Mohon tunggu...
Ridho Agusta Anugrah
Ridho Agusta Anugrah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Pelajar yang menyukai sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Nomor Delapan (8)

2 Oktober 2021   13:25 Diperbarui: 2 Oktober 2021   13:45 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dibalik tirai ia duduk bersila
Disampingnya sesosok mayat nampak tenang
Bicaralah ia menggurui si mati
Seolah lebih tinggi dan mengetahui

Ia nyanyikan irama abadi
Ia tuang secangkir nafsu

Sudikah si mati digurui macam itu ?
Hanya termenung disampingnya
Bagaikan tak mengerti ucapan si dungu

Teruslah mereka berseteru
Adakah kau lihat hujan saling mendahului ?
Adakah mereka menderu satu dengan yang lain ?
Begini saja sampai berdebu

Seruanmu tak bisa goyahkan mereka
Mereka yang memperdebatkan hampanya dunia
Ketidaktahuan mereka bagai keledai tersesat

Sepi telah menggugat pikiran
Kupikir kau hadir lihatku
Tumpah akal ditutup bejana

Rasuki ia sang dermawan
Racuni ia sang adil
Aku cekik para pengadil
Aku tanggalkan corak luka

Kini sabda-nya menggema jauh
Menggonggong macam anjing linglung
Mengejar penadah tulang belulang
Menyaksikan mati diusung senja

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun