Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melawan Covid-19 seturut Perspektif Filsafat Manusia

12 Agustus 2021   12:00 Diperbarui: 12 Agustus 2021   12:04 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu Virus Corona?

Virus Corona adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia, corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti MERS dan SARS. Virus Corona paling terbaru yang ditemukan adalah virus Corona Covid-19 di Wuhan, China pada Desember 2019 yang kemudian menjadi wabah. Gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. 

Gejala-gejala ini bersifat ringan dan terjadi secara bertahap. Namun, ada beberapa orang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tak merasa tidak enak badan. Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung atau diabetes, lebih mungkin terkena penyakit serius. 

Penyebaran virus ini dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang batuk atau menghembuskan nafas. Tetesan ini kemudian jatuh ke benda yang disentuh oleh orang lain. Orang tersebut kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut dan akhirnya terinfeksi.

Bagaimana Strategi Melawan Covid-19 dalam Perspektif Filsafat Manusia? 

  • Kesadaran Manusia

Kita perlu menyadari bahwa virus Corona berdampak buruk pada kita. Sebagai manusia, kita memiliki akal budi, kehendak bebas, dan suara hati, maka kita digerakkan untuk menyelesaikan problem yang membahayakan seperti ini. Karena kita memiliki kesadaran, maka kita harus tergerak untuk menggunakan akal budi, dengan memahami dampak-dampak dari virus ini. Dalam konteks ini, kita digerakkan oleh kehendak bebas dari dalam diri untuk mencari akar permasalahan dan menyelesaikannya. 

Kita perlu sadar bahwa angka kematian di dunia akibat Covid-19 dari hari ke hari terus meningkat. Kalau dibiarkan demikian, maka diperkirakan populasi manusia di dunia akan berkurang 4 atau bahkan 10 juta jiwa. Langkah-langkah pencegahan yang telah diberikan oleh WHO (World Health Organization) seperti cuci tangan sesering mungkin, menggunakan masker bila keluar rumah, terapkan social distancing, hindari menyetuh mata hidung dan mulut, lakukan peraturan bersin yang benar, jika mengalami demam, batuk dan kesulitan bernafas, segera berobat merupakan hal yang penting. Semua langkah pencegahan tersebut bertujuan untuk menghindarkan kita dari paparan virus Covid-19 yang sudah mewabah ke seluruh dunia.

  • Manusia sebagai Makhluk Historis

Setelah kita mengerti dan mengetahui apa itu virus Corona serta merasakan dampak negatifnya maka kita perlu "melakukan sesuatu". Ketergerakkan untuk melakukan sesuatu adalah panggilan dari dalam diri untuk berubah dan berkembang. Ketergerakkan ini juga yang membedakan kita dengan makhluk hidup lainnya yang bergerak tanpa ada tujuan. Panggilan sebagai manusia adalah menjawab hakikat kita dengan berkata "inilah aku utuslah aku." 

Jawaban tersebut mengarahkan kita pada tindakan nyata di lapangan. Lakukan seperti apa yang telah disampaikan oleh yang berwenang dan lebih memahami masalah tersebut. Kalau diminta untuk menjaga jarak, maka kita perlu menjaga jarak, agar proses pencegahan bisa berjalan dengan baik. Karena yang akan menentukan sejarah peradaban kita di dunia adalah kita sendiri sebagai manusia. 

Kita adalah makhluk historis, yang mampu belajar dari masa lalu, untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar di masa sekarang, yang kemudian akan berdampak di masa yang akan datang. Perlu diketahui bahwa Covid-19 telah menghilangkan 4.336.640 (bisa bertambah) jiwa (12 Agustus 2021) bdk. Namun, kita perlu mengantisipasinya hari ini dengan mengikuti prosedur yang telah dianjurkan oleh pihak berwajib (WHO dan pemerintah).Tujuannya, agar kematian di dunia dapat berkurang, sehingga tatanan dunia dapat berjalan seperti sedia kala.

  • Manusia: Roh dan Kematian 

Kita perlu berefleksi secara mendalam agar terus berproses dalam hidup. Kematian merupakan suatu fakta empiris, dimana jiwa terpisah dari tubuh. Namun secara non empiris, kematian tak terhindarkan dan pasti akan datang serta dialami oleh setiap manusia. Walaupun kita mengetahui bahwa kematian adalah sebuah kepastian dalam hidup, tetapi kehendak untuk menghargai kehidupan haruslah dipertahankan. Karena kehidupan adalah rahmat yang dianugerahkan Tuhan secara cuma-cuma. 

Ketergerakkan untuk menjaga dan merawat kehidupan haruslah bertumbuh dalam diri karena kita selalu berada dalam situasi "sedang" dan "terus menjadi". Situasi dimana kita diarahkan untuk mampu memaknai nafas kehidupan. Juga kesadaran akan keberadaan kita sebagai manusia yang tak terlepas dari sesama manusia. Kesadaran ini menghantar kita pada sikap untuk "mendengarkan" dan mampu "melaksanakan" apa yang baik bagi perkembangan diri kita dan sesama. 

Dengan bersikap demikian, kita dapat menyelamatkan banyak orang yang terkena dampak virus Covid-19 ini. Karena pada hakikatnya kepemilikkan atas "roh" selalu menggerakkan manusia pada kehidupan, walaupun kematian yang datang tetap menjadi suatu kenyataan yang tak terhindarkan. Oleh karena itu, kita perlu menjaga diri agar tetap terarah kepada kehidupan dalam kebersamaan dengan sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun