Duta Damai Dunia Maya Regional Sumatera Barat adalah komunitas anak-anak muda yang fokus pada isu-isu perdamaian, toleransi dan keberagaman. Saat ini, Duta Damai Sumbar telah selesai mengadakan Webinar yang berkaitan dengan praktek-praktek keberagaman di Indonesia, khususnya di Kota Padang, Sumatera Barat. webinar yang diberi tagline Duta Damai Sumbar Bicara series #1 tersebut menurut ketua panitia acara Onriza Putra S.Ip telah berjalan dan menurutnya sangat sukses.
webinar ini dilaksanakan pada tanggal 11 juli 2020 yang lalu. Onriza mengucapkan terimaksih kepada seluruh peserta yang sangat antusias mengikuti webinar tersebut. menurutnya peserta yang terdaftar namanya kepanitia berjumlah 120 orang lebih otomatis 30 orang calon peserta yang mendaftar masuk daftar tunggu.Â
Hal ini dikarenakan duta damai sumatera barat hanya menggunakan zoom pro yang mempunyai kapasitas maksimal 100 orang. Dimana 10 orang adalah panitia dan narasumber dan otomatis maksimal peserta yang terdaftar hanya bisa dimasukkan sebanyak 90 orang saja.
onriza mengaku bahwa duta damai sumatera barat tidak menyangka bakal banyak orang yang tertarik dengan webinar ini, karena DD sumbar hanya komunitas kecil di kota padang meskipun dibentuk oleh BNPT namun komunitas ini belum memiki nama yang besar di kota padang apalagi di indonesia.Â
"alangkah terkejutnya kami ketika peserta yang mendaftar kegiatan webinar tesebut tidak hanya berasal dari sumatera barat saja namun juga dari berbagai provinsi di indonesia bahkan juga ada yang berasal dari Malaysia." pungkas Onriza.
Salah satu narasumber dalam kegiatan webinar tersebut adalah ahmad Nusi M.Pd yang merupakan perantau minangkabau yang bekerja dan berdomisi di kota ambon.Â
kota ambon menurut saya adalah kota yang paling toleran yang pernah saya singgahi di indonesia, pungkas Mr. ahmad yang merupakan sapaan akrab dari ahmad nusi.
Ahmad nusi juga bercerita bahwa walaupun dia sebagai seorang muslim namun salah satu geraja di kota ambon masih mau menjadikan dia sebagai salah satu pengajar di gereja tersebut dan mereka juga sangat berterimakasih kepada dia karena telah mau mengajar disana.
Mr. Ahmad menegaskan kita adalah makhluk sosial dan itu dapat menyebabkan akan mudah terjadi pergesekan di masyarakat karena kita beragama dan toleransi adalah kuncinya dan pancasila sudah menggambarkan bahwa toleransi itu sangat penting.
Uden sapaan akrab dari dr. Prudensia eramot menceritakan bahwa rata-rata orang papuan di kota padang adalah mereka yang menempuh studi di jenjang perguruan tinggi.
Hal yang menarik yang disampaikan oleh uden yaitu di kota padang dia dan sebagian besar teman-teman papua tidak mengalami perlakuan yang mengarah kepada perilaku rasis yang berat di sumatera barat.Â
Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ini menambahkan, bahwa perlakuan rasis memang tidak dia terima di padang namun adanya sterotip atau prasangka kepada dia dan teman-temannya dan pada awalnya dia dan teman-temanya juga merasa tidak nyaman namun lambat laun dia jadi terbiasa dengan sterotip tersebut.Â
Ketika dia dan teman-temannya mau membiasakan diri dan lebih luas memandang dari latar belakang mana mereka yang memberi stigma tersebut. Kalau dari kalangan masyarakat yang awam maka alahkah baiknya jika kita tidak terlalu memikirkan hal tersebut.
Selain itu Uden juga meminta, kita harus melihat sesuatu dari segi positif. Keberagaman yang ada di papua yang banyak di isi oleh banyak suku bangsa positifnya sikap toleransi jadi lebih mudah dicapai karena budaya sudah bercampur dan kehidupan ekonomi memaksa mereka untuk mau tidak mau harus hidup saling membantu. Positif di sumbar adalah budaya masih sangat kental dan itu modal untuk membangun wilayah.
Sementara itu Dr. Yasrul huda  Ph.D mengatakan bahwa konflik di daerah rantau yang melibatkan perantau dan warga pribumi atau warga asli sebenarnya adalah hal yang biasa dan memang harusnya pasti terjadi namun hal itu seharusnya tidak berkembang menjadi besar asalkan semua pihak mampu menahan diri. Masyarakat indonesia yang memilki budaya yang berbeda-beda namun jangan jadikan budaya tersebut menjadi ekslusif tapi jadikanlah inklusif sehingga budaya tersebut mampu mengikuti perkembangan zaman dan menjadi lestari selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H