Kota Pahlawan, sebuah julukan yang tak asing lagi bagi kita yang disematkan kepada Kota Surabaya karena peristiwa pertempuran dahsyat rakyat Surabaya melawan Sekutu pada masa revolusi tahun 1945, tewasnya Jendral Mallaby dan Peristiwa Perobekan bendera di Hotel Yamato atau yang saat ini bernama Hotel Majapahit juga turut mewarnai jejak langkah kota ini.
Di luar topik pembahasan sejarah yang sudah bertahun-tahun kita pelajari tentang Kota Surabaya, ternyata Kota ini juga menyimpan banyak sekali bangunan sejarah peninggalan era kolonial yang sampai saat ini masih berdiri kokoh dan dapat kita temui di kawasan Kota Lama Surabaya
Kawasan Kota Lama Surabaya terletak di kawasan Surabaya Utara yang terbagi menjadi beberapa zona seperti Zona Arab, Zona Eropa, Zona Melayu dan juga Zona Pecinan. Kota tua ini diperkirakan sudah berdiri dari 2 abad yang lalu, berada dipinggir kalimas yang merupakan jalur perdagangan tempo dulu, menjadi tempat keluar masuknya kapal-kapal pedagang dari seluruh penjuru dunia, tak heran di tepi sungai ini banyak ditemukan kawasan komersial dan juga pergudangan tua yang sudah berdiri kokoh pada jaman itu.
Saat ini kawasan Kota Lama Surabaya sudah tertata rapi semenjak dilakukannya Revitalisasi oleh Pemkot Surabaya, menjadi salah satu kawasan yang digandrungi muda-mudi untuk mengabadikan fotonya diantara bangunan bersejarah ini, mungkin yang diketahui oleh wisatawan pada pada umumnya hanya ruas jalan Jl Rajawali, Jl Kembang jepun, Jl Panggung ataupun Jl Mliwis yang memang sudah tertata rapi oleh revitalisasi Pemkot tersebut, tetapi tak kalah eksotis jika kita sedikit masuk menyusuri perkampungan dan gang-gang kecil di kawasan ini.
Seperti contohnya Gang kecil sekitar Jalan panggung yang ternyata menyimpan puluhan bangunan tua yang masih gagah berdiri ditengah gemerlapnya Kota Surabaya ini. Ada pula menara Syahbandar lama yang dahulu berfungsi untuk mengawasi kapal- kapal yang masuk ke Kota Surabaya melalui kalimas yang hingga kini bangunan tersebut masih terawat dan masih bisa kita jumpai di jalan Kalimas Utara, berdampingan dengan beberapa rumah tua yang cukup besar dan megah pada masanya, sayangnya bangunan di wilayah ini kurang terjaga dan masih banyak yang terlihat kusam bahkan roboh, kemungkinan juga karena hak milik pribadi sehingga sulit bagi Pemkot untuk merevitalisasi.
Sedikit berjalan ke Utara kita sudah memasuki Zona Arab yang mungkin sebagian orang mengenalnya dengan kawasan Ampel, disini menjadi pusat perdagangan dan tempat syiar agama islam sejak masa lampau, di kawasan ini juga banyak berdiri bangunan pertokoan tua yang dimiliki oleh etnis Arab yang kebanyakan menjual berbagai oleh-oleh haji dan juga makanan khas timur tengah.Â
Salah satu yang wajib dikunjungi oleh wisatawan yaitu Masjid Sunan Ampel yang termasuk salah satu Walisongo penyebar Islam di Tanah Jawa, terdapat masjid tua dan beberapa makam tua dari para pengikut Sunan Ampel yang hingga kini masih bisa dikunjungi untuk berziarah ataupun sekedar wisata sejarah.
Bergeser ke selatan dari Zona Arab kita bisa memasuki Zona Pecinan atau yang lebih tersohor dengan Jalan Kembang jepun atau Kya-Kya, jalan Raya yang kiri kanannya terdapat pertokoan etnis Cina dengan gerbang megah di sisi timur dan barat jalan ini. Di kawasan ini terdapat beberapa klenteng tua yang mungkin sudah berdiri lebih dari 200 tahun yang lalu, seperti Klenteng dukuh, Klenteng coklat dan juga Klenteng Boen bio. Terdapat juga Rumah abu Han seorang bangsawan Cina yang kaya raya pada masa itu.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke kota Tua Surabaya bisa memarkirkan kendaraannya di SWK Kasuari dengan membayar parkir 3000 untuk motor, untuk mobil kemungkinan 5000-10000 rupiah. setelah memarkirkan kendaraan anda bisa mengunjungi Museum De Javasche bank yang terletak didepan tempat parkir yang menyimpan berbagai peninggalan perbankan pada masa lampau, setelah itu anda bisa mencari spot foto didepan gedung internatio, hotel arcadia hingga jalan mliwis sambil membeli minuman siropen yang sudah ada sejak era kolonial tersebut, atau jika ingin makanan berat bisa merapat ke SWK Kasuari yang menyediakan berbagai macam makanan berat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H