Mohon tunggu...
Gustiayulindaa
Gustiayulindaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Kesuksesan yang besar dimulai dari langkah yang kecil”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siapakah Manusia Pertama Menurut Hindu

13 September 2023   22:13 Diperbarui: 13 September 2023   22:16 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

GAGASAN 1 : SIAPAKAH MANUSIA PERTAMA MENURUT AGAMA HINDU?

Menurut ajaran Hindu tentang manusia pertama dikenal dengan istilah "Manu" atau "Manusya". Manu merupakan tokoh legendaris yang dianggap sebagai manusia pertama atau leluhur manusia dalam mitologi Hindu.
 
Menurut teks suci Hindu yang disebut "Manusmriti" atau "Hukum Manusia", Manu dianggap sebagai cikal bakal umat manusia. Konon, ia dipilih oleh Tuhan Brahman untuk memulai peradaban manusia di zaman yang disebut "Satya Yuga" atau "Zaman Keemasan". Manusmriti juga memuat aturan dan pedoman untuk kehidupan manusia, termasuk norma-norma moral, etika, dan hukum.

Dalam kisah-kisah mitologi Hindu, Manu disebutkan melakukan tapas (meditasi) di tepi Sungai Saraswati. Selama meditasi, ikan yang dikenal sebagai "Matsya Avatar" muncul dan meminta perlindungan dari ikan besar yang hendak memangsanya.
Manu memberikan perlindungan dan pada akhirnya, Matsya Avatar membimbingnya selama banjir besar yang menghancurkan dunia lama.
Manu diinstruksikan untuk membangun sebuah perahu dan membawa sepasang setiap makhluk hidup untuk memulai kembali peradaban manusia di dunia baru. Setelah banjir surut, Manu turun dari perahu dan memulai kehidupan baru di bumi yang kering.
Dengan demikian, dalam keyakinan Hindu, Manu dianggap sebagai manusia pertama yang memulai peradaban manusia setelah peristiwa banjir besar tersebut. Harap diingat bahwa cerita ini memiliki makna simbolis dan alegorikal, dan tidak dimaksudkan untuk diartikan secara harfiah.

GAGASAN DUA : APAKAH DASAR KEYAKINAN AGAMA HINDU?
PANCA SRADHA
 
Dalam agama hindu, terdapat lima dasar keyakinan atau kepercayaan yang disebut dengan "PANCA SRADHA". Terdiri dari dua unsur kata yaitu Panca dan Sradha. Kata Panca yang berarti lima sedangkan Sradha yang memiliki arti Keyakinan atau Kepercayaan.

BUNYI SLOKA :
"Craddhaya Satyam Apnopi, Cradham Satye Prajapatih"
Artinya : Dengan Sradha orang akan mencapai Tuhan, Beliau menetapkan, dengan Sradha menuju Satya. (Yajur Weda XIX.30.)
APA SAJA LIMA DASAR KEYAKINAN DALAM HINDU ???
1)BRAHMAN
2)ATMAN
3)KARMA PHALA
4)PUNARBHAWA/SAMSARA
5)MOKSA
 
*BRAHMAN (KEYAKINAN TERHADAP TUHAN)
 
"Ekam Sat Wipra Bahuda Wadanti, Agnim Yamam Matariswanam"
Artinya : "Tuhan hanya satu, tidak ada duanya" (Upanishad IV 2.1)
 
Tuhan dalam agama Hindu disebut Brahman, Brahman adalah pencipta seluruh jagat raya ini, sekaligus merupakan sumber dan akhir dari segala kehidupan.
Sifat-sifat Tuhan dijelaskan dalam Tri Purusa, yaitu :
1.Parama Siwa, Tuhan tak berwujud, tak bisa di bayangkan, murni (Nirguna Brahman)
2.Sadha Siwa, Tuhan yang sudah di pengaruhi guna dan memiliki sakti (Sarguna Brahman) contohnya Brahma, Wisnu, Siwa.
3.Siwatma, Tuhan mengambil wujud tertentu, menjadi jiwa bagi semua makhluk

Sifat-sifat atman dijelaskan dalam Bhagawad Gita, yaitu :

Acehdya                : tidak terlukai oleh senjata
Adahya                  : tak terbakar oleh api
Akledya                 : tak terkeringkan oleh angin
Acesyah                 : tak terbasahkan oleh air
Nitya                      : kekal abadi
Sarwagatah           : berada dimana-mana
Sthanu                   : tidak berpindah-pindah
Acala                      : tidak bergerak
Sanatana                : selalu sama
Awyakta                 : tidak dilahirkan
Acintya                   : tak terpikirkan
Awikara                  : tidak berubah, (tidak laki maupun perempuan)

KARMA PHALA (KEYAKINAN TERHADAP HUKUM KARMA)
"What you give is what you get"
Artinya : "Apa yang kamu beri itulah yang kamu dapatkan"
Percaya dengan adanya karmaphala artinya percaya dengan hasil perbuatan yang telah kita lakukan ataupun yang akan kita lakukan. Inilah hukum "Universal" yang dipercaya oleh umat Hindu.
Karma Phala terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Sancita Karma Phala merupakan jenis phala/hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatannya di kehidupan sebelumnya.
2. Prarabdha Karma Phala merupakan jenis perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini dan phalanya akan diterima pada kehidupan saat ini juga.
3. Kryamana Karma Phala merupakan jenis perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini, namun phalanya akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.

PUNARBHAWA/SAMSARA (KEYAKINAN TERHADAP REINKARNASI)

Punarbhawa adalah kelahiran kembali, kelahiran kembali ini terjadi dikarenakan Atman belum bisa menyatu dengan Brahman, sebab Atman masih terikat dengan sifat-sifat duniawi dan hukum karmanya.
Pengertian lain, Punarbhawa adalah siklus LAHIR & MATI nya manusia.

MOKSA (KEYAKINAN TERHADAP BERSATUNYA ATMAN DENGAN BRAHMAN)

Moksa merupakan tujuan tertinggi Sekaligus terakhir dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan "Moksatham Jagadhita ya ca iti Dharma" yang artinya tujuan agama (Dharma) adalah untuk mencapai Moksa (Kelepasan) dari Kesenangan duniawi (Jagadhita).

Tingkat-tingkat Moksa :
1. Samipya, merupakan kebebasan yang bisa dicapai seseorang selama hidup di dunia. Samipya bisa dilakukan oleh para Yogi dan Maharsi.
2. Sarupya atau Sadharmya, adalah kebebasan yang didapatkan oleh seseorang di dunia ini karena kelahirannya.
3. Salokya, adalah kebebasan yang bisa diraih oleh Atman. Di mana Atman itu sendiri sudah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dengan kata lain, Atman sudah mencapai tingkatan Dewa yang menjadi manifestasi dari Tuhan itu sendiri.
4. Sayujya, merupakan tingkat kebebasan tertinggi, di mana Atman sudah bisa bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Kondisi ini disebut pula dengan Brahman Atman Aikyam yang berarti Atman dan Brahman sesungguhnya tunggal.

GAGASAN TIGA : BAGAIMANA COVID-19 DITINJAU DARI AGAMA HINDU?

Tri Hita Karana merupakan suatu konsep atau ajaran dalam agama Hindu yang selalu menitikberatkan bagaimana antara sesama bisa hidup secara rukun dan damai.Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan dan keseimbangan. Tri artinya tiga, Hita berarti sejahtera, dan Karana artinya penyebab. Ini dapat dimaknai sebagai tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan kebahagiaan. Ketiga hubungan tersebut meliputi hubungan harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, hubungan harmonis antara manusia dengan sesamanya, dan hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungannya.

Ketiga hubungan yang harmonis itu diyakini akan membawa kebahagiaan dalam kehidupan ini, yang diwujudkan dalam 3 unsur, yaitu : Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan.
Di dalam ajaran Agama Hindu, kebahagiaan hanya terwujud jika ada hubungan yang harmonis antara Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia, dan Manusia dengan Alam. Manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan keharmonisan antara ketiga faktor tersebut.
Semua yang ada di alam bebas maupun di dunia harus mengikuti aturan dalam pergerakannya. Jika aturan tidak diikuti maka pastinya akan menyebabkan ketidakharmonisan, bahkan kehancuran.

Alam semesta memiliki aturan/hukum tersendiri dalam pergerakannya yang disebut Rta (hukum alam). Contohnya, terjadinya siang dan malam, bumi berputar pada porosnya mengelilingi matahari, dan lain sebagainya. Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) menciptakan Rta (hukum alam) untuk kehidupan. Apabila salah satu bagian alam ini tidak mengikuti aturan maka akan terjadi kehancuran.
Demikian pula dalam kehidupan di dunia, semua aktivitasnya memiliki aturan. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna di antara makhluk lainnya di bumi, memiliki peranan utama dalam menegakkan aturan. Manusia dengan kecerdasan yang dimilikinya dapat membuat aturan-aturan dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Aturan itu dapat bersifat universal/global. Artinya, berlaku bagi semua manusia di seluruh dunia, tanpa memandang suku, ras, bangsa, dan agama.
Umat Hindu percaya ketika kita memberi pelayanan kepada alam semesta, maka alam semesta akan memberi pelayanan terbaiknya kepada kita. Contoh nyata yang bisa kita lihat pada saat ini bencana-bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia sendiri, penebangan hutan secara liar yang menyebabkan tanah longsor, banjir, menipisnya lapisan ozon sehingga kian hari udara terasa lebih panas menyengat kulit, polusi udara kian menjadi ancaman persebaran virus. Namun, begitu sebaliknya ketika kita menjaga lingkungan seperti penghijauan ke lingkungan tentu pepohonan yang kita tanam akan memberikan oksigen serta membantu menyaring polusi-polusi udara yang kita hirup.

Tahun 2020 ditemukan adanya kasus terinfeksi Virus Covid-19 (SARS-CoV-2) di Indonesia. Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan China setelah itu menyebar ke beberapa negara lainnya, termasuk Indonesia. Beberapa negara memutuskan untuk lockdown untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Masyarakat diimbau untuk menghindari tempat keramaian dan melakukan social distancing atau physcal distancing, menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum, rutin mencuci tangan dengan air mengalir atau handsanitizer yang mengandung alcohol minimal 70%, dan mengganti pakaian setelah beraktivitas keluar rumah.
Masyarakat juga diminta meningkatkan daya tahan tubuh, tidak suka menyentuh mata, mulut dan hidung sebelum mencuci tangan, tutup mulut saat batuk dan bersin, hindari tempat keramaian.

Dampak dari virus Covid-19 menyebabkan segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan upacara keagamaan menjadi dibatasi. Bahkan, kita melakukan kegiatan persembahyangan di rumah saja.
Dijelaskan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali Ibu Komang Sri Marheni, ada 5 M cara pencegahan Covid-19 yang harus diterapkan, yakni memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, menjaga jarak minimal 1,5 meter, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas serta interaksi sosial. Dengan adanya hal seperti itu, kita umat beragama tentunya harus mengikuti aturan, namun tidak lupa juga dengan kewajiban kita sebagai umat untuk senantiasa menerapkan ajaran Tri Hita Karana di masa pandemi Covid-19 ini.
Sloka Bhagawadgita, Adhyaya IV.11 menyebutkan, "ye yatha mam prapadyante, tams tathaiva bhajamy aham, Mama vartmanuvartante, manusyah partha sarvasah." (Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepada-Ku, aku menganugrahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal, wahai putra Partha).

Ajaran tersebut sangat penting untuk diimplementasikan secara optimal, apalagi pada masa pandemi Covid-19 ini yang sangat memiliki dampak pada semua bidang kehidupan, baik dari bidang ekonomi, sosial, spiritual dan lain sebagainya. Parahyangan merupakan upaya untuk lebih mendekatkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dengan berbagai aktivitas untuk mencapai peningkatan spiritualitas, dengan cara berdoa dari rumah, memohon perlindungan serta kesehatan agar wabah pandemic covid-19 segera berakhir.

Pawongan dapat dilakukan dengan upaya saling menjaga dengan selalu menerapkan protokol kesehatan dan membantu sesama yang membutuhkan sebagai bentuk dari pengaktualisasian ajaran tat twam asi. Palemahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Ini bisa dilakukan dari hal kecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan sampah-sampah yang sulit terurai.

Pawongan dapat dilakukan dengan upaya saling menjaga dengan selalu menerapkan protokol kesehatan dan membantu sesama yang membutuhkan sebagai bentuk dari pengaktualisasian ajaran tat twam asi. Palemahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Ini bisa dilakukan dari hal kecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan sampah-sampah yang sulit terurai.
Selain itu, bisa dilakukan juga dengan menjaga keasrian lingkungan, mengupayakan penanaman pohon di sekeliling tempat tinggal untuk menciptakan suasana asri. Umat juga diimbau menjaga kelestarian hewan dengan budidaya hewan ternak maupun hewan langka. Semua upaya tersebut dilakukan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan alam dan mencegah terjadinya wabah atau yang berdampak kepada semua makhluk di bumi.

GAGASAN EMPAT : PENGOBATAN/USADA DALAM SASTRA HINDU DALAM MENGHADAPI COVID-19

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona jenis baru yang pertama kali muncul di Wuhan, China pada Desember 2019. Penyakit ini sangat menular dan menyebar dengan cepat di seluruh dunia, sehingga pada 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi global.
COVID-19 menyebar dari orang ke orang melalui tetesan udara yang dihasilkan ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Gejala yang paling umum dari COVID-19 termasuk demam, batuk kering, dan kelelahan. Beberapa orang juga dapat mengalami gejala lain seperti sakit kepala, hilangnya kemampuan mencium bau atau merasakan rasa, sakit tenggorokan, dan sesak napas. Beberapa orang dapat terinfeksi COVID-19 tetapi tidak menunjukkan gejala apa pun, namun tetap dapat menularkan virus kepada orang lain.

Untuk mencegah penyebaran COVID-19, banyak negara menerapkan berbagai tindakan pencegahan seperti membatasi perjalanan, menutup sekolah dan tempat kerja, meminta orang untuk mengenakan masker, dan menerapkan jarak sosial. Vaksin COVID-19 juga telah dikembangkan dan diluncurkan di seluruh dunia untuk membantu melindungi orang dari virus ini.

Pengobatan dalam sastra Hindu atau yang dikenal sebagai Usada telah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan dipercayai sebagai cara untuk mengobati berbagai penyakit baik fisik maupun mental. Usada merupakan bagian penting dari tradisi Hindu yang berkaitan dengan pengobatan, penyembuhan, dan kesehatan secara holistik.

Beberapa sastra Hindu, seperti Reg veda dan Atharwa veda, telah memberikan panduan tentang bagaimana merawat kesehatan dan mengobati berbagai penyakit. Sastra-sastra ini mengandung informasi tentang obat-obatan herbal, teknik pengobatan, dan amalan meditasi yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.

Dalam konteks Covid-19, pengobatan dalam sastra Hindu bisa menjadi pilihan alternatif untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu mempercepat proses pemulihan. Berikut ini adalah beberapa cara pengobatan dalam sastra Hindu yang bisa diterapkan dalam menghadapi Covid-19

Yoga & Meditasi Yoga telah menjadi bagian penting dari kehidupan orang India sejak ribuan tahun yang lalu. Kedua teknik ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu mengurangi stres dan kecemasan. Dalam konteks Covid-19, yoga dan meditasi dapat membantu mengurangi efek negatif stres pada tubuh dan pikiran, sehingga dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.

Penggunaan Obat-obatan Herbal telah menjadi bagian penting dari pengobatan dalam sastra Hindu selama berabad-abad. Beberapa tanaman seperti neem, turmeric, tulsi, dan ashwagandha telah digunakan dalam pengobatan untuk berbagai penyakit, termasuk infeksi virus. Beberapa tanaman ini telah terbukti memiliki sifat antivirus dan antibakteri yang dapat membantu melawan infeksi Covid-19.

Ayurveda adalah sistem pengobatan tradisional India yang telah digunakan selama ribuan tahun. Ayurveda mengajarkan bahwa keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa sangat penting untuk menjaga kesehatan yang optimal. Beberapa teknik Ayurveda yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu mengurangi gejala Covid-19 adalah melakukan pijatan pada titik-titik tertentu pada tubuh, menggunakan minyak esensial, dan mengikuti pola makan yang seimbang dan sehat.

Puja dan Mantra sebagai Pengobatan Rohani.

Puja dan mantra adalah bagian penting dari praktik Hindu dan digunakan sebagai sarana untuk berhubungan dengan Tuhan dan mengubah energi dalam diri manusia. Selama pandemi Covid-19, Puja dan mantra dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kekuatan spiritual dalam diri manusia. Beberapa mantra seperti Gayatri Mantra dan Mahamrityunjaya Mantra telah terbukti membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan melindungi dari penyakit. Selain itu, Puja juga dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang sehat dan bergizi kepada orang yang membutuhkan, sehingga dapat membantu meningkatkan kondisi kesehatan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun