Penghiasan bukan hanya soal estetika. Dalam kompetisi seperti ini, menghias makanan menunjukkan usaha dan keseriusan peserta dalam menampilkan hasil terbaik mereka. Selain itu, makanan yang dihias dengan baik juga mencerminkan rasa hormat terhadap juri dan penikmatnya. Sebagai juri dalam lomba ini adalah siswa yang tergabung dalam OSIS.
"Menghias nasi goreng itu seperti memberikan sentuhan terakhir. Meskipun rasanya sudah enak, tapi kalau dihias dengan cantik, makanan itu akan terasa lebih spesial," kata Bu Azkia, guru IPA yang terkenal dengan keuletannya.Â
Saat lomba dimulai, suasana langsung berubah menjadi riuh. Aroma nasi goreng memenuhi udara. Para guru yang biasanya serius di ruang kelas, kini terlihat sibuk menata nasi goreng di meja yang sudah disediakan di ruang kelas 8G. Ada yang fokus mencetak nasi dengan serius, ada pula yang sambil bercanda dan saling menggoda.Â
Menata hiasan di piring, menyobek daun pisang untuk hiasan piring, mengupas buah, mengiris sayuran. Sementara itu, di sudut lain, tim Bu Askia sedang sibuk menata nasi goreng berbentuk kura-kura. Mereka menambahkan sosis yang dibentuk cumi-cumi, irisan sosis dinentuk ikan laut dan wortel sebagai bunga dan sebagai.
Lomba ini tidak hanya bertujuan untuk menunjukkan keterampilan para guru, tetapi juga mempererat kebersamaan. Dalam keseharian, guru-guru sering sibuk dengan tugas masing-masing.Â
Namun, melalui kegiatan seperti ini, mereka bisa saling berbagi tawa, ide, dan pengalaman. Selain itu, lomba ini juga mengajarkan nilai-nilai penting, seperti kerja sama tim, kreativitas, dan apresiasi terhadap seni kuliner. Kepala sekolah juga tergabung dalam satu tim di kelompok menjadi salah satu peserta
Ketika waktu habis, semua peserta menampilkan hasil kreasi mereka di meja. Juri, yang terdiri dari siswa, terlihat terkesan. Mereka mencicipi setiap hidangan dengan penuh perhatian, mencatat nilai untuk rasa, kreativitas, dan presentasi. Setelah diskusi panjang, akhirnya diumumkan bahwa juara pertama, kedua dan ketiga.
Lomba nasi goreng ini berakhir dengan tepuk tangan meriah dan tawa bahagia. Meskipun ada pemenang, semua peserta merasa senang karena telah berpartisipasi. Mereka kembali ke ruang guru dengan cerita-cerita lucu yang akan dikenang.
 "Yang penting bukan menang atau kalah, tapi kita semua bisa menikmati momen ini bersama," kata Pak Bambang sambil tersenyum. Hari itu, nasi goreng menjadi lebih dari sekadar makanan. Ia menjadi simbol kebersamaan, kreativitas, dan semangat positif di antara para guru SMP 1 Kedungtuban.
Kedungtuban, 25 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H