Alkisah, di kerajaan Probolinggo, hiduplah seorang putri yang baik hati, ramah juga cantik dan berani. Mungkin terlalu berani. Putri itu bernama Ralda.
Suatu hari, Putri Rakda meminta izin kepada Sang raja untuk pergi ke hutan. Ia ingin mencari buah anggur favoritnya dengan tangan dan kakinya sendiri.
"Ayahanda, izinkan saya pergi ke hutan. Saya ingin mendapatkan pengalaman dengan mencari buah anggur dengan tangan dan kaki saya sendiri."
"Bawalah 3 ksatria bersamamu, anakku. Hanya dengan itu kau kuizinkan pergi."
"Baiklah, Ayahanda."
Maka, berangkatlah putri Ralda dengan 3 ksatrianya menuju ke hutan yang dipenuhi oleh pohon yang rindang. Dihiasi oleh bunga-bunga indah dan suara kicauan burung.
Sesampainya di hutan, putri Ralda segera mencari buah anggur yang nampak lezat. Di segala penjuru, putri Ralda tak henti-hentinya mencari buah berbentuk bundar tersebut. Bahkan sangking bersemangatnya, 2 orang ksatria kehilangan jejak Sang Putri. Mereka kemudian menyerah, pulang menuju rumah masing-masing.
Hanya tersisa 1 ksatria yang ada di sisi Putri Ralda. Ksatria tersebut bernama Zero. Dia membantu Putri Ralda untuk terus mencari buah anggur yang nampak lezat, hingga matahari mulai terbenam. Melihat itu, mereka berdua pun memutuskan untuk pulang.
Di tengah perjalanan menuju kerajaan, Putri Ralda melihat sebuah anggur berwarna merah di atas pohon. Putri Ralda yang tidak pernah melihat anggur berwarna mera pun menjadi sangat tertarik. Ia ingin memetiknya, lalu mencobanya saat itu juga.Â
"Tuan Zero. Tolong petikkan buah anggur merah yang ada di sana." Putri Ralda menunjuk ranting pohon tempat anggur merah tersebut berada.
"Dengan senang hati, yang mulia."