"Aku akan pindah sekolah besok."
Aku menundukkan kepala, tidak ingin melihat reaksi teman-teman sekelasku. Mungkin ada yang sedih, marah, juga tidak peduli. Kami telah bersuka-cita bersama, sehingga wajar bagi mereka untuk merasa sedih. Namun, jika aku melihat wajah mereka, ekspresi mereka, aku bisa saja menangis. Laki-laki sepertiku mana mau menangis di depan banyak orang? Pengalaman terakhir di kelas ini tidak boleh diselingi tangisan.
"Kenapa harus sekarang, Wira? Kamu bisa pindah akhir semester, atau akhir tahun. Kenapa harus di tengah-tengah semester? Ulang tahunmu saja belum lewat..." Salah satu temanku protes, disaut oleh teman-teman yang lain. Jika aku tak salah dengar, ada suara isak tangis juga.
"Ah- sorry, Ayahku sekarang kerja di luar kota. Aku harus ikut, tentunya." Aku mendongak, menampilkan senyum yang indah. Pipiku memerah, tanda rasa malu.
Suara-suara bising tadi mulai menghilang. Semua orang tahu bahwa mereka tidak bisa protes. Mau bagaimana lagi? Aku melangkahkan kakiku, menuju guruku tercinta. Bu Anna. Aku menyerahkan sebuah kotak besar. Hadiah terakhir untuk guruku tercinta.
Bu Anna meletakkan kotak itu di atas meja, berterima kasih. Beliau kemudian memotong kertas menjadi beberapa bagian, dan menyerahkan potingan kertas tersebut ke seluruh anak yang hadir. Kecuali aku.
"Kalian mau menulis pesan terakhir untuk wira? Tulis di kertas itu, nanti kita kumpulkan."
Aku termangu. Ya, sebesar itulah cinta yang diberikan untukku. Aku tersenyum, menebak-nebak isi surat yang sedang mereka tulis. Pasti lucu.Â
***
Sekarang, usiaku sudah mencapai 28 tahun. Aku sudah menikah, juga sudah punya anak. Aku sekarang bekerja di Kota Malang sebagai pegawai negeri. Lebih tepatnya, guru.Â
Sembari memandangi album yang kupegang, aku mengingat1ingat kenangan lama. Album itu memang kotor dan berdebu, sobek sana-sini. Namun, kenangan yang ada di dalamnya belum pudar dari kepalaku. Hingga saat ini. Ada begitu banyak surat dan foto-foto yang tertempel di sana. Album itu adalah buku kenanganku saat masih SMP. Eh, maksudku MTS.
Aku memasukkan album itu ke dalam tas. Besok aku akan pindah ke kota Situbondo. Sebagai pegawai negeri, aku selalu siap pindah ajar kemanapun. Yah, meskipun aku tidak menduga akan di pindah ke Situbondo.
Dulu, aku telah meninggalkannya. Meninggalkan MTsN 2 Situbondo, meninggalkan teman-teman yang aku sayangi. Dan besok, aku akan kembali kepadanya. Kembali ke MTsN 2 Situbondo, bertemu dengan teman-teman yang baru.
Semoga besok menjadi hari yang indah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H