Pagi yang sejuk berlatarkan langit biru yang cerah mengiringi langkah kami saat itu, saya tidak sendirian hari ini tetapi bersama beberapa orang yang antusias untuk mengikuti walking tour edisi Imlek yang diadakan oleh komunitas sejarah Oudsoerabajahunter, kami berkumpul di halaman Stasiun kota Surabaya pagi itu, sambil mendengarkan arahan dari tour leader perihal rute mana saja yang akan kita lalui pagi itu para peserta juga saling bersapa ria sambil berkenalan satu dengan yang lainnya.
Setelah arahan selesai diberikan para peserta beriringan keluar dari halaman stasiun, Pagi itu langkah kami disambut oleh beberapa pedagang kaki lima yang sedang menjajakan dagangannya pada minggu pagi disekitar area Tugu Pahlawan, langkah kami diawali dengan memasuki area jalan Karet atau pada jaman kolonial bernama Chinesestraat, tumpukan ban dan juga drum disepanjang jalan ini menemani langkah kami pagi itu, kami berhenti dibeberapa bangunan tua dan sesekali para peserta berfoto diantara bangunan itu.
Tak lama kamipun melanjutkan perjalanan degan berbelok ke jalan bibis, pagi itu lumayan sepi jalanan yang kami lewati, hanya ada beberapa orang saja yang terlihat, toko dan gudang tutup pada minggu pagi itu, kami sangat kagum saat melewati jalan ini karena banyak gedung dengan era kolonial yang masih terawat, dengan daun pintu yang sangat besar yang dihiasi beberapa ukiran, setelah puas menikmati keindahan arsitekturnya, setelah para peserta puas berfoto kamipuun melanjutkan perjalanan ke arah Tapekongstraat atau sekarang bernama Jalan Coklat
di Jalan ini terdapat Klenteng tertua di Kota Surabaya yaitu Klenteng Hok an kiong atau biasa disebut Klenteng sukaloka, klenteng ini dibangun pada tahun 1830 yang dibangun untuk menghormati dewa Ma Zu yang sudah memberikan perlindungan kepada perantau tiongkok sehingga berhasil mengarungi lautan dan mendarat dengan selamat di Surabaya.
berlanjut menyusuri jalan Karet kami melewati beberapa rumah abu milik keluarga Tionghoa, dan tak lupa kita singgah ke rumah abu Han yang cukup terkenal tersebut, beberapa orang berfoto di antara bangunan tua yang sudah dimakan usia, ada juga beberapa yang berfoto ria di tangga sebuah rumah tua yang sudah tidak dihuni di jalan Gula atau yang dulu dikenal dengan Suikerstraat, jalan ini beberapa tahun terakhir menjadi viral karena digunakan untuk foto prewedding dan juga foto perpisahan sekolah, tapi wajib diwaspadai ketika menyusuri jalan ini, usahakan tidak berjalan sendiri karena sering terjadi perampasan hp, bahkan ketika kami melewati jalan tersebut banyak pecahan kaca lancip yang seperti sengaja di letakkan ditengah jalan
keluar dari jalan gula kita lanjut memasuki pasar Bong, pasar yang banyak berisi pedagang penjual oleh oleh khas tanah arab ini dahulunya merupakan pemakaman etnis tionghoa yang entah sekarang sudah hilang berganti menjadi bangunan pasar, berjalan diantara kios kita akhirnya keluar ke area jalan Kembang jepun atau biasa dikenal dengan Kya-Kya, disini para etnis Tionghoa membuka usahanya dari jaman dahulu hingga saat ini, beberapa bangunan dihiasi dengan ornamen-ornamen China dengan lampion yang menggantung disepanjang jalan.
berlanjut memasuki kawasan kalimati dan songoyudan yang dipenuhi ruko era kolonial kita lanjut menyusuri jalan bongkaran dan juga jalan Kopi, diujung jalan kami disambut dengan bangunan Greja Kristus Tuhan, gereja ini merupakan gereja tertua yang didirikan oleh komunitas Tionghoa beragama Kristen, pada saat melewatinya sedang ada kebaktian sehingga kita lanjut berjalan untuk mengunjungi Klenteng kedua yaitu Klenteng Hong Tiek Hian atau biasa disebut Klenteng dukuh disebutkan oleh beberapa sumber bahwa klenten ini dibangun pada tahun 1293 atau sejak jaman majapahit, terlepas dari sejarah yang simpang siur saat kami kesana sedang ada beberapa umat yang bersembahyang, kita juga disambut oleh wayang potehi yang sedang dimainkan, klenteng ini dibangun menjadi 2 lantai untuk kenyamanan umat saat beribadah.
Matahari siang itu terasa sangat panas seperti akan membakar kulit kami semua, akhirnya diputuskan untuk menyudahi perjalanan kita pada hari itu, rombongan berjalan dibawah terik matahari kota Surabaya menyusuri trotoar dan berhenti dipemberhentian terakhir yaitu Kedai mie Kekinian yang berada disampiing pasar Atom, beberapa peserta saling menceritakan pengalamannya pada hari ini, berbagai cerita menyenangkan dan lucupun terlontar. kedai mie tersebut menjadi penutup untuk walking tour pada hari  itu, para peserta berpamitan untuk pulang sambil membawa cerita menyenangkan di hari itu.... tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H