Mohon tunggu...
Gusti Ayu
Gusti Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya memiliki kepribadian yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

ASEAN Memperkuat Mata Uang Lokal, Mampukah ASEAN Tanpa Dollar AS?

2 Juni 2023   19:45 Diperbarui: 2 Juni 2023   20:33 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada pertemuan pertama Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN Maret 2023 di Bali, negara-negara ASEAN diketahui telah berkomitmen mengutamakan penggunaan mata uang lokal masing-masing untuk transaksi perdagangan dan konektivitas mekanisme pembayaran, hal ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan dollar AS. Bukankah hal tersebut efisien jika dilaksanakan? Bisakah ASEAN meninggalkan dollar AS?

Dari pertemuan itu diketahui ada 5 negara di Asia Tenggara yang telah menyepakati Transaksi Mata Uang Lokal masing-masing negara (Local Currency Transaction/LCT). Kesepakatan itu memungkinkan transaksi antar negara tak lagi menggunakan Dollar AS, namun menggunakan mata uang lokal masing-masing. Mulai dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo beliau mengatakan, penggunaan mata uang internal ASEAN bagian dari antisipasi risiko krisis. Dikarenakan kini, risiko krisis keuangan dan ekonomi global terus membesar. Beliau juga mengatakan ASEAN akan membentuk gugus tugas untuk merumuskan proses transisi penggunaan mata uang lokal negara-negara ASEAN dalam transaksi keuangan intra ASEAN. Dia menambahkan transaksi menggunakan mata uang lokal bisa dilakukan lebih cepat, mampu mengatasi krisis global, dan nilai mata uang masing-masing negara ASEAN akan meningkat.

Selain itu menurut Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal, beliau mengatakan jika negara-negara ASEAN dapat bertransaksi langsung dengan mata uang sesama ASEAN, hal tersebut dapat meningkatkan perdagangan di kawasan Asia Tenggara.

Akibat dari Dollar AS yang terus menguat mendorong kenaikan biaya produksi importasi bahan baku dan penolong yang semakin mahal. Tingginya ongkos produksi akan bermuara pada tingginya harga jual barang di tingkat konsumen sehingga memicu kenaikan inflasi yang saat ini tengah dihadapi oleh seluruh pelaksana kebijakan.

Salah satunya dengan penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan dan investasi lintas batas di kawasan ASEAN. Tantangan saat ini yakni ketergantungan terhadap mata uang internasional yakni dollar AS. Penggunaan mata uang lokal akan membuat ketergantungan terhadap dollar AS berkurang. Sehingga jika terjadi guncangan ekonomi global maka dampaknya ke negara kawasan menjadi berkurang.

Pemanfaatan mata uang lokal negara ASEAN dinilai dapat memperkuat stabilitas mata uang masing-masing negara anggota, khususnya ketika terjadi volatilitas di pasar uang global. Kemudian langkah ini bisa mendorong ekspor, investasi, hingga memperkuat keseimbangan dan cadangan devisa bisa diperkuat. Diversifkasi mata uang ini inisiatif penting dalam menjaga ketahanan

Dengan demikian, dari beberapa pendapat tentang Transaksi Mata Uang Lokal masing-masing negara (Local Currency Transaction/LCT) memiliki dampak positif terutama bagi Indonesia. Salah satunya untuk mengurangi ketergantungan penggunaan mata uang utama sehingga menciptakan diversifikasi mata uang yang pada akhirnya dapat meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah. 

Selain itu, hal tersebut juga bisa menguntungkan eksportir dan importir di kawasan ASEAN, yakni berkurangya biaya transaksi dan ketidakpastian kurs. Misalnya eksportir mau mengirim kopi ke Thailand sehingga terkena perbedaan kurs bath ke dollar AS, lalu dollar AS ke rupiah. Itu sangat tidak efisien dan akhirnya ada biaya selisih kurs yang muncul dan jadi beban pengusaha. Oleh sebab itu, jika LCT diterapkan dapat memudahkan dan mengefisienkan biaya dalam perdagangan antar negara ASEAN. Skema LCT juga dapat memudahkan masyarakat untuk bisa berbelanja di negara tujuan menggunakan mata uang lokal dan cenderung digunakan untuk transaksi ritel.

Selain itu juga dengan adanya transaksi uang regional, likuiditas mata uang lokal dapat meningkat. Ini karena adanya permintaan yang lebih besar untuk mata uang lokal dalam transaksi perdagangan regional. Ketersediaan likuiditas yang lebih tinggi dapat mendukung aktivitas ekonomi dan memperkuat keuangan mata uang lokal.

Serta dalam sistem transaksi uang regional, negara-negara anggota cenderung bekerja sama dalam mengembangkan kebijakan moneter yang bersamaan. Kebijakan moneter yang koordinatif dapat membantu mengurangi risiko ketidakseimbangan ekonomi antara negara-negara anggota dan menciptakan kondisi yang lebih stabil bagi mata uang lokal.

penulis : Rohdy Andika, I Gusti Ayu Suji Adnyani, Dinda Sinsilia Annisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun