Mohon tunggu...
Gusti Apta Salsabila
Gusti Apta Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Maraknya Self Diagnose

20 September 2022   22:37 Diperbarui: 20 September 2022   22:42 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MARAKNYA SELF DIAGNOSE

Gusti Apta Salsabila

202210230311402

Akhir-akhir ini kita sering mendengar kata self diagnose, apalagi di tengah kalangan Milennial dan Gen Z saat ini. Perilaku ini sudah semakin berkembang dan semakin banyak terjadi karena cepatnya penyebaran informasi melalui media social dan banyak sekali kaum remaja yang salah mengartikan informasi tersebut sehingga terjadi self diagnose. Akibat dari tindakan self diagnose ini, banyak kaum muda yang dengan tidak ragu menyatakan dirinya memiliki kondisi kesehatan mental yang buruk lalu mereka menyebarkannya ke media social yang dimana hasil self diagnose tersebut belum tentu benar dan sesuai. Tindakan ini juga dapat mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan mental. Lantas, apa self diagnose itu sebenarnya dan apa saja bahaya dari self diagnose yang marak terjadi di kalangan kaum remaja?

Self diagnose adalah tindakan mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang didapatkan melalui internet atau media lainnya yang mereka dengar atau baca dan dirasa sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Saat melakukan tindakan tersebut, seseorang cenderung untuk menyimpulkan informasi yang didapat sesuai fakta yang ada disekitarnya tanpa adanya bantuan dari pihak profesional yang memang pakar di bidangnya, khususnya dalam hal kesehatan mental. Tindakan self diagnose biasa dilatarbelakangi oleh rasa takut akan gejala yang dirasakan, tetapi keterbatasan ekonomi juga menjadi salah satu faktor pendorong self diagnose sehingga tidak dapat melakukan konsultasi ke dokter atau pihak profesional.

Salah satu ciri dari self diagnose adalah kepanikan yang berlarut-larut hingga membuat seseorang mengalami stress.

Banyak yang merasa bahwa dengan mendiagnosis diri sendiri dirasa lebih mudah dan praktis dibandingkan harus melakukan konsultasi dengan dokter atau pihak profesional. Akhirnya, perilaku inilah yang membuat seseorang menjadi stres atau muncul permasalahan kesehatan mental lainnya akibat dari terlalu sering memikirkan penyakit yang belum tentu benar karena hanya mengandalkan informasi yang bersumber dari internet atau media lainnya. Mereka yang terbiasa melakukan self diagnose cenderung akan menyangkal dan menganggap sepele kesehatan mentalnya. Hal ini tentu saja berbahaya karena seseorang hanya menebak-nebak tanpa mengetahui secara pasti dan tidak paham betul mengenai kesehatan mental atau penyakit yang dialami.

Dampak dari Self Diagnose

Self diagnose dapat mempengaruhi kesehatan mental seperti menyebabkan seseorang mengalami kekhawatiran akan hal yang tidak perlu hingga mengalami gangguan kecemasan umum. Gangguan kecemasan umum sendiri adalah sebuah kondisi mental yang disebabkan oleh kekhawatiran seseorang terhadap sesuatu secara berlebihan. Contohnya seperti ketika seseorang sering mengalami sakit kepala kemudian orang tersebut mencari tahu sendiri mengenai penyebab dari sakit kepala yang dialaminya itu dan hasil dari internet menunjukkan bahwa sakit kepala yang sering kali muncul mengindikasikan beberapa penyakit serius. Padahal hal tersebut belum tentu benar. Selain itu, self diagnose dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Hal tersebut dikarenakan masalah kesehatan yang ada diasumsikan belum tentu benar karena informasi yang didapatkan berasal dari internet tanpa adanya pengecekan oleh dokter. Hal ini tentunya dapat membuat penanganan yang dilakukan menjadi kurang tepat seperti mengonsumsi obat yang salah, sehingga terdapat efek samping yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan lainnya, bahkan menjadi semakin buruk.

Sudah seharusnya tindakan self diagnose itu tidak dilakukan karena bagi siapapun yang merasa tidak sehat secara fisik maupun mental, sebaiknya melakukan konsultasi langsung ke pihak profesional. Terlebih lagi di zaman sekarang sudah bisa melakukan konsultasi secara online dengan biaya yang lebih terjangkau dan juga bisa menggunakan akses BPJS apabila berkonsultasi secara langsung. Dengan demikian, tidak akan ada lagi yang melakukan tindakan self diagnose yang dapat membahayakan diri sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa self diagnose merupakan tindakan yang tidak benar untuk dilakukan dan dapat membahayakan. Tindakan ini dapat memberikan dampak negatif  yang berpotensi memperparah keadaan yang sudah ada yang diakibatkan oleh beban pikiran atau akibat kesalahan dalam penanganan penyakit. Banyak sekali dampak negatif beruntun yang dapat dihasilkan dari tindakan self diagnose ini. Oleh karena itu, selalu konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan dan diagnosa yang tepat untuk menghindari berbagai dampak negatif tersebut.

          Daftar pustaka:

Ananda. (2022). Self Diagnosis: Pengertian, Ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya. https://www.gramedia.com/best-seller/self-diagnosis/

Makarim, d. F. (2021). Bahaya Self-Diagnosis yang Berpengaruh pada Kesehatan Mental. Retrieved from Halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/bahaya-self-diagnosis-yang-berpengaruh-pada-kesehatan-mental

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun