Mohon tunggu...
Gusti Putu Yastika Putra
Gusti Putu Yastika Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas pendidikan ganesha

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tempat-tempat Suci Agama Hindu

29 Maret 2023   13:53 Diperbarui: 29 Maret 2023   14:06 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TEMPAT-TEMPAT SUCI AGAMA HINDU

PENDAHULUAN 

                   Hindu adalah salah satu agama yang memiliki banyak tempat suci yang dianggap sangat penting bagi umat Hindu di seluruh dunia. Tempat-tempat suci ini sering kali dianggap sebagai pusat spiritualitas dan keagamaan, tempat di mana umat Hindu melakukan berbagai upacara keagamaan, meditasi, dan doa.Beberapa tempat suci yang terkenal di antaranya adalah Kuil Besakih di Bali, India Utara yang terkenal dengan kuil Taj Mahal, dan Varanasi yang dianggap sebagai kota paling suci di India. Selain itu, ada juga beberapa tempat suci lainnya seperti Kuil Angkor Wat di Kamboja dan Pura Ulun Danu Bratan di Bali.Setiap tempat suci Hindu memiliki keunikan dan daya tariknya sendiri. Kuil Besakih di Bali, misalnya, merupakan kompleks kuil Hindu terbesar di Indonesia dan dianggap sebagai tempat suci utama bagi umat Hindu Bali. Sedangkan Varanasi, selain sebagai kota yang dianggap sangat suci, juga dianggap sebagai tempat di mana umat Hindu dapat mencapai pembebasan atau moksa. Dalam Hindu, kehadiran di tempat suci dipercaya dapat memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan, membawa berkah dan keberuntungan, serta membantu dalam pencarian makna kehidupan. Oleh karena itu, tempat-tempat suci ini seringkali menjadi tempat ziarah bagi umat Hindu dari seluruh dunia. Namun, perlu diingat bahwa tempat-tempat suci Hindu juga memiliki nilai sejarah, arsitektur, dan budaya yang penting, sehingga perlu dijaga dan dihormati sebagai warisan kebudayaan yang berharga bagi seluruh umat manusia.Penentapan tempat suci agama hindu juga biasanya berada pada tempat-tempat yang dikelilingi dengan alam yang asri,misalnya di laut, pantai, gunung, gua, hutan, dan lain sebagainya. Namun tidak jaranf tempat-tempat suci hidu juga berada ditengah perkotaan atau didekat pemukiman penduduk

PEMBAHASAN 

A. Tempat-Tempat Suci Agama Hindu 

          Tempat suci agama hindu banyak sekali memiliki sebutan di dunia , dan nama tersebut tergantung dari bahasa apa yang digunakan. Pada umumnya berbagaia sebutan nama tempat suci tersebut memiliki arti yang hamper sama, yitu merujuk pada pengertian "Rumah Pemujaan Kepada Tuhan". Dalam hal ini tempat-tempat suci di Indonesia disebut dengan pura, istilah pura yang dipkai sekarang merupakan nama tempat suci agama hindu, merujuk dari bahasa sansekerta yang pada mulanya pura ini  berarti sesuatu yang dikelilingi oleh tembok. Setelah itu pura kemudian bermakna sebagai benteng , kota, kerajaan, serta istana. Dikatakan dalam bahasa jawa kuno tidak dijelaska tentang perbedaan tentang puri dan pura.kedua kata itu bermakna sesuatu yang diatas. Sangat berbeda artinnya jika diartikan dalam bahasa bali. Pura adalah berarti tempat suci sedangkanpuri berarti istana raja. Namun dalam kaitan ini selanjutnya dipakai pengertian seperti tersebut terakhir di atas, yakni sebagai tempat suci, dipergunakan istilah Kahyangan atau Parhyangan.

          Empu Kuturan, seorang pujangga dan Maha Rsi, merupakan tokoh suci yang mengajarkan tentang Pura dan mendirikan Pura pertama di Bali pada abad ke sebelas. Beliau datang ke Bali dari Jawa Timur pada masa pemerintahan raja Airlangga. Selama tinggal di Bali, Empu Kuturan mengajarkan cara membuat Parhyangan atau Kahyangan Desa seperti Sad Kahyangan dan Kahyangan Jagat. Saat itu, Bali diperintah oleh raja Marakata, adik kandung raja Airlangga. Sebelum kedatangan dinasti Dalem di Bali, istana raja disebut Keraton atau Kedaton. Namun semenjak pemerintahan dinasti Sri Kresna Kepakisan di Bali, istana raja diganti nama menjadi Pura, seperti contohnya Keraton Dalem di Samprangan yang disebut Linggarsapura, Keraton di Gelgel disebut Swecapura, Keraton di Klungkung bernama Semarapura, di Badung disebut Bandanapura dan di Mengwi disebut Kawyapura, dan masih banyak lagi.Dalam perkembangan terkini, Pura adalah sebuah tempat suci bagi umat Hindu di Indonesia untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) dan segala manifestasi-Nya, termasuk Bhatara-Bhatara atau roh suci dan leluhur. Pura bukan hanya tempat suci dan persembahyangan, tetapi juga merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat dan memiliki fungsi sentral dalam dinamika kebudayaan dan peradaban masyarakat. Pura memiliki arti dan makna yang sangat dalam dalam konsepsi Tri Hita Karana, yang menggambarkan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, hubungan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam lainnya. Umat Hindu harus menjaga kesucian dan kebersihan Pura, karena hal ini dianggap sangat penting dan suci. Oleh karena itu, orang yang dianggap "kotor" dilarang masuk ke Pura, dan umat diwajibkan mandi dan berkeramas sebelum bersembahyang di Pura pada hari-hari suci dan hari raya.

B. Istilah Tempat Suci Agama Hindu

           Umumnya, prasasti-prasasti Bali Kuno tidak memberikan petunjuk yang jelas atau pasti dalam mengidentifikasi tempat suci keagamaan pada zaman itu. Meskipun demikian, terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut, yaitu berupa sebutan. Sebutan tersebut terdiri dari nama-nama tempat yang digunakan secara tunggal maupun dalam bentuk gabungan. Berikut adalah beberapa contoh sebutan yang dimaksud.

  • Hyang/Sang Hyang/parhyangan/kahyangan; Dalam beberapa prasasti masa Bali Kuno, istilah Hyang/Sang Hyang/parhyangan/kahyangan sering digunakan untuk merujuk pada tempat suci atau dewa yang dipuja. Contohnya adalah Hyang Api, Hyang Tanda, Hyang Karimama (ditemukan di Pura Kehen Bangli A), Hyang Tahinuni (ditemukan di Pura Batur Gobleg A), Sang Hyang di Turuan (ditemukan di Turuan AI), Sang Hyang Wukir Kulit Byu (ditemukan di Pura Abang Batur A/Tulukbyu A), Sang Hyang Mandala ri Lokasrana (ditemukan di Pura Kehen Bangli C), dan Sang Hyang Candri ring Linggabhawana (ditemukan di Selumbung). Meskipun istilah Hyang maupun Sang Hyang biasanya dikaitkan dengan agama Hindu yang berkembang di Bali, sebenarnya kata-kata ini berasal dari kepercayaan asli masyarakat Austronesia yang memuliakan roh nenek moyang dan kekuatan alam.
  • Bhatara; kata'bhatara' berasal dari bahasa Sanskerta, berarti 1) 'dewa, betara'; 2) 'raja yang telah mangkat dan disucikan atau diidentifikasikan sebagai dewa/betara; 3) raja yang masih hidup atau masih aktif memerintah; 4) tempat atau kompleks banguan suci tempat memuja dewa/betara. Contohnya, beberapa dewa seperti Bhatara Da Tonta (Turuan AI), Bhatara Puntahyang (Sembiran AI), Bhatara ring Antakujarapda (Dawan), Bhatara Dharma Haar (Sukawati A), Bhatara Bukit Tunggal (Gobleg Pura Desa AII), Bhatara Kujarasana (Tejakula), Bhatara i Tuluk Byu (Abang Pura Abang B/Tulukbyu B), dan Bhatara Partapan Langaran (Langgahan) sering dijadikan contoh. Penggunaan istilah Bhatara juga umum digunakan untuk menyebutkan lokasi suci atau dewa yang dipuja.
  • Ulan; sebutan ulan hanya ditemukan dalam prasasti Sukawana AI (804 ), yakni ulan di
  • bukit cintamani (tempat suci di bukit Kintamani).
  • Dangudu/Pangudwan; sebutan dangudu ditemukan dalam prasasti Bangli Pura Kehen A kutipan selengkapnya "..dangudu kibhaktyan sang ratu di hyang karimama, (Goris, 1954a : 59) artinya 'tempat suci yang dipuja oleh raja di Hyang Karimama'. Adapun sebutan pangudwan (pangudwan bhatra i baturan) ditemukan dalam prasasti Batuan.
  • Partapn/patapan; misalnya partapan di Bukit Ptung (Babahan I), patapan i thani Latngan (Angsri B), dan partapn Langgaran (Langgahan)
  • Tirtha; sebutan tirtha hanya ditemukan dalam prasasti Manukaya (884) yaitu tirtha di (air) mpul. Dalam kitab-kitab keagamaan India, tirtha sebagai unsur alam disebutkan sebagai panca maha bhuta atau panca bhuta (lima unsur alam) yakni udara, api, air (tirtha), tanah atau bumi, dan akasa (ether, gas ruang angkasa).
  • Katyagan; sebutan katyagan ini ditemukan dalam prasasti tengkulak A (945 S) serta juga dalam Tengkulak E (1103 S) yakni katyagan ring amarawati.
  • Sambar; sebutan sambar ini ditemukan dalam prasasti Tulukbiyu A (933 ) yakni sambar i turuan.
  • Meru; meru adalah suatau tipe bangunan yang digunakan sebagai tempat pemujaan yang merupakan lambing dari gunung memeru. Meru ini mememiliki bentuk myang menonjolkan keindahan ataonya yang bertingkat yang disebut atap tumpang. Meru ini dalam jumblah atapnya selalu ganjil yaitu 3,5,7,9 atau 11 dalam lingkup sebagai tingkatan tinggi.

Data prasasti tersebut menunjukkan bahwa istilah-istilah tersebut disebutkan sebagai tempat suci karena diikuti oleh nama tempat atau lokasi tertentu. Beberapa istilah yang ditemukan dalam prasasti Bali Kuno belum dapat dijelaskan secara harfiah karena sudah tidak dipergunakan. Selain istilah-istilah tersebut, masih ada beberapa istilah lain yang mungkin juga digunakan untuk menyebut tempat suci, seperti prasada, wihara, sangga, sala, dan parpantyan, tetapi tidak jelas mengacu ke lokasi tertentu. Selain itu, istilah seperti silunglung, kahlungan, panglumbigyan, dan pendem kemungkinan merupakan nama bangunan yang berkaitan dengan upacara kematian.

  • KESIMPULAN 

Dalam agama hindu penting adanya tempat-tempat suci dalam menunaikan persembahyangan hal dan penting juga mengetahui istilah-istilah serta prasasti yang meliputinya, Prasasti-prasasti Bali Kuno mengindikasikan terdapatnya tempat suci pada masa Bali Kuno sebagai tempat memuja Sang Hyang Widhi (Tuhan yang Maha Esa) dengan segala manifestasinya beserta roh leluhur yang telah suci. Tempat suci tersebut disebut dengan berbagai istilah yang pada intinya memiliki makna sama dan di dalamnya terdapat bangunan pemujaan. Lokasi yang dipilih sebagai tempat pemujaan pada dasarnya dipercayai memiliki keistimewaan sesuai dengan konsep kepercayaan yang dianut oleh masyarakat pada masa tersebut.

SUMBER

Mutiara Hindu. 2022. Pengertian dan Fungsi Tempat Suci (Pura) Agama Hindu. https://www.mutiarahindu.com/2022/03/pengertian-dan-fungsi-tempat-suci-pura.html. Diakses pada: 28 Maret 2023

Laksmi, N. K. P. A. (2017). Identifikasi Tempat Suci pada Masa Bali Kuno. Linguistic.Fib.Ui.Ac.Id, 208--217.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun