Mohon tunggu...
Gusti Ayu Putu Reskiyanti
Gusti Ayu Putu Reskiyanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Banyak inspirasi kebaikan yang ada disekeliling kita

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Malangnya Bayi Itu

5 November 2014   03:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:37 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu, Bumi Kampus Hijau Tridharma Universitas Halu Oleo di kejutkan dengan penemuan sesosok mayat bayi yang masih merah, dibuang oleh orang tuanya. Mayat bayi itu ditemukan di wilayah kost-kostan area depan kampus UHO. Kita yang mendengar berita ini pasti akan berkomentar, tega sekali orang tuanya membuang bayi yang masih suci dan tidak berdosa itu, atau mungkin berkomentar bayi itu pasti hasil dari seks pra nikah yang di lakukan orang tuanya, dan tidak menginginkan bayi itu.

Ya, semua ada benarnya, apakah orang yang tega membuang darah dagingya sendiri masih layak kita sebut sebagai orang tua, ayah, atau ibu? Menurut saya tidak, karena yang saya tahu, orang yang dengan susah payah mengandung dan melahirkan kita akan menyayangi kita dengan tulus walau bagaimanapun keadaannya. Dan tidak akan melakukan hal yang sangat berdosa dengan membuang nyawa yang merupakan bagian dari dirinya sendiri. Sebenarnya salah apa yang dilakukan oleh bayi itu? Seberapa fatal kesalahan yang dibuatnya hingga orang yang mengandungnya dengan tega membuangnya? Jawabannya bayi itu tidak salah dan tidak berdosa, yang salah adalah kedua orang tuanya. Mengapa mereka melakukan hal yang sudah jelas di larang agama bila tidak terikat oleh pernikahan, dan tidak mau mempertanggungjawabkan kesalahan yang mereka buat dengan setidaknya membiarkan bayi itu hidup. Mereka justru lebih menyelamatkan ego pribadi dibandingkan dengan menyelamatkan nyawa yang begitu berharga yang tidak dapat ditukarkan dengan apapun di dunia ini.

Bagi orang yang cerdas, ini merupakan sebuah pelajaran hidup yang tidak patut untuk ditiru. Pelajaran seperti ini tidak perlu kita mengalaminya sendiri, namun belajar dari kejadian yang ada. Dan menanamkan keyakinan pada benak kita bahwa perbuatan yang salah itu tetap salah, walaupun hukum tidak melihat, namun tuhan tidak tidur dan selalu mengawasi umatnya. Saya berharapnya tidak ada lagi kasus-kasus seperti ini yang terjadi, apalagi ini di kawasan akademik yang penghuninya rata-rata merupakan paraintelektual dan calon penerus bangsa. Maka dari itu, mari kita ambil hikmah dari kejadian yang lalu, mengolahnya dalam benak kita, dan menghasilkan output yang dapat membuat kita sadar, bahwa masih banyak hal lain yang masih perlu kita kejar demi mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat nanti. Sekian

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun