Proses pendidikan di Perguruan Tinggi merupakan kegiatan akademik yang menuntut kesungguhan dari calon mahasiswa, di samping pengelola dan staff pengajarnya yang profesional sehingga proses kegiatan akademik dapat berjalan terarah sesuai dengan target dan sasarannya.Â
Menurut hemat penulis, proses untuk mencapai level terbaik dalam kegiatan akademik di Perguruan Tinggi ada 2; Pertama, punya motivasi tinggi. Kedua, management waktu dan metode belajar efektif.
Mari kita bahas yang pertama tentang motivasi. Kata motif dalam bahasa Inggris disebut "motive" berasal dari kata "motion" bersumber dari bahasa latin "movere", maknanya bergerak.Â
Motif adalah daya gerak yang  mencakup dorongan, alasan, dan kemauan yang timbul dari dalam diri  seseorang untuk mendapatkan sesuatu (Efendy, 1981). Sementara menurut Kartono (1995), motif merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Berangkat dari kata dasarnya yaitu motif, maka motivasi yang menggerakkan diri seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Umumnya, motivasi terbangun diatas harapan dan cita-cita tinggi  dari setiap invidu, maka untuk merealisasikannya ia digerakkan oleh sebuah motivasi besar untuk mencapainya.
 Dalam konteks kegiatan akademik hendaknya seorang mahasiswa memiliki motif belajar yang kuat. Dengan motif belajar yang kuat, menjadikannya tidak akan mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang terjadi pada dirinya, baik pengaruh yang datang dari lingkungan internal, maupun lingkungan external.Â
Motivasi yang kuat, akan memprioritaskan tujuannya dan memperbesar kegiatan serta usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Bila yang terjadi sebaliknya, yakni motifnya berkurang, maka ia akan kehilangan tujuan prioritas, malas-malasan dan sudah pasti berkurang pula usaha dan kegiatan serta kemungkinannya untuk mencapai level terbaik.
Pembahasan kedua yaitu tentang manajement waktu dan metode belajar efektif di Perguruan Tinggi. Saya akan mulai dari pemahaman mengenai metode belajar.Â
Menurut Van Bemmeleen, metode belajar efektif di Perguruan Tinggi pada dasarnya merupakan upaya untuk mencapai prestasi akademik yang optimal setelah diterapkannya Sistem Kredit Semester (SKS), dinyatakan dengan Indeks Prestasi Kumulatif, atau yang lazim di kenal dengan istilah "IPK".Â
Untuk mendapat nilai IPK yang baik, mahasiswa dituntut memiliki metode dan manejemen waktu yang baik pula. Oleh karena itu mahasiswa harus mengetahui jadwal penggunaan waktu di kampus kemudian mengatur jadwal saat diluar.
Standar jumlah SKS di perguruan tinggi secara keseluruhan 145 SKS dengan durasi 50 menit per SKS dan 7 kali tatap muka, jika 2 SKS maka durasinya 100 menit, jika 3 SKS maka durasinya 150 menit demikian seterusnya.
Secara spesifik sepanjang pengalaman penulis kuliah, dalam setiap semester jatahnya antara 21-24 SKS, rata-rata 2 mata kuliah dengan 4 SKS perharinya dalam satu minggu. Jadi, mahasiswa hanya memiliki durasi 200 menit/3 jam pertemuan perhari dengan dosen di kelas.Â
Dari sisi efektifitas, durasi itu coba kita kurangi ukuran kemampuan seseorang dalam menangkap dan mendengar (full fress) yang rata-rata terbatas pada 15 menit pertama.Â
Maka jika dijumlah dengan asumsi efektifitas durasi pertatap muka dikelas misalkan 30Menit (15menit pertama full fresh, 15berikutnya mulai menurun) 4SKS/ 200Menit -- 80Menit (Durasi tidak efektif) = 120menit atau durasi efektif hanya 2jam/hari
Dengan jumlah yang sangat minim itu, maka kegiatan akademik tidak cukup hanya tatap muka di kelas saja, mahasiswa dituntut untuk mampu mengelola waktu di luar jam kuliah sedikitnya 6jam perhari. 3 jam pertama digunakan untuk mendalami mata kuliah yang sudah diajarkan kemudian memadukannya dengan refrensi-refrensi yang ada di perpustakaan.Â
3 jam berikutnya digunakan untuk membaca dan memahami mata  kuliah yang akan di lakasanakan keesokan harinya karena dalam proses belajar mengajar di dunia akademik, dosen bukan sumber pengetahuan utama, melainkan buku, perpustakaan, artikel dalam majalah, hasil penelitian, dan media cetak atau audio-visual lainnya (termasuk pengalaman dosen tentunya), dosen  biasanya hanya menetapkan  sumber pengetahuan apa saja yang harus dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa dalam bentuk Rencana Pembelajaran Semester (RPS) atau program belajar. Mahasiswa mengikuti dan menjalani program belajar tersebut dengan tertib.
Ada sebuat metode belajar yang mungkin bisa membantu mahasiswa untuk mencapai level terbaik. Metode belajar ini secara objektif dianggap lebih baik dari metode-metode lainnya. Metode ini dikenal dengan metode belajar "SQ 3R".Â
Secara singkat, S berarti survey, yaitu membuat pengamatan atas bahan yang hendak dipelajari. Q berarti question, yaitu mengajukan pertanyaan atas bahan yang hendak dipelajari. Sering juga disebut Inquire, yaitu menyelidiki seluk beluk bahan yang hendak dipelajari.Â
R1 berarti reading, yaitu membaca secara aktif atas bahan yang hendak dipelajari, dengan metode membaca untuk belajar dan membaca secara kritis.
 R2 berarti repetition yaitu mengulang kembali hal-hal yang sudah dipelajari. R3 berarti review yaitu meninjau kembali hal-hal yang sudah dipelajari. Metode ini sudah banyak digunakan oleh sebagian mahasiswa dan cukup terbukti membantu mencapai level terbaik. Â
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H