Bagi warga Surabaya pasti tidak asing dengan daerah yang bernama Kembang kuning ini, daerah yang berada di Kecamatan Sawahan ini merupakan salah satu areal pemakaman terluas di Kota Surabaya bahkan Asia tenggara. Komplek pemakaman ini menempati lahan seluas kurang lebih 15 Hektar yang terdiri dari pemakaman Kristen, Tionghoa dan Yahudi. Letaknya yang berada dilereng bukit Wonokitri ini menjadikan lahan makam Kembang kuning ini menanjak pada saat awal kita memasuki area ini
Areal pemakaman ini telah ada sejak jaman penjajahan Belanda, setelah pemakaman di daerah Peneleh penuh maka dijadikanlah area ini sebagai pemakaman bagi warga Belanda yang saat itu menduduki wilayah Surabaya. Bahkan ada beberapa makam yang merupakan tempat peristirahatan pejabat dan juga orang penting lainnya pada masa itu, yang kini bersanding dengan makam kristen dan tionghoa.
Salah satu yang menjadi perbincangan yaitu makam dengan patung pilot diatasnya, makam tersebut merupakan makam dari 4awak penerbang Belanda yang saat itu gugur saat terbang menggunakan pesawat Wall D-26 Dornier yang menurut mitosnya bisa bergerak sendiri ketika malam telah tiba. terdapat juga makam arsitek terkenal bernama Cosman Citroen ia salah satu arsitek handal yang mendesain banyak bangunan di Hindia Belanda salah satunya yaitu Lawang sewu, Markas kereta api Belanda (NIS) dan juga Rumah sakit Darmo Surabaya
Jika anda menemukan persimpangan yang ditengahnya terdapat monumen, itu adalah tempat peristirahatan terakhir dari G.J Dijkerman yaitu Walikota ke 2 Kota Surabaya yang menjabat antara tahun 1920-1926. ada pula makam Lucas Martin Sarkies pemilik Hotel Majapahit yang dahulu terkenal dengan Hotel Oranje, tempat peristiwa perobekan bendera yang sangat ikonik tersebut beliau dimakamkan tak jauh dari Pusara sang walikota.
Sayangnya setelah Puluhan tahun berlalu tempat yang dahulu menjadi makam kebanggaan elite Hindia belanda kini dibeberapa sudutnya kurang terawat, rumput-rumput dibiarkan meninggi dan ada beberapa nisan marmer yang sengaja dirusak oleh tangan yang tidak bertanggung jawab.Â