Mohon tunggu...
Gito Depok
Gito Depok Mohon Tunggu... -

Warga Depok anti kemunafikan partai berkedok agama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Depok Darurat Ideologi Ekspor "Gurun Pasir"

9 Desember 2015   11:32 Diperbarui: 9 Desember 2015   11:32 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kartel Ekonomi Politik di Depok sdh terbangun 10 tahun ini. Depok bukan hanya dijadikan basis ideologi yang memproduksi kader-kader militan mereka. Depok sudah jadi lumbung Rupiah, Dollar, dan medium untuk menadah donatur abadi mereka: Riyal/Dinar.

Sekarang mereka tidak berada dalam lingkaran kekuasaan nasional. Untuk itu, mempertahankan singgasana raja-raja kecil mereka adalah sebuah keniscayaan. Mengingat perolehan kursi dewan anjlok, ikhwan dan akhwat pun bingung. Padahal eksodus besar-besaran warga Bogor, Bekasi, Tangerang kader-kader dan simpatisan mereka sudah rame-rame bikin KTP di Depok sejak setahun yang lalu.

Hasil Pemilu Legislatif 2014 di Depok membuktikan rakyat sudah muak dengan kemunafikan mereka. Pilkada Depok adalah momentum bagi mereka untuk bangkit. Menata kembali kekuatan yang terserak. Karena bagaimanapun, mesin mereka bisa hidup dengan bahan bakar "Sekolah Islam Terpadu, Yayasan, Bimbel, properti, dan project-project kesehatan".

Sadarlah, kawan. Kemenangan kita sudah di depan mata. Untuk mengembalikan Depok yang nyaman bagi semua. Yang guyub tanpa ideologi impor 'gurun pasir' perusak tatanan kerukunan hidup umat beragama.

Salam Rahmatan lil alamiin. Salam Pancasila. Dan salam PERUBAHAN. Coblos Nomor SATU (1). Dimas Babai. Yuk rame-rame ke TPS. Masih ada waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun