Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memang Boleh, Biarawan MSC "Excuse" pada Kaul Ketaatan?

15 Desember 2023   08:29 Diperbarui: 15 Desember 2023   08:33 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

MEMANG BOLEH, BIARAWAN MSC 

EXCUSE PADA KAUL KETAATAN?

(Fr. Agustinus Nicolaus Yokit, MSC)

MSC sebagai Tarekat Religius Biarawan Misionaris

Di dalam Gereja Katolik Roma ada banyak tarekat religius. Tarekat religius adalah sebuah lembaga atau kelompok tempat para religius bernaung dan berusaha untuk mengikuti Tuhan secara integral. Salah satu tarekat yang ada di Indonesia ialah tarekat MSC. MSC adalah kepanjangan dari Missionarii Sacratissimi Cordis Iesu. Di dalam bahasa Inggris MSC disebut "Missionaries of the Sacred Heart of Jesus". Sedangkan dalam bahasa Indonesia sendiri MSC dikenal dengan Misionaris Hati Kudus Yesus. Terjemahan-terjemahan di atas, juga ditegaskan dalam buku Konstitusi MSC, no. 1: "Nama Tarekat kita adalah Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus."

Tarekat MSC lahir di Issoudun, Prancis, pada tanggal 8 Desember 1854. Pendirinya adalah Pater Jules Chevalier (1824-1907), seorang imam praja di Keuskupan Bourges. Tarekat MSC merupakan tarekat religius, biarawan misionaris yang dipanggil dan diutus ke dalam dunia untuk mewartakan Kabar Gembira tentang cinta dan kebaikan hati Allah (Konst. MSC, no. 4). Sebagai tarekat biarawan, tentu saja para anggotanya harus mengikrarkan kaul-kaul. Kaul di dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Lumen Gentium (LG) artikel 43, merupakan janji untuk menaati nasihat-nasihat Injil tentang kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Ketiga kaul ini didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan serta dianjurkan oleh para Rasul, para Bapa, Guru dan Gembala Gereja.

Setiap orang beriman atau mereka (para biarawan) yang telah mengikrarkan kaul-kaul (Kemurnian, Kemiskinan, dan Ketaatan) memiliki kewajiban untuk menaati ketiga nasihat Injil itu. Mereka harus mengabdikan diri kepada Allah yang dicintainya lebih dari segala sesuatu. Selain itu, nasihat-nasihat Injil yang mereka ikrarkan itu membawa mereka ke dalam persekutuan dengan Gereja dan misterinya. Oleh karena itu hidup rohani mereka juga harus dibaktikan kepada kesejahteraan seluruh Gereja. Sehingga mereka akan dipanggil untuk menjadi pelayan-pelayan Gereja dengan panggilan hidupnya yang khas dalam doa dan karya. Hal ini tidak terkecuali bagi setiap anggota Tarekat MSC, baik mereka yang masih mengikrarkan kaul sementara maupun yang sudah mengikrarkan kaul seumur hidup.

Konsekuensi Mengikrarkan Kaul Ketaatan sebagai MSC

Konsekuensi dalam mengikrarkan kaul ketaatan sebagai MSC, haruslah berangkat dari pemahaman dasar dan pengalaman hidup seorang biarawan MSC. Uraian ini akan disampaikan seturut pemahaman dan pengalaman hidup saya sebagai seorang biarawan MSC yang baru berkaul kekal pada tanggal 21 Oktober 2023 yang lalu. Saya mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan termasuk kaul ketaatan bersama-sama dengan para Konfrater (sesama saudara setarekat) saya. Artinya, saya tidak berjalan seorang diri. Dan demikian di dalam tarekat MSC juga menekankan pentingnya cinta persaudaraan, itulah yang saya pahami dan alami sampai saat ini.

Saya memahami bahwa kaul ketaatan di dalam tarekat MSC memiliki dua arti mendasar. Pertama, dapat dipahami dan diartikan sebagai penghayatan hidup untuk mengikuti aturan dan keputusan yang diberikan kepada saya. Kedua, dapat saya pahami sebagai sebuah keputusan baik yang diberikan oleh pemimpin dalam terang persaudaraan demi perkembangan diri dan misi perutusan. Demikian, berangkat dari dua pemahaman mendasar ini, hidup dan penghayatan kaul ketaatan bertumbuh dan berkembang di dalam diri. Saya menemukan bahwa kaul ketaatan menjadi kekuatan seorang Biarawan MSC, bahkan dalam arti tertentu lebih "unggul" dan "utama".  Unggul dan utama dalam konteks MSC, bukan berarti mendiskreditkan dua kaul yang lain, atau bahkan mengabaikan dua kaul yang lain. Tetapi justru menempatkan kaul ketaatan sebagai kekuatan yang kemudian dapat menopang dua kaul yang lain, agar berjalan bersama di dalam penghayatan hidup seorang MSC.

Oleh karena itu, kaul ketaatan harus dihidupi tanpa tawar-menawar dalam diri seorang MSC terutama demi misi dan tugas pelayanan di tengah Umat. Pemahaman saya ini sungguh diteguhkan oleh Pater Chevalier, yang dengan jelas menegaskan di dalam Formula Konstitusi (1869) bahwa:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun