Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Coto Makassar sebagai Soto Nusantara yang Mampu Meredahkan Hati yang Gusar

11 September 2021   19:27 Diperbarui: 11 September 2021   19:31 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coto di Coto Makassar Senen Syamsul Daeng Awing. (Dok. Kevindra Soemantri via KOMPAS.com)

Bumbu-bumbu yang diracik itu, memiliki kekhasan sendiri, bahkan di setiap daerah Sulawesi Selatan terdapat racikan bumbu yang berbeda-beda." (Penjelasan di atas disampaikan dalam logat Merauke, tetapi saya terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang baku).

Makanan kami pun tiba! Saya semakin penasaran dengan rasanya.Apalagi terlihat dengan jelas warna khas dari coto tersebut, yang justru memicu "insting kebinatangan"(maaf terlalu kasar) saya untuk langsung menyantapnya.

Setelah siap.Saya diminta untuk memimpin doa sebelum makan. Setelah doa, saya kemudian bergegas untuk mengayunkan sendok untuk menyantap coto tersebut. Akan tetapi tindakan saya itu langsung dihentikan oleh pelatih. Mengapa??? Tanyaku denga keras dalam hati! Pelatih lalu menjelaskan lagi.

Sebelum makan, ada baiknya Coto tersebut diberikan sedikit perasan jeruk nipis sesuai selera.Harus demikian,biar terasa Cotonya. Ya begitulah penjelasannya, walaupun tidak masuk akal tapi saya coba mengikutinya.

Dan...

Apa yang terjadi, terjadilah!!!

Satu sendok makan, kami lewati bersama-sama tanpa berbicara! Yang terdengar hanyalah bunyi sahut-sahutan antara sendok dan mangkok keramik, tempat dihidangkannya coto tersebut.

Untuk memecah suasana "egois"karena menikmati makanan, saya kemudian berinisiatif untuk memberikan komentar pertama atas pengalaman merasakan Coto Makassar itu kepada teman-teman. Dan saya pun terkejut, karena kesan kami semua memiliki kemiripan satu sama lain.

Memang, harus saya akui tekstur daging sapi yang lembut, ditambah dengan bumbu khas Coto tersebut, terbih sambal taoco yang rasanya menantang, membuat saya "lupa diri".

Bahkan yang lebih mengherankan saya, kami merasa seperti tidak pernah mengalami masalah berat. Kekalahan yang kami alami tadi justru kembali kami tertawakan bersama. Bahkan ada yang dengan jujur, memohon maaf atas kesalahan yang diperbuatnya selama pertandingan.Dan suasana malam itu pun menjadi haru.

Kami terhanyut dalam kebersamaan dan kembali membangun persatuan bahkan komitmen untuk menjadi lebih baik lagi dalam pertandingan-pertandingan yang akan diselenggarakan oleh siapa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun