Mohon tunggu...
Gusti NM
Gusti NM Mohon Tunggu... Freelancer - Profil Kompasiana Gusti

Perangkai simbol. Menaruh perhatian pada kajian Filsafat, Politik, Sosial dan Ekonomi. Mengikuti perkembangan Teknologi, olahraga, Hiburan dan Gaya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Marhaenisme dan Identitas

3 Mei 2019   16:03 Diperbarui: 3 Mei 2019   16:53 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini berusaha untuk memahami bagaimana ideologi yang dikembangkan oleh Ir. Soekarno (Marhaenisme) memandang kata identitas, mengingat banyaknya fenomena yang berhubungan dengan konsep identitas (politik identitas, dan lain - lain) yang terjadi belakangan ini. 

--

Marhaenisme sebagai ideologi perjuangan rakyat Indonesia menjadi 'kering' dan 'gersang' apabila tradisi mengkaji marhaenisme luntur dalam diri masyarakat Indonesia khususnya mahasiswa Indonesia. 

Marhaenisme juga bukan sebuah dogma, apabila iya, marhaenisme akan menjadi sebuah dogma yang sangat incomplete dan dangkal, sehingga tradisi berdialektika dengan marhaenisme menjadi sangat penting. Katakanlah tidak ada dialektika, maka marhaenisme tidak akan bisa berkembang dan berhasil mendepak kapitalisme serta sistem lain yang menindas rakyat kecil di bumi Indonesia.

Berbicara tentang mengkaji marhaenisme, salah satu hal yang menarik untuk dibahas dalam marhaenisme ialah identitas. Dalam kalangan marhaenis sendiri, kajian terkait identitas di dalam marhaenisme jarang ditemui. Identitas menjadi semacam pembahasan yang dianggap sudah khatam. Tetapi sebenarnya, banyak pengetahuan yang berguna yang bisa digali disaat kita berbicara tentang identitas dan marhaenisme. Maka dari itu, tujuan dari tulisan singkat ini ingin berbicara tentang identitas dan marhaenisme, bagaimana hubungan antara kedua abstraksi tersebut.

Identitas terkadang bisa menjadi hal yang kompleks untuk dibicarakan. Amartya Sen dalam bukunya Kekerasan dan Identitas menggambarkan dengan cukup baik mengapa identitas adalah hal yang rumit. Ia berkata, pada saat yang bersamaan Ia bisa disebut seorang Asia, seorang warga India, seorang Bengali dengan leluhur Bangladesh, seorang yang tinggal di Amerika atau Inggris.

Seorang ekonom, seorang yang mendalami filsafat, seorang penulis, seorang pakar sanskerta, seorang penganut teguh sekularisme dan demokrasi, seorang lelaki, seorang feminis, seorang heteroseksual, dan lain -- lain. Sen memberi gambaran bahwa seorang individu pasti memiliki lebih dari satu identitas dan perbedaan identitas menurutnya cenderung menimbulkan sebuah konflik yang merugikan masyarakat.

Marhaenisme memahami hal ini, sehingga apabila ditelisik marhaenisme bersifat terbuka dan menghargai perbedaan -- perbedaan identitas. Sikap marhaenisme yang terbuka dan menghargai semua perbedaan identitas terlihat dalam salah satu asas marhaenisme yaitu sosio-nasionalisme, sosio -- nasionalisme adalah nasionalisme yang berperikemanusiaan, nasionalisme yang lapang dada, nasionalisme yang mencari keselamatan bagi seluruh masyarakat, nasionalisme yang tidak xeno phobia dan tidak xeno mania. 

Dari asas ini sebenarnya sudah terlihat bahwa marhaenisme terbuka dengan berbagai macam identitas yang terbuka pula dengan perjuangan kaum marhaenis mewujudkan sosialisme Indonesia. Marhaenisme akan terbuka kepada orang Kristen, Hindu, Animis, orang Sulawesi, Perempuan, Laki -- laki, Penulis, Reporter, Mahasiswa, Sopir angkot, Pedagang asongan dan entrepreneur. Marhaenisme akan terbuka dan menghormati segala identitas yang ingin bergabung dalam perjuangan mewujudkan masyarakat sosialis yang adil dan makmur

Selain itu, marhaenisme sebagai ideologi perjuangan menciptakan sebuah "common enemy" atau musuh bersama. Konsep musuh bersama ini cenderung menghasilkan  solidaritas yang tinggi bagi berbagai identitas sehingga kecenderungan munculnya konflik dalam masyarakat tereduksi. Tetapi apa musuh bersama marhaenisme? Musuh marhaenisme adalah sistem yang menindas dan mengeksploitasi kaum melarat Indonesia untuk keuntungan individu atau golongan semata yaitu kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme. 

Musuh bersama marhaenisme adalah  sistem yang tidak adil, memeras, mengeksploitasi serta merusak alam dan manusia. Selain itu, musuh bersama marhaenisme juga termasuk orang -- orang yang melanggengkan penindasan dan ekploitasi manusia terhadap manusia di Indonesia. Konsep musuh bersama ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan sifat kolektivitas berbagai macam identitas dalam menjalankan perjuangan.

Hal terakhir yang menarik dari marhaenisme, tidak hanya marhaenisme dipengaruhi oleh berbagai identitas tetapi marhaenisme sendiri menghasilkan identitas baru di Indonesia. Marhaenis namanya, identitas baru yang diciptakan oleh marhaenisme. Seseorang yang mengidentifikasi-kan dirinya sebagai marhaenis ialah seseorang yang percaya akan marhaenisme sebagai cara perjuangan dan asas yang menghendaki hilangnya sistem yang menindas serta mengeksploitasi kaum marhaen atau kaum melarat Indonesia, yang letaknya tersebar di seluruh penjuru Indonesia. 

Tidak hanya itu, marhaenis juga seseorang yang menganut nilai progresif dan revolusioner, sehingga marhaenis menghendaki perubahan yang menyeluruh dan perubahan yang mengarah ke arah yang lebih baik. Identitas baru ini mewarnai spektrum identitas di Indonesia dan sama sekali tidak mereduksi identitas -- identitas lain yang terdapat dalam individu.

Penjelasan singkat diatas menunjukkan bahwa marhaenisme dan identitas merupakan dua abstraksi yang saling berhubungan erat. Identitas -- identitas hidup di dalam marhaenisme dan marhaenisme bersemayam dalam berbagai identitas. 

Marhaenisme menerima perbedaan dan perbedaan hidup di dalam marhaenisme, sehingga identitas -- identitas masyarakat Indonesia yang sangat beragam sangat mungkin terakomodasi dengan baik oleh marhaenisme. Selain terakomodasi, marhaenisme memberikan tujuan bagi identitas -- identitas tersebut, tujuan mulia yaitu memperjuangan kaum marhaen untuk mencapai masyarakat sosialis yang adil dan makmur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun