Ketika peluit panjang berbunyi, pertandingan resmi berakhir dengan kemenangan 9F. Para pemain dari kedua tim saling berjabat tangan dengan penuh sportivitas. Meskipun kalah, wajah pemain 9A tetap ceria. Mereka tertawa bersama sambil saling mengevaluasi permainan.
"Bagus, kalian sudah bermain luar biasa," saya berkata kepada mereka sambil menepuk bahu Fadhil. "Kalah itu biasa, yang penting kalian tetap semangat dan belajar dari pertandingan ini."
Setelah pertandingan, saya mengirim pesan lagi ke grup kelas 9A.
"Terima kasih sudah bermain dengan penuh semangat. Kalian sudah membuat kami semua bangga. Ingat, kalah bukan berarti gagal, tetapi adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik. Terus berlatih ya!"
Beberapa siswa membalas pesan saya dengan ucapan terima kasih. Salah satu dari mereka bahkan bercanda, "Bu, kalau kami menang, nanti traktir ya!" Saya hanya tertawa dan membalas dengan emotikon senyum.
Sementara itu, di grup paguyuban para orang tua juga memberikan dukungan. Salah satu orang tua berkata, "Tidak apa-apa kalah, yang penting anak-anak tetap kompak dan menikmati kebersamaan ini."
Meski hasil pertandingan tidak berpihak pada kelas 9A, semangat dan kebersamaan yang mereka tunjukkan menjadi pelajaran berharga. Bagi saya, melihat mereka tertawa dan saling mendukung jauh lebih berarti daripada sekadar kemenangan di atas kertas. Lomba futsal ini bukan hanya tentang olahraga, tetapi juga tentang persahabatan, kerja keras, dan kegembiraan yang mereka bagikan bersama.
Cepu, 20 Januari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI