Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pencarian Mendasar Metafisika

20 September 2021   22:19 Diperbarui: 21 September 2021   10:39 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, kata esse selalu menunjukkan aktifitas bukannya pasif. Kata ada atau berada lebih netral. Dengan demikian terjemahan yang lebih tepat adalah "mengada"]. 

Mengada dapat diartikan apa yang karenanya benda partikular itu dapat disebut pengada. Menurut bahasa Aquinas, dengan mengada sesuatu dapat bereksistensi secara aktual atau dengan kata lain tak satupun dapat menjadi aktual kecuali ia mengada. 

Esse terletak dalam lapisan terdalam dari segala sesuatu dan secara fundamental mendasari setiap pengada. Apa pun yang mengada dapat bereksistensi. 

Kata pengada berasal dari kata Latin Ens, merupakan kata benda dengan akar kata esse [terjemahan langsung dari kata ens adalah "yang ada". Seperti akar katanya yang memiliki ciri keaktifan, ens juga dalam terjemahan perlu menunjukkan keaktifan. Sehingga tidak digunakan kata "yang ada" melainkan "pengada". 

Analoginya orang/sesuatu yang melaksanakan aktifitas "berlari" disebut "pelari"]. Dari hubungannya dengan kata esse dapat disimpulkan bahwa pengada adalah apa yang mengada. 

Dengan kata lain, pengada adalah apa pun yang ada. Segala yang ada yakni baik apa pun yang dapat dipikirkan maupun apa pun yang dapat ditangkap dengan indra. Penjelasan selanjutnya adalah tentang "esensi" yang berasal dari kata bahasa Latin essentia. 

Sama seperti ens, kata ini memiliki akar kata esse. Esensi berarti segala aspek yang permanen dan mantap yang membuat sesuatu menjadi apa adanya; dipertentangkan dengan yang berubah-ubah dan parsial saja. Dalam konteks logika, esensi mengacu kepada sifat-sifat khas yang mesti dimiliki oleh setiap anggota suatu spesies. 

Contoh, esensi dari seorang manusia adalah apa yang karenanya ia menjadi manusia dan bukan malaikat. Aristoteles menyamakan antara esensi dengan forma (eidos) sebagai sebab dan ada hubungan dengan apa yang disebut Plato dengan ide-ide. 

Sedangkan yang terakhir adalah eksistensi yang berasal dari kata bahasa Latin ex berarti keluar dan sistere tampil atau muncul. Exixtere berarti muncul, timbul, memiliki keberadaan aktual. 

Eksistensi dapat berarti apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, segala sesuatu yang dialami (berarti ada), dan kesempurnaan (dengannya sesuatu menjadi suatu eksisten/ens).

Eksistensi dipertentangkan dengan esensi yang menekankan keapaan sesuatu. Bagi Aristoteles, eksistensi diasosiasikan dengan materi yang berforma (substansi); sedangkan esensi diasosiasikan dengan forma. Jadi, kita bisa bertanya atau berpikir tentang baju karena baju itu ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun