Mohon tunggu...
Gusti Aralist
Gusti Aralist Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Travelling

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Merapatnya Demokrat ke Prabowo: Akankah Dukungan SBY Berpengaruh Terhadap Perolehan Suara Prabowo pada Pemilu 2024

26 September 2023   19:14 Diperbarui: 27 September 2023   18:24 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu menjelang Pilpres 2024 sedang gencar diperbincangkan banyak kalangan dari berbagai kalangan dan usia serta di berbagai media atau platform. Salah satu isu yang sedang hangat dan cukup menggemparkan adalah Partai Demokrat yang memutuskan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) lalu bergabung mendukung Prabowo Subianto.

Partai Demokrat secara resmi mengumumkan akan mendukung dan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang berarti akan mengusung Prabowo sebagai calon presidennya. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat sekaligus serta  Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selaku ketua umum Partai Demokrat di kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor.

Dengan Bergabungnya Partai Demokrat ke koalisi Prabowo memunculkan sejumlah persepsi dan spekulasi baik di kalangan masyarakat maupun pengamat politik. 

Salah satu dugaan sementara adalah Anies Baswedan tidak menjadikan AHY sebagai calon wakil presiden yang akhirnya membuat AHY dan SBY memutuskan keluar dari koalisi. Namun ternyata spekulasi sementara tersebut langsung terbantahkan. 

Alasan sebenarnya, karena Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang beranggotakan Partai NasDem, PKS, dan PKB yang mengusung Anies Baswedan memutuskan untuk mengambil tindakan. berkolaborasi dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dari PKB. 

Tanpa persetujuan dan diskusi terlebih dahulu dengan Partai Demokrat, hal inilah yang membuat SBY dan AHY merasa tidak dihargai dan seolah tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan penting tersebut. Karena itu,Partai Demokrat lebih memilih untuk memutuskan keluar dari koalisi partai pendukung Anies.

Hal tersebut juga menandai bahwa dukungan terhadap Prabowo selaku capres pastinya akan meningkat, mulai dari Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), dan juga Partai Demokrat. 

Koalisi yang mendapat dukungan paling banyak dari parlemen ini disebut-sebut sebagai koalisi "gemuk". Tetapi  koalisi gemuk ini juga bukan berarti  mempunyai jaminan bahwa pasti akan menang dalam pemilihan. Melihat dari pengalaman-pengalaman koalisi gemuk yang sudah ada sebelumnya.

Selain itu, persepsi dan spekulasi yang mencuat di berbagai platform ini juga bersifat macam-macam serta beragam. Ada tanggapan yang positif dan ada juga tanggapan yang negatif pula. 

Tanggapan positif dari merapatnya Partai Demokrat ke koalisi Prabowo ini bisa dinilai baik dari pada terus menerus kecewa dengan koalisi Anies dan menjadi tidak andil dalam keikutsertaan pemilu 2024. Tetapi, banyak juga masyarakat yang merasakan kekecewaan dengan bergabungnya Partai Demokrat ini ke koalisi Prabowo karena dianggap tidak sesuai dengan tindakan atau citranya selama ini. 

Hal itu dinyatakan karena selama ini SBY dikenal banyak mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi, akan tetapi justru bergabung dengan Prabowo yang notabene mendukung program keberlanjutan pemerintahan Presiden Jokowi. 

Partai Demokrat terutama SBY  dinilai tidak konsisten dengan apa yang selama ini diungkapkan. Bakal calon Wakil Presiden dari Prabowo juga belum diumumkan secara resmi, masih angin-anginan dan isu-isu belaka saja siapa yang akan maju. Masyarakat juga menilai bergabungnya Partai Demokrat akan memiliki pengaruh besar dalam penentuan bacawapres Prabowo ini.

Lalu apakah Partai Demokrat akan terus bertahan sampai menjelang pilpres 2024 atau di tengah jalan nanti akan berubah haluan lagi? Kalau dilihat untuk saat ini, belum ada pendapat atau pernyataan resmi tentang hal itu. 

Tetapi, perpolitikan di Indonesia memang dikatakan cukup dinamis yang artinya dapat terus berubah-ubah, begitu juga dengan para partai-partai politik yang bergabung dengan koalisi. Jika calon presiden dan wakil presiden belum terdaftar secara resmi di Komisi Pemilihan Umum (KPU), maka koalisi partai masih dapat berubah. 

Perubahan dukungan Partai Demokrat terus menjadi sorotan publik dan media massa. Jika melihat hubungan SBY dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) sepertinya tidak memungkinkan lagi untuk kembali lagi untuk mendukung koalisi tersebut, meskipun partai-partai yang tergabung di koalisi tersebut masih ada yang berharap SBY dan Demokrat untuk dapat kembali bergabung.

Lalu jika beralih kepada partai politik koalisi pendukung Ganjar Pranowo, sepertinya tidak mungkin mengingat Partai Demokrat yang selalu mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi. 

Meskipun terlihat hubungan SBY dan Megawati selaku Ketua Umum PDIP belum mendapat perhatian serius lagi semenjak adanya wacana pertemuan antara Megawati dan SBY. Ini dinilai memungkinkan bahwa kedepannya SBY dan Partai Demokrat akan terus berada di Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendukung Prabowo. Terlebih antara Prabowo dan SBY atau AHY tidak memiliki hambatan komunikasi politik dan tidak memiliki konflik politik selama ini.

Pendukung Partai Demokrat yang kecewa dengan keputusan Anies Baswedan menggandeng Cak Imin sebagai pasangannya juga tidak menutup kemungkinan akan beralih untuk memilih Prabowo, walaupun tentu jumlah pendukung partai tidak sebanyak jumlah pendukung calon, akan tetapi perpindahan haluan dukungan Partai Demokrat ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mendukung Prabowo juga pasti akan memiliki dampak pada jumlah suara yang dihasilkan di pilres 2024 nanti. Hal itu dinilai sebagai salah satu dari dampak positif keberpihakan Demokrat kepada Prabowo.

Seperti yang telah disampaikan, bahwa kemungkinan besar Partai Demokrat akan terus maju mendukung koalisi Prabowo. Hal ini juga terlihat dari beberapa hasil survei, salah satunya dari Lembaga Survei Nasional (LSN) yang telah merilis survei terbarunya mengenai elektabilitas calon presiden. 

Hasil survei tersebut menyatakan bahwa Prabowo Subianto muncul sebagai nama calon yang memiliki elektabilitas tertinggi untuk saat ini, yang dimana sebanyak 40,7 persen mengaku lebih memilih Prabowo, kemudian 31,4 persen memilih Ganjar dan 22,1 persen memilih Anies. Meskipun hal demikian belum dapat di pastikan juga, Apalagi melihat Prabowo yang belum mengumumkan siapa yang akan menjadi pendampingnya di pilpres 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun