foto si kader parpolnya itu sendiri. Istilah foto tersebut saat ini mungkin lebih dikenal sebagai twibbon.

            Momen kemenangan timnas sepakbola Indonesia di Sea Games tahun ini juga bisa dikatakan sebagai momen yang tepat dalam mencari dukungan bagi partai-partai politik di Indonesia. Mengapa? Karena sebentar lagi Indonesia akan menentukan pemimpin nomor satu di negeri ini, yaitu pemilihan presiden 2024. Hal semacam pencitraan untuk meraih citra positif dan mendulang suara pada partai politik semakin marak adanya menjelang pemilu 2024. Apakah hal tersebut memang niat dari hati si kader politik menyampaikan rasa bangga dan apresiasi terhadap para pemenang emas? Atau hanya sekadar pencitraan agar partainya makin mendapat perhatian masyarakat?

Analisis 

            Jika dikaji menggunakan aliran semiotik Roland Barthes, yakni tokoh yang mengembangkan teori Saussure yaitu teori penanda (signifier) dan petanda (signified), fenomena “pencitraan” oleh kader-kader parpol dapat diketahui makna atau maksud sebenarnya dari tanda yang ada yaitu berupa twibbon ucapan selamat kepada timnas sepakbola Indonesia. Aspek signifikansi menjadi payung besar dari teori Barthes yang dapat digunakan dalam menganalisis makna para kader parpol tersebut.

            Pada poster di atas, penanda (signifier) yang ada adalah foto kader partai Romy Bareno mengenakan baju olahraga, tulisan “Kepada Tim Nasional Indonesia Rebut Emas Sea Games Cambodia 2023”, dan logo partai dengan nomor partainya. Petandanya atau signified yang ada pada poster tersebut adalah poster tersebut dibuat untuk mengucapkan selamat kepada timnas Indonesia yang telah memenangkan medali emas Sea Games 2023 dan juga dapat berartikan sebagai “pencitraan” dalam meraih suara publik menjelang pemilu 2024 terutama pada partai politik kader yang bersangkutan.

            Terlihat dari contoh di atas bahwa kader partai tersebut memberi ucapan selamat kepada timnas Indonesia yang berhasil merebut medali emas Sea Games Kamboja 2023. Ucapan selamat tersebut hampir menutupi seluruh poster, ditambah foto kader yang sangat besar. Dari segi denotatif, poster tersebut menunjukkan foto kader partai yang merupakan seorang pria dengan memakai pakaian olahraga dengan gaya mengepalkan tangan. Kemudian terdapat logo partai dengan nomor partainya. Terdapat juga tulisan selamat yang menutupi foto timnas Indonesia.

            Dari segi konotatif, poster tersebut menunjukkan bahwa kader partai tersebut menunjukkan ekspresi senyum dan kader partai tersebut mengenakan baju olahraga, hal itu mungkin untuk menunjukkan bahwa kader partai tersebut suka berolahraga dan orang yang ramah. Hal ini dilakukan untuk dapat menarik perhatian dari para penikmat sepakbola dan juga menyesuaikan dengan peristiwa yang sedang terjadi, yaitu euforia kemenangan timnas sepakbola Indonesia. Namun, dengan ukuran foto kader partai dan tulisan selamat yang besar hingga menutupi foto para pemain timnas dapat diartikan sebagai kader partai tersebut ingin mencari muka dan perhatian sebagai kader partai yang peduli dan penuh apresiasi pada pencapaian atlet Indonesia. Karena bisa saja kader partai tersebut hanya memposting foto para pemain timnas Indonesia saja tanpa menambahkan foto dirinya sendiri jika ingin mengapresiasi para peraih medali emas Sea Games 2023. Hal tersebut mengartikan bahwa kader partai tersebut memang ingin mencari perhatian publik dan memanfaatkan momen kemenangan timnas sebagai upaya mendapat suara bagi partainya menjelang pemilu 2024.

 

Simpulan/rekomendasi

            Pada poster kader partai yang mengapresiasi timnas sepakbola Indonesia dalam meraih medali emas Sea Games 2023, ditemukan makna semiotika yang ditampilkan melalui gambar dan sistem tanda. Dengan menggunakan teori semiotik Roland Barthes pada poster kader partai ini, ditemukan adanya hubungan antara penanda dan petanda di dalam tanda yang terdapat pada poster tersebut sehingga dapat menjelaskan secara nyata tataran denotatif. Kemudian terdapat interaksi antara tanda dengan pikiran pembaca yang melihat poster tersebut dapat membawa pada tataran konotatif yang memungkinkan pembacanya mengira-ira dan berspekulasi tentang makna pada poster kader partai tersebut. Seharusnya para kader politik dapat mengucapkan selamat dan mengapresiasi pencapaian timnas Indonesia dengan tulus tanpa adanya mencari kesempatan untuk mendulang suara menjelang pemilu 2024. Pembaca juga harus dapat menilai dan menyimpulkan informasi dari poster kader partai politik secara cermat tanpa menimbulkan provokasi kepada masyarakat lain.

 

Sumber rujukan

Dewi Sri Susanti. (2018). Kajian Semiotika pada Papan Reklame Kampanye Pemilihan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018-2023. https://doi.org/10.30998/jurnaldesain.v6i01.2758

‌Al Fiatur Rohmaniah. (2021). Kajian Semiotika Roland Barthes. Al-Ittishol: Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 2(2), 124–134. https://doi.org/10.51339/ittishol.v2i2.308 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun