Mohon tunggu...
Gusti Ayu Anggreni Puspita D
Gusti Ayu Anggreni Puspita D Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Om Swastyastu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Dan Sejarah Menyambut Perayaan Hari Raya Kuningan

20 November 2021   07:16 Diperbarui: 20 November 2021   07:27 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Raya Kuningan adalah Hari Raya merayakan wujud Sang Hyang Parama Wisesa atau leluhur dalam memuja dan memuliakan keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Hari Raya Kuningan dirayakan Setiap sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan, pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan, diperingati setiap 210 hari. Pada saat Hari Raya Kuningan, umat Hindu di Bali melaksanakan persembahyangan bersama dengan keluarga di merajan/ sanggah di setiap masing-masing rumah mereka.

Umat Hindu memuja Ida Shang Hyang Widhi Wasa serta para leluhur. Selain itu umat Hindu pada hari raya Kuningan biasanya memberikan persembahan yaitu sesajen atau ajengan berupa "Nasi Kuning" yang akan dipersembahkan terhadap para leluhur.

Hari Raya Penampahan Kuningan diperingati setiap Sukra Wage Wuku Kuningan. Dalam pelaksanaan kesiapan penyambutan hari raya kuningan dilakukan dengan memotong  binatang seperti;

Babi, ayam, bebek dan sebagainya yang akan dipersiapkan untuk pelengkap sarana Banten yang akan di persembahkan terhadap Ida Shang Hyang Widhi Wasa dan membuat perisiapan sarana banten kuningan.

Sebelum perayaan hari raya Kuningan umat Hindu biasanya mempersiapkan sarana banten, seperti Tamiang, lamak, gantungan yang akan disematkan di Pelinggih.

Umat Hindu, sebelum hari raya Kuningan juga mempersiapkan sarana persembahyangan dengan metanding canang meraka yang berisikan buah-buahan. 

Metanding canang sodan yang berisikan bantal tape, pelas, Jaja uli, Jaja gina, buah pisang, jeruk atau apel, selanggi, dan Sampian sodan serta membuat ajengan nasi kuning yang akan diaturkan terhadap Ida Shang Hyang Widhi Wasa.

Nasi Kuning merupakan salah satu tradisi dalam perayaan Hari Raya Kuningan, ajengan nasi yang berwarna kuning yang diartikan sebagai simbol kedamaian dan ketentraman. Hal tersebut adalah sebagai wujud rasa syukur dan terimakasih atas kedamaian yang diberikan oleh Ida Shang Hyang Widhi Wasa.

Pada Hari Raya Kuningan Umat Hindu, melaksanakan persembahyangan keliling. Pertama mengaturkan Banten dan mebakti di merajan atau sanggah,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun