Zero memanjat pohon tinggi di depannya. Ia dengan gesit memetik buah  anggur merah, lalu menyerahkannya kepada Putri Ralda. Putri Ralda yang menerimanya tersenyum, hendak memakan anggur merah tersebut.
"Tuan putri. Mohon maaf, bukankah anggur ini berbahaya? Kita bekum tahu khasiatnya. Bagaimana jika itu beracun?"Â
"Benar juga. Tapi, Tuan Ksattia. Saya ingin mencobanya sekarang juga. Rasa penasaran dalam diri ini meminta saya untuk memakannya. Jika memang beracun, biarlah saya disembuhkan oleh tabib istana."
Tidak bisa membantah, ksatria tersebut hanya menundukkan kepalanya. Menunggu Putri Ralda selesai memakan anggurnya. Tapi...
"A-apa?! Apa yang terjadi??" Putri Ralda berteriak histeris. Dari kukunya keluar cairan merah. Begitu juga dari matanya. Dan mulutnya. Dan telinganya.Â
Apa yang ada di pikiran kalian? Darah? Tidak, itu bukan darah. Itu hanyalah cairan merah, dengan bau seperti anggur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H